Musrika Teguh Usir Mbah Nortaji Meski Pemdes Mediasi, Tak Peduli Jika Ibu Meninggal

Kasus Anak yang Mengusir Ibu Kandung di Probolinggo
Penganiayaan terhadap orang tua, khususnya ibu kandung, menjadi isu yang sangat mengejutkan dan menyedihkan. Di Desa Jambangan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terjadi kasus seorang anak yang membuang ibunya ke pinggir jalan meski sudah dilakukan mediasi oleh pihak desa.
Musrika, salah satu warga setempat, tidak hanya mengusir ibunya, Mbah Nortaji, tetapi juga tidak peduli jika sang ibu meninggal dunia. Bahkan, ia bersedia tidak dikabari apabila ibunya meninggal nanti. Peristiwa ini awalnya viral di media sosial setelah video yang menunjukkan Nortaji tidur di pinggir jalan beredar luas.
Menurut pernyataan dari perangkat desa, Edy, kejadian tersebut benar adanya. Menurutnya, Nortaji memiliki kebiasaan tidur di mana saja ketika merasa lelah atau mengantuk. “Ibu Nortaji bisa tidur di mana saja, termasuk di pinggir jalan. Pada saat ditemukan, ia sedang mencari sesuatu lalu mengantuk dan tertidur,” jelas Edy.
Selain itu, ada aksi penganiayaan yang dilakukan oleh Musrika terhadap ibunya. Dalam pertengkaran antara ibu dan anak, Nortaji didorong keluar rumah karena tidak mau pergi. Meskipun pemerintah desa telah melakukan mediasi berkali-kali, termasuk melibatkan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Probolinggo melalui Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), situasi tidak kunjung membaik.
Musrika, sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, tetap bersikeras untuk mengusir ibunya. Saat ini, Nortaji sempat tinggal bersama anak sulungnya, namun akhirnya kembali ke Jambangan karena rindu rumah. Namun, ia kini tinggal di tempat lain setelah dibuang oleh anaknya sendiri.
Penyelamatan oleh Pemilik Griya Lansia
Nortaji akhirnya diselamatkan oleh Arief Camra, pemilik Griya Lansia Khusnul Khatimah. Dalam sebuah video yang viral, Nortaji tampak lesu dan kotor sambil tiduran di pinggir sawah. Arief langsung mengevakuasinya dan membersihkan tubuh serta memakaikan pakaian layak.
Nortaji tampak linglung namun lega setelah diselamatkan. Ia menyadari bahwa dirinya telah ditolong oleh seseorang yang baik hati. Arief pun menjelaskan bahwa ia akan mengevakuasi para lansia terlantar yang dibuang oleh anak mereka sendiri.
Setelah mengevakuasi Nortaji, Arief bertemu dengan Musrika. Anak tersebut tampak percaya diri meskipun video penganiayaannya viral dan membuat publik marah. Saat diwawancarai, Musrika tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.
Arief bertanya tentang alasan Musrika tidak merawat ibunya. Musrika menjawab dengan santai, tanpa penjelasan jelas. Ia bahkan menyatakan bahwa ia tidak ingin lagi merawat sang ibu. Meski diingatkan bahwa jika menyerahkan Nortaji ke panti, maka ia tidak boleh lagi menjenguk, Musrika tidak keberatan.
Lebih lanjut, Musrika mengatakan bahwa ia tidak ingin tahu jika ibunya meninggal. Ia bahkan tidak ingin dikabari jika ibunya sudah tiada. Dengan jawaban seperti itu, Arief merasa miris dan prihatin atas sikap Musrika.
Pertanyaan Moral dan Etika
Perilaku Musrika menimbulkan banyak pertanyaan moral dan etika. Sebagai anak kandung, bagaimana mungkin seseorang bisa mengusir dan menghajar ibunya sendiri? Apakah perasaan syukur dan rasa hormat kepada orang tua sudah hilang?
Kasus ini menjadi contoh nyata betapa pentingnya nilai-nilai keluarga dan kepedulian terhadap orang tua. Tidak semua anak bisa menghargai jasa dan perjuangan orang tua mereka. Dalam kasus ini, Musrika justru menunjukkan sikap yang sangat tidak manusiawi.
Harapan besar adalah, pihak berwenang dapat memberikan perlindungan dan bantuan bagi Nortaji. Selain itu, kasus ini juga menjadi peringatan bagi masyarakat agar lebih peka terhadap isu penganiayaan terhadap orang tua.