Permainan Roblox Kontroversial Dilarang oleh Kementerian Pendidikan

Featured Image

Roblox: Fenomena Digital yang Menggabungkan Kreativitas dan Keamanan

Roblox telah menjadi salah satu fenomena digital terbesar di dunia, terutama di kalangan anak-anak. Dibuat oleh David Baszucki dan Erik Cassel pada 1 September 2006, game ini tidak hanya menyediakan pengalaman bermain yang menarik, tetapi juga menjadi platform kreatif bagi pengguna untuk menciptakan permainan mereka sendiri.

Sebelum dikenal sebagai Roblox, game ini awalnya dikembangkan pada tahun 2003 dengan nama-nama seperti GoBlocks dan DynaBlocks. Seiring waktu, Roblox berkembang menjadi ekosistem digital yang menggabungkan permainan daring, pemrograman sederhana, dan interaksi sosial. Pengguna, termasuk anak-anak, dapat membuat berbagai jenis permainan, mulai dari petualangan, simulasi memasak, hingga bertani, yang kemudian bisa dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Roblox juga dilengkapi dengan fitur sosial seperti obrolan teks, suara, dan pertemanan. Game ini tersedia di berbagai perangkat, termasuk smartphone, komputer, hingga konsol seperti Xbox dan PlayStation. Hingga saat ini, Roblox memiliki lebih dari 111 juta pengguna aktif global, menjadikannya salah satu aplikasi paling populer di Play Store dan App Store.

Namun, popularitas Roblox tidak sepenuhnya tanpa masalah. Platform ini sering kali menjadi sorotan karena risiko keamanan bagi pengguna anak-anak. Pada tahun 2022, sejumlah orang tua di AS menggugat Roblox atas dugaan eksploitasi anak. Sementara itu, pada 2024, Turki memblokir Roblox karena konten seksual yang dinilai berpotensi mengeksploitasi anak di bawah umur.

Laporan Hindenburg Research pada Oktober 2024 menyebut Roblox sebagai "tempat subur bagi pedofilia," dengan adanya konten kekerasan dan pornografi yang bisa diakses oleh anak-anak. Kritik ini memicu diskusi global tentang seberapa aman lingkungan digital bagi anak-anak.

Upaya Keamanan dan Edukasi di Roblox

Menanggapi kritik tersebut, Roblox Corporation mengklaim telah memperketat kontrol terhadap konten dan interaksi pengguna. Beberapa langkah yang diambil antara lain penerapan sistem filter otomatis untuk menyaring kata-kata kasar dan konten berbahaya. Selain itu, ada fitur Parental Control yang memungkinkan orang tua mengawasi aktivitas anak, termasuk siapa yang berteman, durasi bermain, serta penandaan konten berdasarkan tingkat kekerasan, yaitu Minimal, Mild, Moderate, hingga Restricted.

Roblox juga menambahkan fitur Learning Hub yang menyediakan game edukatif seperti matematika, biologi, dan astronomi untuk berbagai jenjang usia. Fitur ini bertujuan untuk membantu anak-anak belajar sambil bermain.

Larangan Mendikdasmen: Anak Belum Bisa Membedakan Realita dan Fantasi

Meskipun Roblox dilengkapi dengan sistem keamanan dan konten edukatif, platform ini tetap mendapat perhatian dari pemerintah. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, baru-baru ini mengimbau para pelajar agar tidak memainkan Roblox. Ia menyoroti game yang mengandung kekerasan dan bahasa kasar, termasuk Roblox.

Menurut Mu’ti, anak-anak usia sekolah dasar belum memiliki kapasitas untuk membedakan mana realita dan mana dunia digital. Hal ini membuat mereka rentan meniru adegan kekerasan dalam game. Misalnya, aksi membanting karakter dalam permainan yang dianggap wajar di dunia virtual bisa berbahaya jika dilakukan di dunia nyata.

Ia mendorong orang tua dan pendidik untuk mengarahkan anak-anak ke konten yang membangun, seperti Dora the Explorer, yang dinilai mampu melatih kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan sosial.

Tantangan Pengawasan di Era Digital

Kasus Roblox menunjukkan tantangan besar dalam pengawasan dunia digital untuk anak-anak. Popularitas game yang tinggi sering kali tidak sebanding dengan kesiapan sistem dan edukasi publik dalam mengelola dampaknya.

Di tengah perkembangan teknologi yang tak bisa dibendung, kolaborasi antara orang tua, guru, dan platform digital menjadi kunci utama. Anak-anak boleh bermain dan belajar melalui dunia virtual, tetapi tetap harus dalam pengawasan ketat dan dengan pemahaman yang benar soal batas antara realita dan hiburan.