7 Bintang yang Pernah Diburu MU Tahun 2001, Ini Nasib Mereka Kini!

Legenda Manchester United yang Diharapkan oleh Sir Alex Ferguson pada Tahun 2001
Pada tahun 2001, legenda Manchester United, Sir Alex Ferguson, mengungkapkan harapan besar terhadap tujuh pemain muda yang ia yakini akan menjadi bintang masa depan di Old Trafford. Dua dekade telah berlalu, dan kini nasib dari ketujuh nama tersebut telah tergambar dengan berbagai perjalanan—ada yang sukses, ada pula yang hanya sekadar melintas.
Ferguson dikenal sebagai sosok yang jeli dalam melihat potensi pemain muda. Contohnya adalah generasi 'Class of '92' yang berhasil melahirkan nama-nama seperti David Beckham, Paul Scholes, dan Gary Neville. Namun, apakah prediksi Ferguson terhadap generasi 2001 juga benar?
Darren Fletcher: Kesuksesan di Lapangan dan Dunia Keolahragaan
Darren Fletcher menjadi salah satu kisah sukses dari daftar tersebut. Meski sempat mengalami cedera patah kaki, ia bangkit dan tampil sebanyak 342 kali untuk Setan Merah. Pemain asal Skotlandia ini turut serta dalam lima gelar Premier League, Liga Champions, serta sejumlah trofi domestik lainnya.
Setelah pensiun, Fletcher tetap berada di dunia sepak bola. Ia bergabung sebagai pelatih di akademi Manchester United dan naik pangkat menjadi direktur teknis. Kini, ia menjabat sebagai pelatih tim U-18 United pada Juli 2025. Dua putranya, Jack dan Tyler, juga kini membela akademi Setan Merah.
John O’Shea: Seorang Pemain Serba Bisa
O’Shea adalah nama yang paling bersinar di antara daftar Ferguson selain Fletcher. Bek asal Irlandia ini tampil 394 kali untuk United dan ikut mempersembahkan 14 gelar bergengsi, termasuk 5 Premier League dan 1 Liga Champions.
Setelah hengkang ke Sunderland dan pensiun di Reading, O’Shea beralih ke dunia kepelatihan. Saat ini, ia menjabat sebagai asisten pelatih tim nasional Republik Irlandia di bawah asuhan Heimir Hallgrimsson.
Luke Chadwick: Bermain di Divisi Bawah
Chadwick sempat mencicipi gelar Premier League bersama United di musim 2000/01 dan bermain 38 kali selama kariernya di klub. Namun, kariernya tidak bertahan lama di Old Trafford dan lebih banyak berkiprah di klub-klub seperti Stoke, Norwich, hingga MK Dons, tempat ia menjadi pemain terbaik selama dua musim.
Kini, ia bekerja sebagai pelatih akademi di klub masa kecilnya, Cambridge United.
Michael Stewart: Harapan yang Tak Terpenuhi
Ferguson memiliki harapan besar terhadap Stewart, namun pemain ini hanya bermain 14 kali untuk United. Roy Keane bahkan pernah menyindirnya akan berakhir bermain di “tim pub”.
Setelah meninggalkan MU, ia bermain di Skotlandia untuk Hibernian dan Hearts, lalu sempat bermain di Turki bersama Genclerbirligi. Ia pensiun di usia relatif muda dan tidak meraih gelar besar bersama United.
Kieran Richardson: Talenta yang Tidak Maksimal
Nama Kieran Richardson mungkin terdengar familiar bagi penggemar Premier League. Ia mencetak 11 gol dalam 81 laga untuk United dan sempat bermain untuk Sunderland, Fulham, dan Aston Villa.
Meski sempat menembus timnas Inggris dan mencetak dua gol dalam delapan penampilan, Richardson tidak mencapai ekspektasi besar dari Ferguson. Setelah pensiun, ia menekuni dunia jual beli jam tangan mewah.
Danny Pugh: Karier Panjang di Luar Spotlight
Pugh hanya tampil 7 kali untuk Manchester United, tetapi kariernya terus berjalan bersama klub-klub seperti Leeds United, Preston North End, dan Stoke City. Ia sempat bermain di Premier League bersama Stoke dan mengakhiri kariernya di Port Vale pada 2020.
Setelah gantung sepatu, ia melanjutkan karier di dunia kepelatihan dan sempat menjabat sebagai pelatih sementara Port Vale. Kini, ia bekerja sebagai pelatih tim utama di klub kasta ketujuh, Leek Town.
Paul Tierney: Harapan Besar yang Berujung Sekali Main
Tierney menjadi contoh bahwa harapan besar tak selalu berujung sukses. Ia hanya tampil sekali untuk tim utama MU sebelum dilepas pada 2005. Meski pernah meraih penghargaan Jimmy Murphy Young Player of the Year, yang sebelumnya diterima Ryan Giggs dan Marcus Rashford, karier Tierney tak pernah benar-benar meledak.
Ia bermain singkat untuk klub-klub kecil seperti Livingston dan Blackpool, lalu mengakhiri karier profesionalnya di usia 26 tahun.
Harapan Tak Selalu Sejalan dengan Kenyataan
Tujuh nama yang dipercaya oleh Sir Alex Ferguson pada 2001 menunjukkan bahwa tidak semua bakat muda bisa berkembang sesuai ekspektasi, bahkan di bawah manajer sehebat Ferguson.
Fletcher dan O'Shea adalah dua kisah sukses yang menunjukkan bahwa kerja keras dan mentalitas adalah kunci bertahan di klub sebesar Manchester United. Sementara itu, nasib seperti Stewart dan Tierney menjadi pengingat bahwa ketatnya persaingan di level tertinggi bisa menjegal potensi besar sekalipun.
Meski tidak semua dari tujuh nama itu menjadi legenda klub, akademi Manchester United tetap menjadi jalur penting lahirnya bintang. Dari generasi '92 hingga kini munculnya Kobbie Mainoo dan Alejandro Garnacho, peran akademi tidak tergantikan.
Sir Alex Ferguson mungkin salah dalam beberapa prediksinya, tapi ia tak pernah salah soal pentingnya memberi peluang pada pemain muda. Sebab dari sanalah, banyak kisah besar dimulai—dari ruang ganti kecil di akademi, menuju Teater Impian.