Trump Marah, Tidak Terima Kasih Usai Bantu Gaza

Kritik Trump terhadap Tidak Ada Ucapan Terima Kasih atas Bantuan Pangan ke Gaza
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan keluhan terkait tidak adanya ucapan terima kasih atas bantuan pangan yang dikirimkan oleh pemerintah AS ke wilayah Gaza. Pernyataan ini disampaikannya saat berada di Turnberry, Skotlandia, ketika bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, pada Minggu (27/7/2025).
Trump mengklaim bahwa dua minggu sebelumnya, pemerintah AS telah memberikan bantuan makanan senilai 60 juta dolar AS (sekitar Rp 985 miliar) untuk warga Palestina di Gaza. Ia mengecam fakta bahwa tidak ada satupun pihak yang mengakui atau mengucapkan terima kasih atas bantuan tersebut.
"Kami memberikan 60 juta dolar dua minggu lalu untuk makanan, dan tidak ada yang mengakui itu," ujarnya. "Setidaknya seseorang mengatakan 'terima kasih'. Tidak ada negara lain yang memberikan apa pun. Rasanya agak tidak enak ketika tidak ada yang membicarakannya," tambahnya.
Selain itu, Trump juga menuduh negara-negara Eropa tidak ikut ambil bagian dalam memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Menurutnya, apresiasi sekecil apa pun seharusnya diberikan atas upaya bantuan tersebut.
Bantuan ke Gaza: Apa yang Terjadi?
Meski demikian, Trump tidak merinci lebih lanjut mengenai sumber dana bantuan tersebut maupun lembaga mana yang menerima bantuan tersebut. Namun, laporan dari The Guardian bulan lalu menyebut bahwa pemerintah AS telah menyetujui hibah senilai 30 juta dolar AS kepada Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi yang belakangan menuai kontroversi.
Beberapa organisasi kemanusiaan menuduh bahwa Israel dan GHF telah mempolitisasi bantuan pangan sebagai alat tawar-menawar dalam konflik yang sedang berlangsung. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan efektivitas distribusi bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional atas ancaman bencana kelaparan di Gaza, militer Israel mulai menerapkan jeda tempur terbatas di tiga wilayah padat penduduk sejak Minggu. Jeda ini berlangsung selama 10 jam setiap hari, dari pukul 10.00 hingga 20.00 waktu setempat, dan bertujuan memperlancar distribusi bantuan kemanusiaan.
Tiga wilayah yang menjadi fokus jeda tempur adalah Gaza City, Deir Al-Balah, dan Muwasi. Langkah ini diambil di tengah tekanan internasional terhadap Israel untuk meningkatkan akses kemanusiaan ke wilayah yang telah dilanda konflik selama 21 bulan.
Yordania dan Uni Emirat Arab (UEA) diketahui telah mengirimkan bantuan pangan melalui udara ke Gaza. Bantuan tersebut dijatuhkan menggunakan parasut, menyusul keputusan Israel untuk memberikan izin terbatas kepada GHF sebagai satu-satunya penyalur bantuan makanan.
Warga Gaza Menghadapi Kelaparan
Menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 122 orang, mayoritas anak-anak, dilaporkan meninggal dunia akibat kelaparan. Angka malnutrisi akut berat pada anak-anak kini mencapai 11,5 persen, yang menurut standar kesehatan global sudah termasuk kategori sangat parah.
Lembaga-lembaga kemanusiaan memperingatkan bahwa data tersebut kemungkinan jauh lebih rendah dari jumlah korban sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh lumpuhnya sistem pelayanan kesehatan dan pemantauan di banyak wilayah Gaza.
Laporan dari dalam Gaza menggambarkan kondisi memilukan. Banyak warga yang hanya mengandalkan rumput, pakan ternak, hingga kulit jagung kering untuk bertahan hidup. Di tempat pengungsian dan rumah sakit, para dokter mengaku menghadapi lonjakan kasus kematian akibat malnutrisi, khususnya pada anak-anak, lansia, dan pasien dengan penyakit kronis.