Program KB Dinilai Sukses, Angka Kelahiran di Jawa Tengah Menurun

Program KB Dinilai Sukses, Angka Kelahiran di Jawa Tengah Menurun

Penurunan Angka Kelahiran di Jawa Tengah dan Dampaknya pada Kota Semarang

Angka kelahiran di Provinsi Jawa Tengah terus menunjukkan penurunan yang signifikan. Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), saat ini rata-rata jumlah anak per perempuan di wilayah tersebut berada pada angka 2,03. Angka ini mendekati target yang ditetapkan, yaitu 2,1 anak per perempuan.

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih, menyampaikan bahwa penurunan ini merupakan indikasi keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang telah diterapkan secara konsisten di berbagai daerah. Ia menjelaskan bahwa program KB memiliki dua tugas utama, yaitu menciptakan penduduk yang tumbuh seimbang serta membentuk keluarga-keluarga berkualitas.

Eka menegaskan bahwa Jawa Tengah sudah hampir mencapai target pertama dalam hal pengendalian populasi. Meski demikian, ia menekankan pentingnya menjaga agar kelahiran dan kehamilan tetap direncanakan. "Saat ini angka kelahiran sudah rendah, yaitu 2,03. Targetnya adalah 2,1," ujarnya.

Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada penurunan angka kelahiran adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan alat kontrasepsi modern. Saat ini, tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi modern mencapai 65 persen. Eka menilai, peningkatan ini tidak hanya didorong oleh program KB sendiri, tetapi juga bantuan dari berbagai stakeholder yang bekerja sama dalam penerapan program tersebut.

Di beberapa daerah seperti Magelang, angka kelahiran bahkan lebih rendah lagi, yaitu sekitar 1,7. Hal ini menunjukkan bahwa tren penurunan angka kelahiran semakin luas. Rata-rata perempuan di Jawa Tengah saat ini melahirkan dua anak, namun di daerah tertentu angka ini turun menjadi satu anak.

Penurunan Angka Kelahiran di Kota Semarang

Penurunan angka kelahiran juga terjadi di Kota Semarang. Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Semarang menunjukkan bahwa jumlah akta kelahiran yang diterbitkan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2022, tercatat 28.894 akta kelahiran. Angka ini menurun menjadi 26.053 pada 2023, kemudian kembali turun menjadi 20.744 pada 2024. Hingga bulan Juni 2025, jumlah akta kelahiran yang tercatat baru mencapai 10.066.

Kepala Disdukcapil Kota Semarang, Yudi Hardianto Wibowo, menjelaskan bahwa penurunan ini tidak bisa dilihat sebagai angka tunggal yang berdiri sendiri. Menurutnya, fenomena ini terkait dengan berbagai faktor sosial dan ekonomi, termasuk perubahan tempat tinggal generasi muda dan pergeseran pola hidup masyarakat.

Salah satu dampak dari penurunan angka kelahiran adalah berkurangnya jumlah peserta didik di beberapa Sekolah Dasar (SD) yang berada di pusat kota. Yudi menyebut bahwa generasi muda cenderung tinggal di kawasan pinggiran seperti Tembalang, Ngaliyan, dan Tugu, mengikuti gelombang pembangunan perumahan yang lebih terjangkau. Hal ini menyebabkan SD di pusat kota kekurangan murid.

Perubahan pola hunian ini berpotensi mempengaruhi distribusi penduduk usia sekolah. Sekolah-sekolah di pusat kota menjadi lebih sepi, sementara daerah pinggiran justru mulai menghadapi tantangan lonjakan jumlah anak usia sekolah. Namun, Yudi menegaskan bahwa fenomena ini masih bersifat indikatif dan memerlukan kajian mendalam.

Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Angka Kelahiran

Yudi menyebut bahwa faktor-faktor yang memengaruhi penurunan angka kelahiran sangat beragam. Mulai dari program Keluarga Berencana (KB), kondisi ekonomi masyarakat, hingga perubahan pandangan terhadap pernikahan dan memiliki anak. Contohnya, penundaan pernikahan dinilai akan berdampak langsung pada penundaan kelahiran anak.

Meski belum ada data resmi mengenai tren "child free" di Kota Semarang, Yudi menilai perubahan ini tetap harus menjadi perhatian. "Mudah-mudahan tidak seperti negara-negara maju, yang mereka child free. Nah, mudah-mudahan tidak seperti itu di Indonesia. Tapi ini kemungkinan ada hubungannya dengan faktor-faktor lapangan kerja, ekonomi dan sebagainya," ujarnya.

Yudi menegaskan bahwa meskipun angka kelahiran menurun, jumlah penduduk Kota Semarang masih relatif stabil, yakni di kisaran 1,7 juta jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor lain seperti perpindahan penduduk masuk dan keluar kota, kematian, serta mobilitas administratif.

Program "Dua Anak Cukup"

Program "Dua Anak Cukup" yang menjadi bagian dari kampanye pengendalian penduduk oleh pemerintah pusat disebut masih berjalan. Prinsip dari program ini adalah menciptakan keseimbangan populasi—jika dua orang tua memiliki dua anak, maka akan terbentuk pertumbuhan nol atau zero growth. Yudi menilai bahwa program ini memiliki tujuan yang jelas dalam rangka pengendalian penduduk.