Pertumbuhan Ekonomi Korsel Kuartal II/2025 Bangkit Meski Diiringi Tarif AS

Pertumbuhan Ekonomi Korea Selatan di Kuartal Kedua Tahun 2025
Ekonomi Korea Selatan kembali menunjukkan pertumbuhan pada kuartal kedua tahun 2025. Data yang dirilis oleh Bank of Korea (BoK) menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) negara tersebut tumbuh sebesar 0,6% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Angka ini sedikit lebih tinggi dari proyeksi median sebesar 0,5%. Secara tahunan, ekonomi juga mengalami pertumbuhan sebesar 0,5% year on year (yoy).
Pertumbuhan ekonomi didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, ekspor yang tetap solid meskipun ada tekanan dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Kedua, permintaan dalam negeri yang mulai membaik menjelang implementasi anggaran tambahan. Meski anggaran tersebut baru mulai disalurkan pada Juli, dampaknya mulai terasa.
Selain itu, sentimen masyarakat juga meningkat setelah ketidakpastian politik berkurang. Hal ini terjadi setelah Lee Jae Myung terpilih sebagai presiden menggantikan Yoon Suk Yeol yang sebelumnya dimakzulkan. Dengan perubahan kepemimpinan, harapan untuk stabilitas ekonomi semakin kuat.
Data konsumsi juga mencerminkan pemulihan. Penjualan ritel dan departemen meningkat pada Mei, sementara indeks sentimen konsumen melonjak pada Juni dan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada Juli. Ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai percaya terhadap kondisi ekonomi.
Ahli strategi pendapatan tetap dari Shinyoung Securities, Cho Yong-gu, menyebutkan bahwa ekspor menunjukkan kinerja yang lebih baik dari perkiraan. Alasannya adalah efek percepatan pengiriman setelah tarif diberlakukan pada awal April lalu dan ditangguhkan pada Mei. Ia juga menyatakan bahwa permintaan domestik mulai pulih, meskipun sektor investasi tampaknya sudah menyentuh titik terendah.
Kabar pertumbuhan ini menjadi angin segar bagi pemerintahan Lee, yang saat ini tengah berupaya agar AS memberikan keringanan tarif. Menteri Keuangan Koo Yoon-cheol dan Menteri Perdagangan Yeo Han-koo akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer di Washington pada Jumat, 25 Juli 2025. Hasil perundingan sangat penting bagi Korea Selatan, karena ekspor menyumbang lebih dari 40% terhadap PDB negara tersebut tahun lalu.
Bank sentral masih mempertimbangkan dampak negatif dari kebijakan tarif AS terhadap ekonomi, sambil tetap khawatir terhadap pasar properti yang mulai memanas. Gubernur BoK Rhee Chang Yong mempertahankan suku bunga pada Juli setelah sebelumnya memangkasnya empat kali sejak Oktober lalu. Alasan utamanya adalah kekhawatiran atas harga properti dan utang rumah tangga.
Cho Yong-gu menambahkan bahwa BoK kemungkinan akan terus mencermati harga rumah di wilayah Seoul dan utang rumah tangga. Dia memprediksi pemangkasan suku bunga berikutnya akan terjadi pada Oktober.
Angka pertumbuhan yang moderat ini memperkuat argumen bahwa siklus pelonggaran masih berjalan, meskipun suku bunga dipertahankan saat rapat kebijakan berikutnya pada 28 Agustus. Jin-Wook Kim dari Citi Research menambahkan bahwa data harga apartemen, volume transaksi, dan pinjaman rumah tangga pada pertengahan Juli menunjukkan perlambatan dari puncak siklus Juni. Namun, dia memperingatkan bahwa stabilisasi pasar properti belum akan terjadi dalam waktu dekat.
BoK kemungkinan akan menerapkan pendekatan hati-hati hingga rapat dewan Oktober, sambil menilai stabilisasi harga rumah di Seoul, efektivitas stimulus fiskal, dan dampak tarif AS secara menyeluruh. Pemerintahan Lee pada Juni lalu meluncurkan anggaran tambahan senilai 31,8 triliun won (US$23,1 miliar) untuk mendukung rumah tangga, mendorong konsumsi, dan menutup defisit penerimaan negara.
Meski paket ini disetujui dengan cepat, distribusinya baru dimulai pada Juli. Sehingga, dampaknya terhadap ekonomi kemungkinan baru akan terasa pada paruh kedua tahun ini. Gubernur Rhee mengatakan bahwa masing-masing dari dua anggaran tambahan tahun ini akan menambah 0,1% terhadap PDB. Anggaran pertama sudah diperhitungkan dalam proyeksi BoK pada Mei, sementara anggaran kedua diharapkan membantu menahan risiko pelemahan ekonomi ke depan.
BoK memperkirakan dampak inflasi dari stimulus ini akan minimal, dan mendorong pelaksanaan yang cepat. BoK juga menekankan bahwa tambahan belanja ini tidak akan menghalangi ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut jika dibutuhkan.
Pada Mei, BoK memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 dari 1,5% menjadi 0,8%, dengan alasan ketegangan dagang dengan AS dan lemahnya permintaan domestik. Rhee mengatakan penurunan tajam investasi konstruksi sendiri telah mengurangi pertumbuhan sebesar 0,9 poin persentase, lebih dalam dari perkiraan semula.
Meski proteksionisme AS meningkat, ekspor masih menjadi penopang utama ekonomi. Pengiriman semikonduktor melonjak lebih dari 11% pada semester I/2025 dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh permintaan global terhadap teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI). Ini menumbuhkan harapan bahwa tren positif dapat berlanjut hingga 2026.
Namun, keberlanjutan momentum ekonomi Korsel sangat bergantung pada hasil negosiasi dagang dengan Washington. Konsesi di sektor pertanian dan energi, serta kontribusi tambahan untuk biaya militer, dikabarkan masuk dalam agenda perundingan.
Sementara itu, ketidakseimbangan finansial tetap menjadi perhatian utama. Harga apartemen di Seoul telah naik selama 24 pekan berturut-turut. Pemerintah pun telah menerapkan batas maksimum pinjaman hipotek untuk pembelian rumah di kawasan metropolitan Seoul, meski efektivitasnya belum terlihat jelas.
Rhee memperingatkan lebih dari 70% pinjaman rumah tangga yang dimiliki bank di Korea dijamin oleh aset properti, sehingga menimbulkan risiko sistemik. Dia juga mencatat kredit rumah tangga belum pernah turun dalam dua dekade terakhir akibat lemahnya koordinasi antara kebijakan makroprudensial dan moneter.