Kronologi Ibu Gendong Bayi Diturunkan Paksa oleh Ojek Pangkalan

Kronologi Ibu Gendong Bayi Diturunkan Paksa oleh Ojek Pangkalan

Peristiwa Viral: Ibu dan Bayinya Dipaksa Turun dari Taksi Online oleh Oknum Ojek Pangkalan

Pada Jumat siang, 25 Juli 2025, sekitar pukul 14.00 WIB, terjadi peristiwa yang memilukan di dekat Stasiun Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Seorang ibu bersama bayinya diturunkan paksa dari mobil taksi online oleh sejumlah oknum ojek pangkalan (opang). Kejadian ini terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut, sehingga situasi semakin memperburuk kondisi penumpang.

Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat seorang ibu yang sedang menggendong bayinya ditarik keluar dari kendaraan taksi online. Para opang menegur sopir taksi online dan meminta agar penumpang turun. Mereka bahkan memaksa sang ibu dan bayinya untuk naik ke ojek pangkalan. Akibatnya, ibu dan bayi tersebut harus kehujanan setelah turun dari mobil.

Kejadian ini awalnya bermula saat sepasang suami-istri bersama anak mereka tiba di Stasiun Tigaraksa. Karena hujan deras, mereka memesan layanan taksi online dengan titik penjemputan di depan stasiun. Namun, ketika mobil tiba, sejumlah opang langsung menghadang kendaraan dan menolak keberadaan transportasi daring di area tersebut.

Para opang kemudian memaksa penumpang untuk turun dan memilih menggunakan jasa ojek pangkalan. Dalam peristiwa ini, terjadi adu mulut antara penumpang perempuan dan para opang. Pintu mobil dibuka paksa, dan penumpang diminta turun. Setelah turun, penumpang memilih berjalan kaki meskipun dalam kondisi hujan.

Pengakuan Korban

Sharon Manuela, salah satu korban, membagikan kronologi kejadian melalui media sosial. Menurut Sharon, insiden terjadi saat ia bersama suami dan anaknya hendak mengunjungi kerabat di Tigaraksa. Saat tiba di stasiun, hujan sangat deras, sehingga ia memesan GrabCar untuk perjalanan.

Namun, saat mobil online tiba, sejumlah opang datang mengepung kendaraan. Sharon mengaku para opang membawa batu dan mengancam akan memecahkan kaca serta merusak ban mobil. Pintu mobil dibuka paksa, dan ia serta bayinya ditarik keluar. Sopir taksi online sempat meminjamkan payung agar mereka bisa berteduh.

“Saya akhirnya turun jalan kaki, agak jauh ke jalan besar, hujan-hujan sama bayi dan suamiku,” ujar Sharon. Ia menyebut video yang beredar hanya memperlihatkan sebagian kecil dari kejadian. Sebelumnya, para opang sempat memukul kaca dan ban mobil. Salah satu dari mereka bahkan berkata, “kasian sama saya, dari pagi belum dapat penumpang.”

Sharon telah melaporkan kejadian ini kepada pihak Commuter Line dan berharap aparat kepolisian dapat menindak tegas pelaku intimidasi.

Langkah Kepolisian

Menanggapi insiden ini, Polresta Tangerang langsung melakukan penyelidikan dan memintai keterangan dari pihak-pihak terkait, termasuk para opang dan pengemudi ojek online (ojol). Kapolresta Tangerang, Kombes Pol Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan langsung ke lokasi.

Ia menegaskan bahwa pihak kepolisian akan memfasilitasi dialog antara kedua kelompok agar tidak terjadi konflik serupa di masa depan. Meski begitu, penyelidikan tetap berjalan, dan penumpang dipersilakan melapor jika merasa dirugikan.

“Kata kuncinya, sama-sama cari makan. Opang dan ojol sama-sama cari makan. Harus dengan tenang, jangan emosi. Yang jadi korban malah penumpang,” kata Indra.

Bukan Sekadar Rebutan Lahan, Tapi Soal Rasa Aman

Insiden ini kembali memicu perdebatan tentang perebutan zona transportasi di titik-titik transit publik. Di tengah hujan deras dan situasi genting, penumpang rentan seperti ibu dan anak seharusnya mendapat perlindungan maksimal—bukan intimidasi, apalagi ancaman kekerasan. Kejadian ini menjadi peringatan penting bagi seluruh pihak terkait untuk menjaga keamanan dan keselamatan penumpang.