Mengapa Thailand dan Kamboja Berselisih, dan Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?

Featured Image

Pertempuran di Wilayah Perbatasan Thailand dan Kamboja

Pertempuran antara pasukan militer Thailand dan Kamboja di wilayah perbatasan yang menjadi sengketa telah menewaskan sebanyak 12 orang, menurut laporan otoritas setempat. Aksi saling serang ini menunjukkan peningkatan ketegangan antara dua negara tetangga di Asia Tenggara yang sudah berlangsung selama lebih dari satu abad. Kedua pihak kini saling memperkuat posisi mereka di garis depan, dengan Thailand menutup wilayah perbatasannya, sedangkan Kamboja menghentikan hubungan diplomatik dengan negara tetangganya.

Kamboja menuduh Thailand menggunakan "kekuatan berlebihan" dalam konflik ini, sementara masing-masing negara meminta warga yang tinggal di dekat perbatasan untuk segera meninggalkan wilayah tersebut. Seorang saksi mata di wilayah Ban Dan, Provinsi Buriram, Thailand, mengatakan bahwa situasi sangat memprihatinkan. Ia menyebut bahwa proses evakuasi sedang berlangsung.

Akar Masalah Sengketa Perbatasan

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja bermula lebih dari 100 tahun silam, ketika batas-batas kedua negara ditetapkan setelah era penjajahan Prancis di Kamboja. Tensi antara kedua negara mulai memburuk pada tahun 2008 ketika Kamboja mencoba mendaftarkan sebuah kuil abad ke-11 yang terletak di wilayah sengketa sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Langkah ini mendapat protes keras dari Thailand.

Selama beberapa tahun terakhir, bentrokan sporadis terjadi di wilayah perbatasan, menewaskan tentara dan warga sipil dari kedua belah pihak. Puncak ketegangan terjadi pada Mei lalu ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan. Hal ini memicu hubungan bilateral yang paling buruk dalam lebih dari sepuluh tahun terakhir.

Dalam dua bulan terakhir, kedua negara memberlakukan pembatasan di perbatasan. Kamboja melarang impor dari Thailand, termasuk buah-buahan dan sayuran, serta menghentikan pengadaan layanan listrik dan internet. Kedua negara juga memperkuat kehadiran pasukan di sepanjang perbatasan dalam beberapa minggu terakhir.

Sejarah Ketegangan Antara Thailand dan Kamboja

Ini bukan pertama kalinya Thailand dan Kamboja mengalami ketegangan. Setiap kali tensi meningkat, biasanya disebabkan oleh sengketa perbatasan atau masalah politik. Beberapa contoh penting adalah:

  • Pada 1958 dan 1961: Kamboja mengakhiri hubungan diplomatik dengan Thailand karena sengketa Kuil Preah Vihear.
  • Pada 2003: Terjadi kerusuhan dan serangan terhadap Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh. Perdana Menteri saat itu, Thaksin Shinawatra, melakukan Operasi Pochentong untuk mengevakuasi warga dan diplomat Thailand dari Kamboja.
  • Pada 2008 dan 2011: Bentrokan militer pecah di Kuil Preah Vihear.
  • Pada 2009: Thailand menurunkan hubungan diplomatik akibat dukungan Kamboja terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang sedang diasingkan.

Arah Konflik yang Sedang Berlangsung

Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, menyatakan bahwa sengketa dengan Kamboja tetap sensitif dan harus dikelola dengan hati-hati sesuai hukum internasional. Di sisi lain, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyatakan bahwa negaranya ingin menyelesaikan sengketa secara damai, meskipun mereka merasa tidak punya pilihan selain merespons agresi dengan kekuatan bersenjata.

Sebelumnya, meski terjadi konflik yang serius, situasi selalu mereda dalam waktu relatif singkat. Saat ini, baik Thailand maupun Kamboja tampaknya kurang memiliki pemimpin yang cukup kuat dan percaya diri untuk mundur dari konfrontasi. Meski demikian, tampaknya pertempuran terkini tidak akan berkembang menjadi perang besar-besaran.

Hun Manet, putra dari mantan penguasa yang kuat, belum memiliki otoritas yang cukup untuk mengambil alih kebijakan nasional. Ayahnya, Hun Sen, tampaknya memperdalam konflik ini untuk memperkuat citra nasionalisnya. Di Thailand, pemerintahan koalisi saat ini masih rapuh. Meskipun Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra didukung oleh ayahnya, Thaksin Shinawatra, ia merasa dikhianati oleh langkah Hun Sen yang membocorkan percakapan pribadi yang berujung pada diskorsnya sebagai perdana menteri oleh Mahkamah Konstitusi Thailand.