Tanda Kehidupan Alien di Eksoplanet K2-18b Menghilang

K2-18b: Harapan Kehidupan di Eksoplanet Mulai Redup
Sejak ditemukannya indikasi molekul yang menunjukkan kemungkinan kehidupan di eksoplanet K2-18b, para ilmuwan dan publik terus mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Namun, hasil pengamatan terbaru menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) menunjukkan bahwa bukti kuat keberadaan molekul tertentu seperti dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS) masih sangat lemah.
Pada April lalu, Nikku Madhusudhan dari Universitas Cambridge dan timnya melaporkan adanya indikasi DMS dan DMDS di atmosfer K2-18b. Di Bumi, kedua molekul ini hanya diproduksi oleh kehidupan. Pada saat itu, Madhusudhan menyebut temuan tersebut sebagai "petunjuk pertama yang kita lihat dari dunia alien yang mungkin dihuni." Namun, seiring dengan berjalannya waktu, analisis ulang data yang sama oleh tim peneliti lain menunjukkan bahwa tidak ada bukti kuat untuk keberadaan molekul tersebut.
Renyu Hu dari California Institute of Technology bersama Madhusudhan kemudian menganalisis pengamatan baru JWST terhadap K2-18b. Hasilnya kembali menunjukkan ketiadaan bukti statistik yang memadai. “Makalah ini tidak memberikan bukti konklusif untuk keberadaan molekul ini di atmosfer,” kata Hu dalam laporan yang dirujuk. Pengamatan kali ini menggunakan kamera inframerah-dekat JWST untuk mempelajari cahaya dari bintang K2-18b yang melewati atmosfer planet. Beberapa model atmosfer yang memasukkan DMS memang dapat menjelaskan data sedikit lebih baik dibandingkan model tanpa DMS, namun bukti statistiknya tetap lemah.
Madhusudhan mengakui bahwa bukti yang ada belum cukup untuk menyatakan adanya deteksi DMS. Namun, ia menyebut ada alasan untuk membandingkan data terbaru dengan pengamatan JWST pada 2023, bukan data inframerah-tengah yang digunakan April lalu. “Secara statistik murni, berdasarkan apa yang kami laporkan dalam makalah, datanya secara objektif menunjukkan bukti yang sedikit lebih tinggi untuk DMS,” kata Madhusudhan.
“Masih bisa jadi ada molekul lain yang menyerupai DMS,” ujarnya menambahkan. “Namun kita jelas masih belum bisa membuat klaim yang kuat.”
Para ilmuwan lain juga menyampaikan pendapat serupa. Luis Welbanks dari Arizona State University mengatakan bahwa makalah ini sangat jelas menyatakan bahwa tidak ada bukti untuk dimetil sulfida. Tidak ada bukti statistik untuk gas-gas tersebut. Sara Seager dari Massachusetts Institute of Technology menilai bahwa tingkat signifikansi statistik yang dilaporkan tim tidak dapat dianggap sebagai deteksi.
Jake Taylor dari Universitas Oxford menilai bahwa perdebatan tentang apakah DMS terdeteksi pada tingkat yang dapat diukur di atmosfer K2-18b tampaknya telah mencapai akhirnya. Penelitian terbaru oleh Hu dan timnya juga menemukan bahwa pada atmosfer kaya hidrogen seperti K2-18b, terdapat jalur kimia yang memungkinkan pembentukan DMS tanpa adanya kehidupan. Hal ini membantu mempersempit molekul mana yang bisa menjadi biosignature di atmosfer eksoplanet, dan tampaknya model ini menyingkirkan DMS sebagai biosignature eksklusif.
Meski demikian, para ilmuwan sepakat bahwa K2-18b memiliki kandungan air yang melimpah. Hu dan timnya menemukan bukti kuat adanya metana dan karbon dioksida yang mengindikasikan keberadaan air. Namun, hingga kini belum dapat dipastikan apakah air tersebut berada dalam bentuk lautan, uap di atmosfer, atau terperangkap di interior planet. Ini menunjukkan bahwa meskipun banyak hal yang sudah diketahui, masih banyak lagi yang perlu diteliti dan dipahami tentang eksoplanet ini.