Dari Prajogo Sampai Salim, 12 Emiten Konglomerat Paling Menguntungkan!

Kenaikan Saham Grup Konglomerasi di Pasar Modal
Dalam tiga bulan terakhir, sejumlah saham yang dimiliki oleh grup konglomerasi Tanah Air mencatatkan kenaikan signifikan. Beberapa emiten dari Grup Barito, Grup Sinar Mas, hingga Grup Djarum menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat, membuat mereka menjadi pilihan investor dalam daftar saham terbaik.
BRPT: Pemimpin Kenaikan Harga Saham
Salah satu emiten yang mengalami lonjakan terbesar adalah PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), yang merupakan perusahaan terafiliasi dengan Prajogo Pangestu. Harga saham BRPT meningkat sebesar 256,83% dalam tiga bulan terakhir, dengan harga saat ini mencapai Rp2.480 per saham. Riset dari Union Bank of Switzerland (UBS) menyebutkan bahwa BRPT memiliki prospek cerah di sektor energi terbarukan dan petrokimia berkat anak perusahaannya, PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA).
Analis UBS, Timothy Handerson dan Warayut Luangmettakul, menjelaskan bahwa BREN sebagai pemain terbesar di industri energi terbarukan Indonesia dengan kapasitas 965 MW pada 2024 akan memberikan kontribusi positif terhadap BRPT. Selain itu, BRPT juga memiliki target untuk mencapai kapasitas 1,8-2,4 GW pada 2027 hingga 2032, yang akan didorong oleh proyek panas bumi atau angin.
Di sisi lain, TPIA sebagai anak usaha BRPT masih menjadi produsen terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 4,2 juta ton per tahun. Meskipun profitabilitas segmen ini sempat tertekan akibat kelebihan pasokan global, UBS memperkirakan adanya perbaikan bertahap dalam siklus petrokimia global.
SSIA: Potensi Masuk MSCI Small Cap Index
Selanjutnya, saham PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA), yang terafiliasi dengan Grup Djarum, mengalami kenaikan sebesar 223,75% menjadi Rp2.590 per saham. Kenaikan ini tidak terlepas dari aksi beli oleh Grup Djarum, yang berpotensi mendorong SSIA masuk ke dalam indeks MSCI Small Cap Index.
Riset Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan bahwa SSIA dinilai berpeluang masuk MSCI seiring lonjakan harga sahamnya yang mencapai 82% month to date (MtD). Kenaikan tersebut didorong oleh aksi pembelian saham sebesar 5,89% oleh Grup Djarum. Kapitalisasi pasar free float SSIA telah mencapai US$618 juta, jauh di atas ambang batas US$250 juta yang disyaratkan MSCI.
Selain itu, nilai transaksi harian SSIA dalam 12 bulan mencapai US$1,8 juta per hari, melampaui ambang batas sebesar US$1,0 juta per hari. Adapun rasio AVTR (adjusted traded value ratio) juga di atas ambang batas 10%. Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi beli saham SSIA dengan target harga baru sebesar Rp4.000 per saham, naik dari sebelumnya Rp2.000 per saham.
CUAN dan DCII: Pertumbuhan Pesat di Sektor Energi dan Teknologi
Selain BRPT dan SSIA, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) milik Grup Prajogo Pangestu mengalami kenaikan sebesar 137,21% menjadi Rp1.530 per saham. Di sisi lain, saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) yang dikendalikan Toto Sugiri dan Anthoni Salim menguat 130,84% menjadi Rp346.725 per saham. Kenaikan ini terjadi seiring rilis kinerja perusahaan pada semester I/2025.
Laporan keuangan akhir Juni 2025 menunjukkan bahwa DCII meraih pendapatan sebesar Rp1,33 triliun atau naik 80,95% secara tahunan. Mayoritas pendapatan berasal dari jasa colocation senilai Rp1,25 triliun dan pendapatan lain-lain sebesar Rp83,8 miliar. Laba bersih DCII mencapai Rp616,9 miliar atau melonjak hingga 105,99% YoY.
Daftar Saham Konglomerasi dengan Kenaikan Tertinggi
Berikut adalah daftar saham konglomerasi dengan kenaikan tertinggi dalam tiga bulan terakhir:
- BRPT (Prajogo Pangestu): +256,83%
- SSIA (Grup Djarum): +223,75%
- CUAN (Prajogo Pangestu): +137,21%
- DCII (Toto Sugiri & Anthoni Salim): +130,84%
- BUVA (Happy Hapsoro): +98,51%
- PTRO (Prajogo Pangestu): +54,70%
- DSSA (Grup Sinar Mas): +52,78%
- PANI (Sugianto Kusuma): +66,67%
- RATU (Happy Hapsoro): +41,46%
- BREN (Prajogo Pangestu): +35,40%
- WIFI (Hashim Djojohadikusumo): +22,32%
- RAJA (Happy Hapsoro): +21,67%
Kenaikan saham-saham ini menunjukkan potensi besar di pasar modal, namun keputusan investasi tetap sepenuhnya ada di tangan investor.