KPAI Khawatir Atas Dugaan Bullying Siswa SD di Toboali dan Siap Bantu Korban

Kasus Bullying yang Menewaskan Siswa SD di Bangka Selatan
Kasus bullying yang menimpa seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah memicu kekhawatiran serius dari berbagai pihak. Kejadian ini tidak hanya menyentuh jiwa korban, tetapi juga menjadi peringatan bagi seluruh masyarakat terkait pentingnya perlindungan anak-anak di lingkungan sekolah dan keluarga.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati, menyampaikan rasa prihatin atas kejadian tersebut. Ia menilai bahwa tindakan bullying yang dilakukan oleh teman sebaya dapat berdampak sangat buruk terhadap perkembangan psikologis maupun fisik anak. Dalam pernyataannya, ia mengungkapkan bahwa korban meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Junjung Besaoh.
“Kami sangat menyayangkan dan prihatin atas kejadian yang menimpa siswa SD akibat diduga di-bullying oleh temannya sendiri hingga harus dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia karena tidak tertolong,” ujar Ai Maryati.
Menurutnya, kasus seperti ini harus diungkap secara transparan agar semua pihak bisa belajar dari pengalaman tersebut. Ia menekankan pentingnya peran sekolah dan orang tua dalam mendeteksi tanda-tanda bullying pada anak.
Peran Sekolah dan Orang Tua dalam Mencegah Bullying
Ai Maryati menyoroti bahwa kejadian ini menunjukkan adanya celah dalam sistem pengawasan sekolah dan keluarga. Anak-anak yang masih duduk di bangku SD membutuhkan pendekatan yang lebih baik untuk melindungi mereka dari tindakan merugikan.
“Jika anak-anak merasa sakit atau tidak ingin masuk sekolah, pihak sekolah maupun keluarga harus bertanya dengan baik dan mendengarkan keluhan mereka,” jelas Ai Maryati.
Ia menambahkan bahwa pendekatan preventif harus lebih kuat, terutama jika ada indikasi anak tidak hadir selama beberapa hari. “Harusnya, kita jangan sampai 4 hari anak tidak sekolah. Pasti ada hal-hal yang perlu kita lakukan pendekatan terhadap anak, khususnya pihak sekolah yang semestinya aktif terhadap anak untuk memberikan dukungan.”
Penyebab dan Klarifikasi Terkait Kematian Korban
Sebelumnya, korban yang bernama Zardan Al Hafidz (10 tahun) dinyatakan meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di RSUD Junjung Besaoh. Keluarga korban mengungkapkan bahwa Zardan menjadi korban bullying oleh teman-temannya di SD Negeri 22 Toboali. Foto-foto korban saat dirawat sempat diposting oleh keluarga di media sosial, lengkap dengan caption yang menyatakan bahwa keponakannya meninggal dunia akibat perundungan.
Dalam postingan tersebut, keluarga menandai akun Bupati Bangka Selatan, Riza Herdavid, sebagai bentuk permohonan keadilan. Captionnya menyebutkan bahwa Zardan adalah siswa kelas 5 SDN 22 Rias yang menjadi korban bullying. Pihak keluarga juga meminta bantuan dari pemerintah setempat untuk menuntut keadilan.
Sementara itu, Dhony Dinata, kerabat korban, mengonfirmasi bahwa keponakannya benar-benar meninggal dunia. Ia mengungkapkan bahwa Zardan sempat mengalami perundungan dua pekan sebelumnya. Setelah perundungan, korban mengalami muntah dan jatuh sakit, tetapi tidak berani melapor kepada orang tuanya.
“Setelah perundungan, korban dibawa ke rumah neneknya dan baru berani bercerita bahwa ia dikeroyok oleh teman-temannya,” jelas Dhony.
Langkah yang Diambil oleh Keluarga dan Pihak Terkait
Pihak keluarga mengaku akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Mereka berencana melaporkan ke KPAI dan Dinas Pendidikan serta Kebudayaan Kabupaten Bangka Selatan. Selain itu, mereka masih menunggu hasil rekam medis dari RSUD Junjung Besaoh.
Direktur RSUD Junjung Besaoh, dr Helen Sukendy, membenarkan adanya kematian seorang siswa di rumah sakit tersebut. Namun, ia belum memberikan informasi detail mengenai penyebab kematian korban.
Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bangka Selatan, AKP Raja Taufik Ikrar Bintani, mengatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi tentang dugaan bullying di sekolah. Ia mengklaim sedang melakukan penyelidikan secepatnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Selatan, Anshori, mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan klarifikasi dengan kepala sekolah dan guru terkait kejadian ini.
Harapan untuk Mencegah Terulangnya Kasus Serupa
Ai Maryati berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Ia menyerukan agar seluruh pihak, termasuk sekolah dan keluarga, lebih waspada terhadap tanda-tanda bullying pada anak. Ia juga menyatakan bahwa KPAI siap memberikan dukungan penuh kepada keluarga korban jika diperlukan.
“Kami harap kejadian ini tidak terulang lagi. Mari kita jaga anak-anak kita semua dan jangan biarkan mereka jadi korban bullying karena sangat berdampak sekali bagi anak-anak,” harap Ai Maryati.