Menyalakan Harapan di Panti Asuhan Samarinda

Kehidupan Anak-Anak di Yayasan Islam Khairul Amal
Di tengah kota Samarinda, Kalimantan Timur, berdiri sebuah rumah sederhana yang mungkin tidak terlihat mencolok. Namun, dari balik pintu itu, kehidupan anak-anak menggema seperti secercah harapan di tengah keterpurukan. Yayasan Islam Khairul Amal menjadi tempat tinggal bagi 15 anak laki-laki yang berasal dari berbagai latar belakang, sebagian besar dari keluarga kurang mampu, dan dua di antaranya adalah yatim piatu.
Yayasan ini tidak hanya memberikan atap, tetapi juga menyalakan harapan. Anak-anak di sini diberi kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan membangun masa depan. Tidak semua dari mereka memiliki orang tua, namun yang lainnya masih memiliki orang tua, meskipun dalam kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Pengurus yayasan, Danardi, menjelaskan bahwa mereka tidak semua yatim piatu, tetapi lebih banyak dari mereka berasal dari lingkungan yang tidak mampu secara finansial.
Pendidikan sebagai Tiang Utama
Pendidikan menjadi prioritas utama di Yayasan Khairul Amal. Meskipun keterbatasan finansial sering kali menjadi kendala, yayasan ini tetap berkomitmen untuk menyekolahkan para penghuni ke SMP dan SMK. Tujuannya bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan akademis, tetapi juga untuk membekali mereka dengan keterampilan hidup agar bisa mandiri di masa depan.
Beberapa anak memilih jurusan listrik atau alat berat karena dianggap lebih praktis dan memiliki peluang kerja yang baik. Danardi menegaskan bahwa tidak semua anak didorong untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sebaliknya, mereka diajarkan untuk memiliki keterampilan yang bisa digunakan langsung setelah lulus.
Mengandalkan Donasi Tanpa Meminta-Minta
Yayasan ini berdiri tanpa bantuan pemerintah. Mereka bergantung pada donatur yang sering kali tidak dikenal nama dan rupanya. Danardi menekankan bahwa yayasan tidak pernah meminta-minta. Jika ada yang bertanya, barulah mereka menyampaikan kebutuhan. Namun, mereka tetap bersyukur atas dukungan yang datang dari hati nurani para dermawan.
Suasana Kekeluargaan yang Hangat
Di Khairul Amal, anak-anak tumbuh dalam suasana kekeluargaan yang hangat. Mereka tidak hanya belajar, tetapi juga bermain, beribadah, dan menghabiskan waktu bersama. Olahraga seperti futsal menjadi salah satu aktivitas favorit mereka. Selain itu, mereka juga sering diajak rekreasi, seperti berkemah di pantai, tidur di bawah bintang, atau memasak bersama.
“Biasanya setahun sekali kami ajak rekreasi ke pantai. Mereka bisa nginap, masak bareng, dan main bersama. Itu jadi momen yang paling ditunggu,” ujar Danardi sambil tersenyum. Aktivitas seperti ini menjadi momen langka yang sangat dinantikan oleh anak-anak.
Cerita Anak-Anak Penuh Harapan
Akbar, siswa kelas 3 SMP, adalah salah satu penghuni yayasan sejak kelas 1. Meski tubuhnya kecil, semangatnya begitu kuat. Ia suka bermain bola dan memiliki impian untuk bekerja nanti. Meski tidak banyak bicara, ia merasa diterima dan bahagia di sini.
Noval, yang merupakan yatim piatu, tinggal di yayasan sejak kelas 4 SD. Ia suka menggambar dan pernah menggambar karakter anime sebagai bentuk pelarian. Kini, ia telah lulus SMK dan siap menghadapi dunia kerja. Cita-citanya tidak terlalu tinggi, tetapi justru realistis: ingin hidup dengan baik dan mandiri.
Mengajarkan Kehangatan dan Kepedulian
Selain pendidikan, anak-anak di yayasan juga diajarkan tentang kehangatan dan kepedulian. Setiap pekan, pengurus mengadakan sesi “briefing” di mana anak-anak bebas bercerita dan menyampaikan isi hati. Dari situ, pengurus tahu siapa yang sedang butuh perhatian lebih.
Tidak ada sekat antara pengurus dan anak-anak. Mereka masak bersama, shalat di masjid lingkungan, dan berbaur dengan warga. Kebersamaan ini membuat anak-anak merasa diterima dan dilindungi.
Hidup dengan Harapan
Yayasan Khairul Amal tidak menjanjikan masa depan yang gemerlap. Namun, mereka merawat setiap anak dengan sabar dan penuh kasih. Di rumah kecil ini, anak-anak belajar berjalan pelan, dengan kepala tegak dan hati penuh doa. Seperti angin yang tak pernah lelah berembus meski tak terlihat, semangat mereka pun terus hidup, menunggu hari di mana mimpi-mimpi kecil itu tumbuh besar dan menjadi nyata.