Dari KUA ke Kopi, Kisah Radya dan Jundi yang Pilih Nikah Tanpa Pesta

Pernikahan Sederhana yang Penuh Makna
Perayaan pernikahan tidak selalu harus megah dan penuh dengan tamu undangan. Ada banyak cara untuk merayakan momen sakral ini, termasuk dengan memilih suasana yang lebih intim dan sederhana. Seperti yang dilakukan oleh pasangan Radya dan Jundi, yang memilih menggelar syukuran kecil bersama keluarga dan teman dekat setelah akad nikah.
Tidak ada pelaminan mewah atau ribuan tamu undangan. Hanya ada janji suci yang diucapkan di Kantor Urusan Agama (KUA) pada pukul 09.00 pagi, lalu siangnya keduanya duduk berdua sambil menikmati secangkir kopi. Itulah potret pernikahan Radya (25) dan Jundi (32), pasangan asal Yogyakarta yang baru saja melangsungkan akad nikah pada 2 Mei 2025 lalu.
Lewat akun TikTok miliknya, @jundeeey, Radya dan Jundi mengunggah dokumentasi hari spesialnya itu lewat video singkat yang memperlihatkan suasana akad di KUA hingga kegiatan ngopi setelahnya. Menikah di KUA memang sudah menjadi impian Radya sejak dulu. Dari awal pacaran, ia sudah menyampaikan keinginannya untuk menikah secara sederhana.
Bagi Radya, keramaian bukanlah sesuatu yang membuatnya nyaman. Ia lebih memilih perayaan yang intimate, hanya bersama keluarga dan orang terdekat. "Bukan berarti aku enggak punya teman dan enggak bergaul ya, tapi temanku justru paham dan menghargai karena tahu aku orangnya seperti apa," ujarnya.
Keputusan Bersama, Meski Awalnya Berbeda
Keputusan untuk menikah tanpa resepsi besar awalnya bukan keputusan bulat keduanya. Jundi sempat ingin membuat perayaan lebih besar dan bahkan sudah mulai mengumpulkan vendor. Ia sampai membuat moodboard, RAB, kontak WO, catering, dekor, dan venue. Tapi masalah muncul saat mereka mencoba membuat daftar undangan, ternyata jumlahnya jauh melebihi batas.
Akhirnya mereka mengambil jalan tengah dengan akad sederhana dan syukuran terbatas. Fokusnya bukan hanya pada mereka yang menikah, tapi juga menikahkan dua keluarga besar yang sebelumnya belum pernah ketemu.
Dukungan dari Keluarga
Pernikahan tanpa resepsi kadang masih jadi hal yang asing di tengah budaya masyarakat yang menganggap pesta pernikahan sebagai ajang silaturahmi. Namun bagi keluarga Radya dan Jundi, hal tersebut tidak menjadi masalah. "Alhamdulillah, keluarga kami dua-duanya support. Enggak banyak intervensi juga," jelas Radya.
Lamaran berlangsung pada 22 Februari 2025, lalu sempat "stuck" sampai akhirnya mereka memutuskan tanggal 2 Mei 2025 sebagai hari pernikahan. Saat sadar bahwa tanggal tersebut cukup cantik, 2/5/2025, ternyata juga bertepatan dengan tanggal jadian mereka dulu, yaitu tanggal 25.
Persiapan Singkat Tapi Bermakna
Bukan cuma pestanya yang minim ribet, persiapan acara pernikahan pasangan ini juga singkat, hanya butuh beberapa minggu saja. "Jujur persiapannya singkat banget sih untuk ukuran pernikahan pada umumnya," katanya.
Meski sederhana, bukan berarti tanpa biaya. Mereka mengaku uang yang dikeluarkan juga lumayan untuk standar pernikahan di KUA. "Untuk kebutuhan nikah di KUA-nya aja, habis sekitar Rp 18 jutaan. Mungkin bagi sebagian orang itu enggak sederhana, tapi standar sederhana tiap orang kan beda-beda," ujarnya.
Biaya tersebut belum termasuk mahar, konsumsi syukuran, dan kebutuhan lain. Justru menurut Radya, biaya yang agak mahal adalah makan bareng keluarga karena mereka ingin benar-benar menikmati momen kebersamaan.
Acara Sederhana Tapi Penuh Makna
Radya dan Jundi tidak menyebar undangan. Beberapa teman bahkan baru diberi kabar H-1 sebelum akad. "Lucunya, ada yang dateng ke KUA karena enggak percaya dan pengen lihat sendiri kami beneran nikah," tambahnya.
Usai akad di pagi hari, keduanya tidak langsung sibuk dengan acara seremonial atau berganti pakaian. Mereka memilih langsung lanjut kegiatan sambil ngopi santai. "Aku nonton film aja sambil laptopan, tunggu waktu check-in hotel jam 3 sore. Sedangkan suami kerja tipis-tipis karena dia punya usaha coffee shop," lanjutnya.
Fenomena menikah di KUA belakangan ini memang banyak diperbincangkan dan bahkan menjadi tren di media sosial, terutama di kalangan Gen Z. Tapi Radya mengaku, keputusan ini bukan karena ikut-ikutan. "Enggak terinspirasi dari siapa-siapa, memang dari dulu pengennya gitu. Nikah di KUA yang penting sah," tegasnya.
Setelah berpacaran hampir empat tahun, keputusan untuk menikah secara sederhana bukan berarti hubungan mereka kurang serius. Justru, hal itu menunjukkan kedewasaan dalam menentukan prioritas. Pernikahan mereka membuktikan bahwa kebahagiaan tak harus dirayakan secara megah. Cukup sah, cukup doa, dan cukup cinta.