Keluarga Sandera Israel Demo Akhiri Perang Gaza

Ratusan Warga Israel Gelar Protes Darurat di Tel Aviv
Ratusan warga Israel menggelar aksi protes darurat di Lapangan Sandera di ibu kota, Tel Aviv, pada Sabtu (2/8/2025). Aksi ini dilakukan setelah video yang menunjukkan kondisi dua sandera Israel yang masih ditahan di Gaza beredar. Dalam video tersebut, Evyatar David dan Rom Braslavski terlihat kurus dan lemah. Rekaman juga menampilkan David disandingkan dengan foto anak-anak Palestina yang kelaparan.
Keluarga sandera menyampaikan pernyataan mereka yang menyebutkan bahwa kondisi para sandera sangat memprihatinkan. Mereka meminta pemerintah Israel dan AS untuk segera mengambil tindakan. “Kami menghimbau kepada pemerintah Israel dan pemerintah AS – tatap mata kami dan orang-orang yang kami cintai,” ujar keluarga sandera dalam pernyataan mereka.
Mereka menyerukan diakhirinya perang di Gaza dan menuntut kesepakatan komprehensif yang akan membebaskan para sandera yang tersisa. Menurut perkiraan Israel, sebanyak 50 sandera masih berada di Gaza, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup.
AS Berjanji Dorong Kesepakatan untuk Akhiri Perang dan Pembebasan Sandera
Steve Witkoff, utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, turut hadir dalam protes tersebut dan berjumpa dengan para keluarga sandera. Ia meyakinkan mereka bahwa AS berencana mendorong kesepakatan tunggal terkait para sandera, di mana Hamas akan setuju untuk melucuti senjata dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berkomitmen untuk mengakhiri perang di Gaza.
“Kita sangat, sangat dekat dengan sebuah solusi untuk mengakhiri perang ini,” kata Witkoff. Namun, beberapa keluarga merasa tidak puas dengan pernyataan tersebut. Salah satu anggota keluarga mengatakan: “Saya tidak mengharapkan apa pun dari pertemuan ini. Dia mengulangi slogan-slogan—‘Hamas tidak menginginkan kesepakatan.’ Saya bertanya kepadanya: Sudah 8 bulan sejak pernyataan Trump, 3 bulan sejak kunjungan terakhir Anda, dan situasinya semakin memburuk.”
Israel Akan Terus Lanjutkan Perang Jika Tidak Ada Kesepakatan
Eyal Zamir, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan bahwa pertempuran di Gaza akan terus berlanjut jika kesepakatan mengenai sandera tidak kunjung tercapai. “Saya memperkirakan dalam beberapa hari ke depan kita akan mengetahui apakah kita berhasil mencapai kesepakatan parsial untuk pembebasan para sandera kita. Jika tidak, pertempuran akan berlanjut tanpa henti,” ujarnya.
Pada Selasa (29/7/2025), negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Qatar, Arab Saudi dan Mesir, mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza sebagai bagian dari upaya mengakhiri perang di wilayah tersebut. Liga Arab, Uni Eropa (UE) dan 17 negara lainnya mendukung deklarasi tersebut, yang ditandatangani dalam konferensi PBB mengenai upaya menghidupkan kembali solusi dua negara bagi Israel dan Palestina.
Warga Gaza Hadapi Ketakutan, Kelaparan dan Ketidakamanan
Sejak 7 Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 60 ribu warga Palestina. Lebih dari 18 ribu di antaranya adalah anak-anak. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa tujuh warga Palestina, termasuk seorang anak, meninggal dunia akibat kelaparan dan kekurangan gizi pada Sabtu (2/8/2025). Dengan demikian, jumlah kematian akibat kelaparan di Jalur Gaza telah mencapai 169 orang, termasuk 93 anak-anak, sejak Oktober 2023.
Ahmed al-Najjar, seorang jurnalis Gaza yang mengungsi di Khan Younis, mengatakan bahwa warga Palestina di wilayah tersebut menghadapi tragedi dan siksaan di tengah gempuran bom, kelaparan, dan perasaan tidak aman. “Kami tidak hanya berbicara tentang ketakutan terus-menerus akan bom Israel yang dijatuhkan di atas kepala kami, tetapi juga tentang kekosongan total dalam hal keamanan dan kekuasaan, yang membuat kami di sini merasa tidak yakin dan tidak aman atas keselamatan kami sendiri,” kata al-Najjar.
UNICEF melaporkan bahwa 1 dari 3 warga Palestina di Gaza tidak makan berhari-hari. Beberapa anggota DPR AS juga mendesak investigasi terhadap lembaga bantuan Gaza. Negara Arab seru Hamas untuk melucuti senjata di Gaza.