Kisah Pilu J: Bayi dengan Bibir Sumbing yang Ditinggal Ibu di Tempat Persalinan

Kehidupan di Panti Asuhan Bunda Serayu
BANYUMAS, Zona Kreasi
J, seorang bayi berusia tiga bulan, memiliki tubuh yang gemuk dan kulit putih bersih. Pipinya sedikit merah, dan sesekali senyum kecil muncul saat ia berbaring di kasur lantai. J menjadi salah satu penghuni Panti Asuhan Bunda Serayu selama dua bulan terakhir.
Kisah J dimulai di sebuah tempat persalinan di Jakarta, di mana ia lahir tanpa ayah dan ditinggalkan oleh ibunya. Selain itu, J terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna, yaitu bibir sumbing. Namun, beruntungnya, ada seorang dermawan yang mengetahui kisahnya dan merasa iba. Ia menebus biaya persalinan serta membawanya jauh dari hiruk-pikuk Jakarta ke panti asuhan yang terletak di tepi Sungai Serayu.
Suster Theresia Yudayanti menjelaskan bahwa ketika J datang ke panti, kondisinya sudah seperti itu. Orangtuanya tidak menerima kehadirannya karena ia lahir di luar nikah.
Harapan Melalui Operasi
Kabar baik menghampiri J. Bulan Agustus mendatang, ia akan segera menjalani operasi bibir sumbing. Tim dokter telah menyediakan layanan gratis untuk operasi ini. Namun, J membutuhkan beberapa kali operasi karena kondisinya cukup parah.
Kisah J hanyalah sepotong kecil dari mozaik kehidupan di panti. Setiap anak memiliki jejak masa lalu dan impian masa depan yang belum selesai ditulis. Merawat anak-anak tak berdosa ini adalah jalan sunyi bagi Theresia dan tiga suster lainnya.
Mereka tidak hanya merawat dan mengasuh, tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang baik sejak dini. Menurut Theresia, hal ini seperti sedang menulis sesuatu di kertas kosong.
Panti Asuhan Bunda Serayu: Rumah untuk 38 Anak
Panti Asuhan Bunda Serayu telah berdiri sejak 2011 dan saat ini merawat 38 anak, mulai dari bayi hingga remaja berusia SMA. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan wilayah di Indonesia. Ada yang datang dari Mentawai, Batam, Flores, dan lain-lain. Latar belakangnya bermacam-macam; ada yang kelahirannya tidak diharapkan, ada juga yang ibunya tersangkut masalah hukum.
Sebagian anak masih berkomunikasi dengan keluarga, tetapi tidak sedikit yang kehilangan kontak dengan orang tua mereka. Suster dan para pengasuh kini menjadi orang-orang terdekat bagi anak-anak tersebut.
Theresia mengungkapkan harapan dan realita yang dihadapi. "Kami mengharapkan kelak mereka akan kembali ke orangtuanya. Tapi ada yang tidak mau dijemput ibunya, 'saya mau tinggal di sini, tidak mau sama ibu.' Ada yang dijemput malah nangis."
Dukungan Tim Pengasuh yang Tulus
Untuk menjalankan operasional panti, para suster dibantu oleh sepuluh pekerja dan dua sopir yang tulus merawat anak-anak. Salah satu pengasuh, Bude Rina, telah bekerja di panti selama kurang lebih 15 tahun dan bertugas merawat balita.
"Setiap hari dibagi menjadi tiga shift: pagi pukul 07.00 WIB-14.00 WIB, sore pukul 14.00 WIB-20.00 WIB, dan malam pukul 20.00 WIB-07.00 WIB. Jika shift malam, kami tidur bareng dengan anak-anak ini," jelas Bude Rina mengenai rutinitasnya.
Selain merawat anak-anak, para pengasuh juga bertugas merapikan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, dan menjaga kebersihan tempat mandi.
Dalam waktu dekat, penghuni panti akan segera menempati gedung baru yang megah. Gedung ini baru saja selesai dibangun dan berada tepat di sebelah lokasi panti saat ini, menandai babak baru bagi para anak yang merindukan harapan dan kasih sayang.