Israel Umumkan Jeda Perang di Gaza Pukul 10.00-20.00 Setiap Hari

Israel Umumkan Jeda Taktis di Jalur Gaza
Israel telah mengumumkan jeda taktis dalam pertempuran di sejumlah wilayah Jalur Gaza. Keputusan ini diambil untuk memfasilitasi akses jalur darat bagi PBB dan lembaga bantuan kemanusiaan dalam mendistribusikan bantuan ke wilayah yang terkena dampak krisis. Situasi kelaparan di Gaza semakin memburuk, sehingga langkah ini dianggap sebagai upaya untuk membantu masyarakat setempat.
Menurut pernyataan militer Israel, jeda tersebut akan berlangsung setiap hari dari pukul 10.00 hingga 20.00 waktu setempat. Wilayah yang termasuk dalam jeda meliputi Al-Mawasi, Deir el-Balah, dan Kota Gaza. Daerah-daerah ini disebut sebagai area tanpa operasi militer aktif. Meski demikian, belum ada respons resmi dari PBB atau organisasi kemanusiaan lainnya. Beberapa sumber kemanusiaan menyampaikan ketidakpercayaan terhadap pengumuman tersebut dan menunggu realisasi dari langkah yang diumumkan.
Selain itu, Israel juga menyatakan telah membuka "rute aman" di seluruh Gaza untuk memudahkan pergerakan konvoi bantuan dari PBB dan organisasi kemanusiaan. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk pembelaan terhadap tuduhan bahwa pemerintah sengaja menggunakan kelaparan sebagai senjata terhadap warga sipil Palestina.
Bantuan Udara dan Kritik Internasional
Di tengah situasi krisis, Israel mulai menjatuhkan bantuan makanan dari udara. Hal ini dilakukan sebagai alternatif untuk mencapai wilayah yang sulit dijangkau. Di sisi lain, Uni Emirat Arab mengumumkan rencana untuk melanjutkan pengiriman bantuan, sementara Inggris menyatakan akan bekerja sama dengan Yordania dalam distribusi bantuan kemanusiaan.
Namun, banyak lembaga kemanusiaan menilai bahwa pengiriman bantuan dari udara tidak cukup untuk mengatasi kebutuhan mendesak penduduk Gaza. Philippe Lazzarini, kepala UNRWA, menyatakan bahwa pengiriman dari udara tidak efektif dan bahkan bisa membahayakan warga sipil yang sedang lapar. Ia menegaskan bahwa metode ini mahal dan tidak efisien dalam menghadapi krisis pangan yang parah.
Beberapa organisasi kemanusiaan juga mengkritik tindakan militer Israel yang dianggap membatasi akses bantuan secara berlebihan. Mereka menuding bahwa jalur distribusi bantuan di Gaza dikontrol ketat oleh pihak berwenang. Sementara itu, militer Israel membantah klaim tersebut dan menegaskan bahwa jumlah truk yang masuk tidak dibatasi.
Situasi Kemanusiaan yang Memburuk
Saat ini, operasi bantuan juga dilakukan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat. Namun, kondisi kemanusian di wilayah tersebut tetap memprihatinkan. Pada Sabtu (26/7/2025), badan pertahanan sipil Palestina melaporkan sedikitnya 50 warga sipil tewas dalam serangan pasukan Israel. Korban tewas ditemukan saat sedang menunggu di dekat titik distribusi bantuan.
Hossam Sobh, seorang warga Gaza, mengungkapkan rasa takutnya terhadap ancaman nyawa saat mencoba mengambil bantuan. Ia memohon kepada Tuhan dan saudara-saudara Arab untuk segera mencapai gencatan senjata agar tidak semua warga Gaza kehilangan nyawa.
Ketegangan di Perairan Gaza
Ketegangan juga terjadi di perairan Gaza. Pasukan Israel menaiki kapal Handala milik Koalisi Armada Kebebasan pada Sabtu malam. Kapal tersebut membawa aktivis pro-Palestina yang berusaha menembus blokade laut. Tayangan langsung menunjukkan momen pasukan Israel naik ke kapal saat mendekati Gaza. Beberapa menit kemudian, siaran video terputus dan hingga kini belum ada verifikasi independen atas kejadian tersebut.
Lebih dari 100 lembaga swadaya masyarakat (LSM) telah memperingatkan bahwa "kelaparan massal" sedang menyebar luas di Jalur Gaza. Situasi kemanusiaan disebut memburuk secara drastis, dengan lebih dari dua juta warga menghadapi krisis pangan yang ekstrem.