Kementerian Kesehatan Gaza: Jeda Kemanusiaan Selamatkan Jiwa Terluka

Kondisi Darurat di Gaza: Kebutuhan Bantuan Kemanusiaan yang Mendesak
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Munir al-Bursh, menyampaikan pernyataan mengenai pentingnya jeda kemanusiaan dalam konflik yang sedang berlangsung. Ia menilai bahwa momen ini menjadi waktu yang tepat untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang masih hidup. Dalam pernyataannya melalui Telegram, al-Bursh menggambarkan situasi yang sangat memprihatinkan.
Di tengah gencatan senjata sementara yang penuh ketidakpastian dan keheningan dari dunia internasional, korban luka terus berteriak meminta bantuan, anak-anak kelaparan, dan ibu-ibu pingsan di atas reruntuhan. Al-Bursh menyerukan evakuasi segera bagi mereka yang mengalami cedera parah, termasuk pasien yang membutuhkan operasi kompleks. Ia juga menekankan perlunya masuknya pasokan medis dan makanan, seperti susu untuk anak-anak dan bayi, suplemen nutrisi tinggi protein, antibiotik, solusi glukosa, serta sumber protein seperti daging, telur, dan gula.
Krisis Kelaparan yang Mengancam
Statistik dari PBB menunjukkan skala krisis kelaparan yang semakin parah di Gaza. Sepertiga penduduk Gaza belum makan selama beberapa hari, dan hampir setengah juta orang mengalami kondisi mirip kelaparan. Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa gencatan senjata yang disepakati adalah satu-satunya cara agar bantuan kemanusiaan dapat mencapai seluruh penduduk Gaza secara konsisten dan aman.
WFP menegaskan bahwa mereka memiliki cukup makanan dalam atau sedang dalam perjalanan ke wilayah tersebut untuk memberi makan seluruh populasi 2,1 juta orang selama hampir tiga bulan. Namun, akses ke bantuan tetap menjadi tantangan besar.
Korban Jiwa dan Luka-Luka yang Meningkat
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza, sejak perang dimulai pada Oktober 2023, setidaknya 59.821 warga Palestina tewas dan 144.851 luka-luka. Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel menewaskan 88 orang dan melukai 374 orang. Rumah sakit mencatat enam kematian baru akibat kekurangan gizi, sehingga jumlah total kematian akibat krisis kelaparan mencapai 133, termasuk 87 anak-anak.
Penilaian dari Menteri Luar Negeri Inggris
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyambut baik pengumuman jeda pertempuran dari militer Israel. Namun, ia menekankan bahwa pengumuman ini saja tidak cukup untuk meringankan penderitaan di Gaza. Lammy menyoroti pentingnya akses bantuan yang cepat dan efektif. Ia menekankan bahwa diperlukan gencatan senjata yang dapat mengakhiri perang, membebaskan sandera, dan memastikan bantuan masuk tanpa hambatan.
Ia juga menyarankan bahwa jalur darat adalah satu-satunya cara berkelanjutan untuk memberikan bantuan ke Gaza. Langkah-langkah ini harus diterapkan sepenuhnya, dan hambatan lebih lanjut harus dihilangkan.
Peringatan dari Akademisi Israel
Lebih dari 300 akademisi Israel, termasuk 341 orang yang terlibat dalam gerakan akademik, menyerukan diakhirinya kekejaman di Gaza. Mereka menyampaikan pesan kepada pemerintah Israel, tentara, dan masyarakat umum untuk segera menghentikan krisis kemanusiaan. Mereka menuntut agar bantuan medis, makanan, dan air segera diizinkan masuk, serta menghentikan penembakan terhadap warga sipil tak bersenjata.
Tindakan Militer Israel dan Perspektif PBB
Militer Israel mengatakan akan melakukan serangkaian tindakan untuk meningkatkan respons kemanusiaan di Gaza. Mereka juga akan membuka koridor kemanusiaan baru. Namun, mereka masih menyangkal adanya kelaparan di Gaza. Sementara itu, PBB menuding bahwa Israel tidak mengizinkan distribusi truk bantuan.
Meskipun ada upaya dari pihak Israel untuk memperbaiki situasi kemanusiaan, mereka tetap menolak mengakui adanya kelaparan di Jalur Gaza. Hal ini terjadi setelah instruksi dari eselon politik Israel kepada militer untuk bertindak. Militer Israel tetap menegaskan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza dan berusaha membantah klaim tersebut.