Belitung Siap Miliki Pabrik Kelapa Terbesar Asia Tenggara, Gubernur Ajak Warga Tanam Kelapa

Rencana Pengembangan Kebun Kelapa Skala Besar di Bangka Belitung
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hidayat Arsani, mengumumkan rencana pengembangan kebun kelapa skala besar di Pulau Belitung. Proyek ini akan diikuti dengan pembangunan pabrik kelapa terbesar se-Asia Tenggara. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Gubernur saat berdiskusi dengan para kelompok tani di Wisma Bougenville, Sabtu (26/7). Ia didampingi oleh perwakilan investor yang siap menanamkan modal hingga Rp1 triliun untuk proyek ini.
Menurut Hidayat Arsani, investor akan menanamkan bibit kelapa sebanyak 1 hingga 2 juta batang. Lahan-lahan yang tidak produktif seperti HTI, HTM, maupun HKM akan dimanfaatkan sebagai lahan tanaman kelapa. Target utama adalah menjadikan Bangka Belitung sebagai pusat kelapa dunia. Dalam tahap awal, penanaman akan dilakukan sekitar 200 ribu bibit, yang secara bertahap akan berkembang hingga menciptakan 1 juta lapangan kerja.
Masyarakat hanya diminta menyediakan lahan dan membersihkannya, sementara bibit, perawatan, hingga pemasaran menjadi tanggung jawab investor. Hasil panen akan dibagi antara masyarakat dan investor, dengan masyarakat mendapatkan 20 persen dari hasil panen. Dari 1 hektare bisa ditanam 180 pohon, yang setiap tahunnya bisa menghasilkan sekitar Rp36 juta.
Hidayat Arsani memastikan bahwa proyek ini telah dikaji secara serius, termasuk keberlanjutan dan jaminan pasar hasil panen. Perwakilan investor telah menyatakan kesiapan mereka membangun pabrik yang akan menyerap sekitar 5.000 tenaga kerja untuk pengolahan, belum termasuk di sektor perkebunan.
Kerjasama yang Menguntungkan
Investor tidak akan membeli lahan masyarakat. Skema yang diterapkan adalah kerja sama berbasis kepemilikan tanah, di mana kelompok tani yang sudah terdaftar akan menerima bantuan berupa bibit kelapa, pupuk, dan ongkos tanam. Tenaga kerja akan berasal dari pemilik lahan itu sendiri. Selain mendapat bagian 20 persen dari hasil panen, mereka juga akan memperoleh penghasilan dari pekerjaan mengolah lahannya.
Untuk memastikan kelancaran program, investor meminta legalitas tanah kelompok tani dipastikan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menghindari tumpang tindih klaim kepemilikan yang bisa menyulitkan perusahaan. Investor menegaskan bahwa kelompok tani harus tertata dengan jelas, misalnya kelompok A punya 50 hektare, kelompok B punya 60 hektare, dan tidak boleh ada tumpang tindih dalam lahan tersebut.
Perusahaan akan melakukan pengawasan ketat terhadap bibit yang diberikan, memastikan semua ditanam dan dirawat sesuai ketentuan. Sebelum masa panen kelapa yang memerlukan waktu sekitar lima tahun, lahan akan dimanfaatkan dengan sistem tumpang sari. Jenis tanaman tumpang sari yang diusulkan adalah jagung karena masa panennya relatif cepat. Hasil jagung juga akan dibagi bersama kelompok tani, sementara bibit dan pupuknya disediakan oleh perusahaan.
Dukungan dari Masyarakat
Ketua Kelompok Tani Selendang Mitra Mandiri, Abdulrahman, menyambut positif rencana pengembangan kebun kelapa skala besar di Pulau Belitung. Ia menyatakan dukungan terhadap program tersebut selama dikelola secara jelas dan memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Ia memiliki lahan seluas 2,5 hektare di Kelapa Kampit, yang saat ini ditanami sekitar 600 batang pohon karet sejak tahun 2013.
Karena tanaman karetnya masih produktif, ia tidak ingin lahan itu dialihkan. Namun, ia tetap membuka peluang untuk mengikuti program kebun kelapa dengan memanfaatkan lahan lain. Ia mengusulkan lahan di luar HTR (hutan tanaman rakyat), misalnya di kawasan hutan produksi (HP). Ia akan segera mengumpulkan anggota kelompok tani untuk mendata lahan-lahan milik warga di sekitar kawasan HP. Lahan-lahan tersebut nantinya akan diajukan untuk ikut dalam skema kerja sama dengan investor.
Lahan HTR yang sudah ditanami karet tetap dipertahankan karena masih menghasilkan. Ia menilai program ini sebagai peluang alternatif bagi petani, terutama di tengah kesulitan ekonomi dan semakin terbatasnya hasil dari tambang timah maupun laut.