Populasi Jepang Menurun Drastis

Featured Image

Penurunan Populasi Jepang Mencatat Rekor Terburuk

Populasi Jepang terus mengalami penurunan yang signifikan. Tahun 2024 menjadi tahun dengan penurunan terbesar sejak pencatatan dimulai pada tahun 1968. Data resmi menunjukkan bahwa jumlah penduduk berkurang sebesar 0,75 persen atau sekitar 908.574 jiwa. Ini adalah angka penurunan terbesar dalam sejarah Jepang.

Penurunan ini merupakan yang ke-16 berturut-turut, menandai tren yang konsisten selama lebih dari satu dekade. Dari puncaknya pada tahun 2009 sebanyak 126,6 juta jiwa, populasi Jepang kini telah turun menjadi 120,65 juta orang. Kementerian Dalam Negeri mencatat bahwa kondisi ini semakin memperkuat ancaman terhadap stabilitas sosial dan ekonomi negara.

Dari segi usia, sekitar 30 persen penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas, sementara 60 persen berada dalam rentang usia 15 hingga 64 tahun. Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan populasi tertua di dunia, hanya kalah dari Monaco. Hal ini menjadikannya tantangan besar untuk menjaga keseimbangan antara jumlah lansia dan tenaga kerja produktif.

Angka Kelahiran yang Menurun Drastis

Selain penurunan populasi secara keseluruhan, Jepang juga mengalami penurunan angka kelahiran yang sangat mencemaskan. Tahun 2024 menjadi pertama kalinya jumlah kelahiran di bawah 700.000. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa hanya 686.061 bayi yang lahir, angka terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1899. Angka ini menunjukkan bahwa masalah demografi Jepang semakin memburuk.

Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyebut situasi ini sebagai "keadaan darurat yang senyap." Ia berjanji akan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk mengatasi tren ini. Pemerintah Jepang telah lama berupaya meningkatkan angka kelahiran, tetapi hasilnya masih jauh dari harapan.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Populasi yang menua memberikan tekanan besar pada perekonomian. Semakin banyak warga yang pensiun dan membutuhkan dana pensiun, sementara generasi muda yang bekerja semakin sedikit. Hal ini berdampak langsung pada pendapatan negara dan kemampuan sistem sosial untuk menopang lansia.

Di tengah ini, Jepang mulai bergantung pada tenaga kerja asing untuk menutupi kekurangan tenaga kerja. Meskipun jumlah penduduk asing di Jepang menurun, jumlah totalnya tetap meningkat. Survei menunjukkan bahwa jumlah penduduk asing mencapai rekor 3.677.463 orang sejak dimasukkan dalam data tahun 2013. Pertumbuhan ini mencapai 10,65 persen atau 354.089 orang.

Regional dan Usia Penduduk

Peningkatan penduduk asing terjadi di berbagai wilayah. Hokkaido, pulau utara Jepang, mencatat peningkatan terbesar sebesar 19,57 persen. Sebagian besar penduduk asing berada dalam usia kerja, yaitu sekitar 85,77 persen, dan berkontribusi dalam mengisi kekosongan tenaga kerja akibat penurunan populasi lokal.

Namun, peningkatan jumlah penduduk asing tidak sepenuhnya disambut baik oleh masyarakat Jepang. Masalah biaya hidup yang tinggi dan kekhawatiran tentang penyalahgunaan sistem migrasi membuat partai anti-imigrasi seperti Sanseito mendapatkan dukungan yang signifikan. Partai ini menyalahkan warga asing atas masalah ekonomi negara, yang berdampak pada perubahan politik nasional.

Situasi Wilayah dan Demografi

Di tingkat prefektur, beberapa daerah mengalami penurunan populasi terbesar. Prefektur Akita dan Aomori di timur laut Jepang mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,91 persen dan 1,72 persen. Di bagian barat Jepang, Prefektur Kochi mengalami penurunan sebesar 1,71 persen. Secara nasional, penurunan populasi mencapai 0,75 persen.

Tokyo adalah satu-satunya wilayah yang mengalami peningkatan populasi, naik sebesar 0,13 persen. Hal ini karena tingginya arus masuk penduduk ke ibu kota. Jika penduduk asing juga diperhitungkan, hanya Tokyo dan Prefektur Chiba yang mengalami peningkatan populasi.

Dari segi usia, sekitar 29,58 persen penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas, sedangkan 59,04 persen berada dalam usia 15 hingga 64 tahun. Kedua angka ini menunjukkan peningkatan kecil dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi tren penurunan populasi tetap menjadi isu serius bagi masa depan Jepang.