ECB Pertahankan Suku Bunga Hadapi Ancaman Tarif AS

Featured Image

ECB Pertahankan Suku Bunga, Fokus pada Kestabilan Ekonomi Zona Euro

Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga utama di tingkat 2 persen dan suku bunga deposito di 2,15 persen. Keputusan ini diambil meskipun ekonomi zona euro menghadapi berbagai tantangan, termasuk perlambatan pertumbuhan dan ancaman tarif dari Amerika Serikat (AS). Sejumlah analis telah memprediksi keputusan ini, terutama setelah Presiden AS, Donald Trump, memberikan ultimatum terkait tarif sebesar 30 persen terhadap barang-barang dari Uni Eropa dengan tenggat waktu hingga 1 Agustus 2025.

Presiden ECB, Christine Lagarde, menyatakan bahwa zona euro kini dalam posisi yang lebih baik setelah krisis biaya hidup mulai mereda. Menurutnya, inflasi stabil pada tingkat 2 persen pada Juni 2025, naik dari 1,9 persen pada Mei. Ia juga menegaskan bahwa ECB tetap percaya diri dalam mengawasi risiko-risiko lain seperti konflik di Ukraina dan Timur Tengah.

Ancaman Tarif AS Tingkatkan Kewaspadaan ECB terhadap Ekspor

Ancaman tarif dari AS awalnya diumumkan sebesar 20 persen, namun kini meningkat menjadi potensi 30 persen terhadap barang-barang dari Uni Eropa. Meski demikian, pelaku pasar memperkirakan bahwa tarif akhir tidak akan mencapai angka tersebut, terutama setelah AS dan Jepang sepakat menetapkan batas eskalasi tarif pada awal minggu ini. Di tengah ketidakpastian tersebut, ECB tetap waspada karena tarif tinggi bisa memengaruhi ekspor, konsumsi, dan investasi di kawasan euro.

Dalam laporan resminya, ECB menyebut bahwa ekonomi zona euro masih tangguh meskipun menghadapi tekanan global yang besar. Namun, mereka juga menyoroti bahwa konflik dagang menjadi kekhawatiran utama yang belum menemukan solusi. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga disebut sebagai langkah yang tidak kontroversial, memberi waktu bagi ECB untuk menunggu hasil perundingan dagang antara Uni Eropa dan AS.

Ekonomi Zona Euro Tetap Tumbuh Meski Dua Negara Besar Stagnan

Zona euro mencatat pertumbuhan sebesar 0,6 persen pada kuartal I-2025, sebagian besar didorong oleh percepatan pengiriman barang sebelum tarif baru diberlakukan. Kinerja ini menunjukkan daya tahan ekonomi kawasan di tengah tekanan eksternal yang terus meningkat. Beberapa indikator juga menunjukkan peningkatan output sektor swasta, meski lajunya belum signifikan.

Prancis dan Jerman, dua ekonomi terbesar di zona euro, masih mengalami stagnasi. Namun, sebagian besar negara zona euro menikmati tingkat inflasi yang stabil serta pengangguran yang rendah. Situasi ini dipandang sebagai fondasi yang cukup kuat untuk mendorong pemulihan ekonomi jangka pendek di kawasan.

ECB Siap Pangkas Bunga Lagi Jika Konflik Dagang Terus Berlanjut

Selama sembilan bulan terakhir, ECB telah memangkas suku bunga sebanyak delapan kali dari posisi tertinggi 4 persen sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini membalikkan arah dari strategi sebelumnya saat ECB menaikkan bunga pada 2022 dan 2023 demi mengatasi inflasi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina. Rapat ECB berikutnya dijadwalkan berlangsung pada September, dan pemangkasan tambahan bisa dilakukan pada Desember jika negosiasi dagang dengan AS menemui jalan buntu.

Risiko deflasi kini ikut mencuat seiring kemungkinan banjir barang murah dari China dan Asia Timur akibat efek lanjutan tarif AS. Nilai tukar euro juga mengalami penguatan signifikan hingga 13 persen sepanjang tahun ini, mencapai 1,17 dolar AS, yang bisa semakin menekan harga impor. Mathieu Savary dari BCA Research mengatakan keputusan ECB saat ini adalah jeda sebelum pemangkasan suku bunga yang lebih agresif untuk menghadapi risiko deflasi.