Kisah Sertu Mustari, Purnawirawan Kopassus Jeneponto Dapat Bantuan Rumah dari Kasad

Kehidupan Seorang Purnawirawan TNI di Rumah Kecil 2x2 Meter
Di tengah kampung yang tenang, di Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel), tinggal seorang lelaki tua bernama Mustari Baso. Usianya kini menginjak 82 tahun, namun kehidupannya tidak seperti yang diharapkan. Mustari tinggal di sebuah ruangan sempit berukuran 2x2 meter, yang terletak di belakang rumah keluarga H Jalling. Ruangan ini menjadi tempat tinggalnya setelah ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya.
Mustari bukanlah orang biasa. Ia adalah purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Sersan Satu (Sertu). Dulu, ia pernah bertugas di satuan elit TNI, yaitu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang kini dikenal sebagai Kopassus. Masa lalunya penuh dengan pengabdian dan perjuangan, namun kini ia menjalani hari-harinya dalam kesendirian.
Dalam wawancara dengan Cari Tahu, Mustari masih bisa mengingat masa tugasnya di era Presiden Soeharto. Ia pernah bertugas ke Timor-Timor dua kali dan juga pernah menangani kasus PKI. Meski begitu, ia menyadari bahwa kehidupannya kini sangat jauh dari masa kejayaannya. Ia ditinggalkan oleh keluarganya, dan hanya beberapa orang yang masih peduli padanya.
Hj Sattunia, istri dari H Jalling, yang kini merawat Mustari, mengatakan bahwa anak dan istri Mustari tidak pernah datang berkunjung. Mereka hanya pernah menelepon sekali dan berjanji akan membantu, tetapi hingga kini belum ada bantuan yang diberikan. Bahkan, uang pensiun Mustari pernah diambil oleh anaknya sebesar Rp100 juta. Kini, sisa gaji pensiunnya hanya Rp400 ribu per bulan.
Mustari pernah ditemukan tidur di bawah jembatan Tino, Kabupaten Bantaeng, dan bahkan pernah terlantar di Terminal Malengkeri, Makassar. Anak yang tinggal di Makassar pernah berjanji untuk menjemputnya, tetapi tidak pernah datang. Akhirnya, seseorang membawanya ke pinggir jalan, tepat di depan rumah H Jalling, dan dari sanalah cerita haru Mustari dimulai.
Perhatian dari TNI AD
Keberadaan Mustari mendapat perhatian dari institusi TNI AD. Dandim 1425 Jeneponto, Letkol Inf Abdul Muthalib Tallasa, menyambangi kediamannya untuk mengetahui kondisi terkini. Ia juga membawa pesan dari Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Maruli Simanjuntak.
"Komando atas akan dibuatkan rumah dari bapak Kasad (untuk Mustari)," ujar Abdul Muthalib. Pembangunan rumah tersebut kini dalam tahap penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB). "Kalau RAB sudah siap kita hitung-hitungan, baru kalau sudah selesai baru kita bangun," tambahnya.
Selain itu, bantuan kemanusiaan dari rekan-rekan sesama baret merah atau Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) terus mengalir untuk Mustari. Alhamdulillah, kondisinya saat ini masih sehat.
Harapan Baru bagi Mustari
Kisah Mustari yang viral dan menyentuh banyak kalangan, khususnya keluarga besar TNI dari satuan elit Kopassus, membuat banyak pihak peduli. Bahkan, Presiden Prabowo pun diketahui melihat kabar ini, sehingga memicu respons dari para mantan Kopassus.
Rencana pembangunan rumah layak huni ini menjadi harapan baru bagi Mustari di usia senjanya. Dukungan dan perhatian dari institusi TNI akan memberikan semangat hidup serta pengakuan atas jasa dan pengabdian beliau di masa lalu.
Di ruangan sempit 2x2 meter tersebut, Mustari masih memiliki seragam TNI dilengkapi lambang Kopassus di bahu kiri dan papan RPKAD di dada kiri serta papan nama M.K.R Baso, (Mustari Karaeng Baso). Dalam buku Keterangan Mengenai Pensiunan, Mustari bernama lengkap Mustari Baso Sertu Purn TNI-AD, lahir 5 Februari 1943.
Kehidupan Mustari menjadi contoh bagaimana pentingnya perhatian dan dukungan dari lingkungan sekitar, terutama bagi para purnawirawan yang telah berjasa bagi bangsa dan negara.