AS-Israel Mundur dari Tim Negosiasi Damai, Anggap Hamas Tidak Serius

Featured Image

Penarikan Delegasi AS dan Israel dari Doha

Pada hari Kamis (24/7/2025), Amerika Serikat (AS) dan Israel menarik kembali delegasi mereka dari Doha, Qatar. Keputusan ini diambil setelah menerima tanggapan terbaru dari kelompok Hamas. Respons tersebut merespons usulan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang diajukan oleh para mediator, termasuk dari Qatar, Mesir, dan AS.

Utusan Khusus AS, Steve Witkoff, menyatakan bahwa respons Hamas menunjukkan ketidakseriusan kelompok tersebut dalam mencapai perdamaian. Ia menilai bahwa usulan Hamas jelas mengindikasikan kurangnya keinginan untuk menjalin gencatan senjata. Meski dokumen tanggapan dari Hamas telah diserahkan kepada para mediator, isinya belum dipublikasikan secara umum. Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membenarkan bahwa dokumen tersebut sudah diterima dan sedang dalam proses evaluasi.

Tuntutan Baru dari Hamas

Dalam proposal terbaru, para mediator mengusulkan masa jeda konflik selama 60 hari sebagai langkah awal untuk meredakan situasi di Gaza. Hamas disebut siap membebaskan 10 sandera yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 18 lainnya. Sebagai imbalan, Israel diminta membebaskan sejumlah tahanan Palestina dan membuka akses lebih luas untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Namun, Hamas mengajukan tuntutan baru yang jauh lebih besar dibandingkan penawaran sebelumnya. Kelompok tersebut meminta Israel membebaskan 200 warga Palestina yang divonis hukuman seumur hidup karena membunuh warga Israel, serta 2.000 tahanan yang ditangkap sejak 7 Oktober 2023. Padahal, tawaran terakhir yang diterima Israel hanya mencakup 125 tahanan seumur hidup dan 1.200 tahanan lainnya.

Witkoff mengkritik keras tindakan Hamas, menilai bahwa sikap kelompok tersebut tidak mendukung misi perdamaian. Ia juga menyebut tindakan Hamas sebagai egois dan menyatakan bahwa AS sedang mempertimbangkan opsi alternatif untuk menyelamatkan sandera serta menciptakan stabilitas di Gaza, meskipun bentuk opsi tersebut belum dijelaskan.

Penilaian Beragam tentang Prospek Damai

Seorang pejabat pemerintah Israel mengatakan bahwa penarikan delegasi dari Doha bukan berarti negosiasi telah gagal. Ia menjelaskan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari proses koordinasi antara semua pihak yang terlibat. Ia juga menambahkan bahwa beberapa keputusan penting masih dalam pertimbangan dan momentum negosiasi dinilai tetap positif.

Sumber yang mengetahui isi negosiasi melihat respons Hamas sebagai sinyal positif. Meski masih ada perbedaan pandangan, jarak antara kedua belah pihak semakin menyempit, sehingga kesepakatan bisa saja tercapai. Namun, laporan dari media Israel menunjukkan bahwa Hamas justru memperburuk peluang kesepakatan.

Perbedaan pandangan ini menunjukkan betapa kompleksnya proses diplomasi yang terjadi di balik layar. Beberapa pihak masih melihat peluang untuk kesepakatan damai, sementara yang lain menilai kondisi semakin memburuk. Hingga saat ini, belum ada informasi jelas kapan atau di mana perundingan akan dilanjutkan.

Situasi Kemanusiaan Gaza yang Memburuk

Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menyebabkan korban jiwa yang banyak dan kerusakan infrastruktur sipil. Sebanyak 1.139 orang tewas dalam serangan Hamas di Israel, sementara serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 59.587 warga Palestina. Korban terbanyak adalah perempuan dan anak-anak.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa 115 warga Gaza meninggal akibat malnutrisi, sebagian besar dalam beberapa minggu terakhir. Lebih dari 100 organisasi kemanusiaan menyalahkan pembatasan Israel terhadap pengiriman bantuan sebagai penyebab utama krisis ini. CNN melaporkan bahwa lebih dari 1.000 orang tewas saat mencoba mendapatkan bantuan dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga distribusi bantuan yang didukung AS.

Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, belum menunjuk pejabat khusus untuk menangani distribusi bantuan ke wilayah Gaza. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, mengakui bahwa krisis kemanusiaan yang terjadi sangat serius. “Kami ingin melihat akhir dari kehancuran yang terjadi di Gaza, itulah mengapa kami telah melihat komitmen untuk mendapatkan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkannya dengan cara yang tidak dipersenjatai oleh Hamas,” katanya.

Sementara itu, Israel diperkirakan masih menahan lebih dari 10.800 warga Palestina di penjara. Media lokal, baik Palestina maupun Israel, melaporkan bahwa banyak dari mereka mengalami penyiksaan, kelaparan, dan tidak mendapatkan perawatan medis. Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang. Mahkamah Internasional (ICJ) juga masih menyidangkan gugatan genosida terhadap Israel.