Malam Budaya Desa Manggis Kediri, Tradisi Abadi di Candi Dorok

Malam Budaya Desa Manggis Kediri, Tradisi Abadi di Candi Dorok

Perayaan Budaya yang Menghidupkan Tradisi dan Keberlanjutan

Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, kembali menjadi pusat perhatian pada Minggu (27/7/2025) dengan digelarnya Kirab Agung Budaya. Acara ini tidak hanya menjadi momen pelestarian tradisi tetapi juga menandai pengembalian benda purbakala berupa batu Lingga ke Candi Dorok, tempat dimana benda tersebut pertama kali ditemukan.

Kirab dimulai dari gapura batas desa, di mana ratusan warga antusias menyaksikan prosesi pengarakan batu Lingga sejauh kurang lebih 1,5 kilometer menuju kompleks Candi Dorok. Di sepanjang jalan, masyarakat terlihat sangat antusias mengikuti jalannya kirab. Sesampainya di lokasi, acara dilanjutkan dengan siraman Lingga dan peletakan secara simbolis di samping bangunan candi. Upacara ini diiringi oleh lagu gending Jawa dan tarian gambyong dari pemuda desa setempat.

Untuk menjaga keamanan, batu Lingga rencananya akan disimpan sementara di rumah juru rawat candi yang berada dalam kompleks kawasan Candi Dorok. Langkah ini dilakukan agar benda purbakala tersebut tetap terjaga dari risiko kerusakan maupun kehilangan.

Kepala Desa Manggis, Pinawati, menjelaskan bahwa kirab ini bukan sekadar upacara adat, melainkan wujud syukur masyarakat atas hasil bumi yang melimpah selama satu tahun terakhir. "Kirab ini dilakukan setiap tahunnya. Semoga bibit kebaikan dan kebagusan dapat muncul dari Desa Manggis dan terus bisa datang kepada kita semua," ucapnya.

Batu Lingga yang dalam tradisi Hindu dipandang sebagai lambang kesuburan dan kebaikan, ditemukan bersamaan dengan penemuan Candi Dorok pada tahun 1996. Sejak saat itu, benda bersejarah ini disimpan di rumah Kepala Dusun Dorok. Kirab kali ini sekaligus menjadi momentum mengembalikan Lingga ke tempat asalnya.

Pinawati juga menekankan pentingnya keberadaan lembaga adat di Desa Manggis. Menurutnya, lembaga ini menjadi benteng pelestarian budaya desa yang harus diwariskan ke generasi muda. "Karena ini aset di desa dan Dusun Dorok khususnya, supaya generasi muda juga bisa meneruskan apa yang telah diberikan oleh leluhur kita semua," tuturnya.

Acara kirab tahun ini juga mendapat apresiasi dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Timur. Nur Ali, perwakilan BPK, mengaku kagum dengan kemeriahan yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. "Acara ini adalah bentuk kelestarian kebudayaan kita bersama. Candi Dorok ini milik kita semua, mari kita lestarikan melalui kegiatan-kegiatan seperti kirab budaya ini," katanya.

Nur Ali menambahkan, kegiatan semacam ini tak hanya berfungsi sebagai pelestarian, tetapi juga untuk mempererat kerukunan antarwarga. "Saya mewakili dinas mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir. Ini adalah bentuk kerukunan dan kesadaran melestarikan cagar budaya peninggalan leluhur," imbuhnya.

Kirab Agung Budaya Desa Manggis diharapkan bisa menjadi magnet dari masyarakat setempat untuk terus berkomitmen menjaga warisan leluhur. Selain memupuk rasa bangga, acara ini juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda agar mencintai budaya lokal.

Selain itu, Candi Dorok diharapkan semakin dikenal luas, tidak hanya sebagai situs bersejarah tetapi juga sebagai ikon pariwisata berbasis budaya di Kabupaten Kediri. Di sisi lain, Kepala Dusun Dorok, Jarwo, menilai potensi ini bisa dikembangkan lebih jauh sebagai destinasi wisata. "Harapan kami ke depan, Candi Dorok dapat lebih dieksplorasi sebagai paket wisata. Di sekitar sini juga ada wisata Alas Simpenan habitat kera yang tak jauh dari lokasi candi. Ini bisa menjadi paket wisata sejarah dan alam," terang Jarwo.

Dalam acara tersebut juga terdapat dua gunungan hasil bumi yang turut diarak. Setelah sampai di lokasi area Candi Dorok, gunungan tersebut kemudian dibagikan secara gratis untuk warga yang hadir.