Pengalaman Mengerikan Tujuh Pendaki Tersambar Petir Dua Kali di Gunung Bawang

Insiden Mengerikan di Gunung Bawang Bengkayang yang Menewaskan Seorang Pendaki
Di tengah keindahan alam, terkadang cuaca bisa menjadi musuh terberat bagi para pendaki. Hal ini dialami oleh tujuh pendaki yang sedang melakukan pendakian di Gunung Bawang Bengkayang. Kejadian mengerikan terjadi pada dini hari tanggal 2 Agustus 2025, ketika salah satu dari mereka tersambar petir dan meninggal dunia. Peristiwa ini kini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, terutama di media sosial.
Pendaki yang tewas adalah Alponso. Ia tidak sempat bertahan hidup setelah tersambar petir secara langsung. Sementara itu, enam pendaki lainnya mengalami kesulitan karena tersesat di hutan setelah mencoba mencari bantuan. Beruntung, mereka akhirnya berhasil diselamatkan oleh tim SAR, meski harus pulang dengan kondisi yang sangat menyedihkan.
Pengalaman Pendaki Selamat: Ega Ferdian
Salah satu pendaki yang selamat adalah Ega Ferdian (20). Ia berbagi pengalamannya dengan Cari Tahu tentang bagaimana insiden mengerikan ini terjadi. Awalnya, rencana untuk mendaki Gunung Bawang hanya sekadar wacana. Namun, kesempatan akhirnya datang ketika ia dan teman-temannya sepakat untuk mengambil cuti bersama. Mereka juga mengajak seorang rekan yang sudah pernah mendaki sebagai pemandu.
Perjalanan dimulai dari Kota Pontianak pada malam 31 Juli, sekitar pukul 24.00 WIB. Mereka tiba di Bengkayang pada pagi hari tanggal 1 Agustus. Setelah berkumpul, rombongan melanjutkan perjalanan menuju basecamp di Desa Suka Bangun atau Lembah. Total ada tujuh orang dalam rombongan, termasuk Alponso yang bergabung di luar rencana awal.
Persiapan dan Perjalanan Awal
Sebelum memulai pendakian, mereka sempat bertanya kepada warga setempat tentang kondisi cuaca. Warga mengatakan bahwa daerah tersebut telah empat bulan tanpa hujan. Mereka juga menyarankan agar membawa air dari Pos 1 karena kemungkinan Pos 2 dan Pos 3 kekeringan. Namun, saat tiba di Pos 2, mereka justru mendengar suara aliran air yang cukup deras.
Perjalanan menuju puncak memakan waktu sekitar 12 jam. Mereka tiba di puncak sekitar pukul 8 malam. Cuaca cerah dan langit penuh bintang membuat suasana sangat indah. Tidak ada kejadian aneh selama perjalanan. Jalur awal terasa ringan, namun setelah melewati bebatuan dan hutan lumut, kondisi mulai lembap dan basah karena malam telah tiba.
Detik-Detik Mencekam Petir
Setibanya di puncak, mereka langsung mendirikan tenda dan makan. Hingga pukul 23.00 WIB, mereka masih bercerita-cerita di bawah langit yang cerah. Tiba-tiba, hujan mulai turun sekitar pukul 04.00 WIB pagi. Tenda yang bocor memaksa penghuninya terbangun. Mereka kemudian pindah ke tenda lain.
Pada pukul 05.30 WIB atau 06.00 WIB pagi, Ega merasakan angin dan gemuruh guntur. Saat mereka sedang bersandar, petir langsung menyambar tenda mereka. Tenda hancur dan berasap. Ega dan dua temannya terpental dan tidak bisa bergerak. Mereka merasa tidak akan selamat.
Beberapa menit kemudian, petir kembali menyambar. Kali ini, sambaran mengarah ke tenda sebelah. Meski tenda Ega hanya merasakan tegangan listrik, mereka kembali terguncang. Akhirnya, mereka memutuskan untuk keluar dari tenda meskipun hujan masih turun.
Pencarian dan Evakuasi
Saat mereka sudah berada di bawah, Ali mengabarkan bahwa Alponso pingsan. Dengan kondisi yang tidak bisa bergerak dan pakaian basah kuyup, mereka memutuskan untuk menunggu teman-teman yang lebih kuat. Sekitar pukul 08.00 WIB pagi, hujan mulai reda.
Agil, Ali, dan Fadil memutuskan untuk naik kembali ke puncak. Tujuan mereka adalah memastikan kondisi Alponso yang pingsan dan mengambil barang-barang penting seperti ponsel, dompet, kompor, dan gas. Ketika tiba di puncak, mereka melihat Alponso sudah pucat dan bibirnya kering. Ali memberikan napas buatan, tetapi tidak ada respons. Mereka yakin Alponso sudah meninggal dunia.
Pesan Penting untuk Para Pendaki
Usai insiden tragis tersebut, Ega hanya mengalami luka bakar ringan akibat sambaran petir serta nyeri di beberapa bagian tubuh. Meski demikian, secara keseluruhan kondisinya dinyatakan aman. Ia pun menyampaikan pesan penting untuk para pendaki lainnya, terutama yang hendak naik gunung di tengah cuaca tidak menentu.
“Kalau hujan gitu kan, hujan, guntur, petir jangan maksakan lah,” pesannya. Ia menekankan bahwa keselamatan adalah prioritas utama, dan penting untuk tidak memaksakan diri saat kondisi alam sedang tidak bersahabat.