Viral! Siswa SMP Blitar Dikeroyok 20 Teman Kelas Saat MPLS

Featured Image

Kejadian Pengeroyokan Siswa SMP di Blitar yang Viral di Media Sosial

Sebuah video yang menampilkan aksi pengeroyokan terhadap seorang siswa SMP kelas 7 oleh beberapa temannya dari kelas 8 dan 9 telah menjadi perhatian publik. Peristiwa ini terjadi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di sebuah sekolah di Blitar, Jawa Timur. Video berdurasi kurang dari satu menit itu menunjukkan korban dipukul dan dikeroyok oleh sejumlah siswa lain sementara sebagian besar siswa lainnya hanya menyaksikan tanpa mengambil tindakan.

Video tersebut tersebar luas di media sosial, khususnya Facebook, dan memicu kecaman serta sorotan terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para pelaku. Beberapa pelaku dalam video tampak mengenakan seragam olahraga dan jaket hitam. Dalam video tersebut, terdapat tiga potongan rekaman yang diunggah dan mendapatkan perhatian publik sejak akhir pekan lalu.

Kronologi Peristiwa

Korban, yang bernama WV, adalah seorang siswa kelas 1 SMPN Doko, Blitar, dengan usia 12 tahun. Kejadian pengeroyokan terjadi pada hari terakhir MPLS, yaitu Jumat (18/7/2025), di area belakang kamar mandi sekolah yang terletak di Desa Sumberurip, Kabupaten Blitar.

Awal mula kejadian bermula saat kegiatan MPLS sedang berlangsung. Korban dipanggil oleh kakak kelas dan diajak menuju belakang kamar mandi. Saat itu, sekolah sedang melakukan kegiatan kerja bakti. Ketika WV tiba di lokasi, ada sekitar 20 siswa lain yang sudah berkumpul dan mulai memberikan olok-olok secara verbal kepada korban.

Siswa kelas 8 berinisial NTN memulai aksi kekerasan dengan memukul pipi kiri korban. Selanjutnya, NTN juga menendang bagian perut korban. Aksi pemukulan ini memicu siswa lain untuk ikut serta dalam pengeroyokan. Setelah kejadian tersebut, korban kembali ke kelas tetapi dalam kondisi trauma. Ia juga diancam oleh pelaku agar tidak melaporkan kejadian tersebut kepada guru atau orangtuanya.

Penyebab Awal Perundungan

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blitar, Adi Andaka, membenarkan adanya peristiwa tersebut. Menurutnya, perundungan terjadi saat kegiatan kerja bakti di sekolah. Adi menjelaskan bahwa awalnya terjadi saling olok antar siswa, yang kemudian berujung pada pemukulan. Kasus ini masih dalam penyelidikan.

Menurut informasi dari Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Momon Suwito Pratomo, ada sekitar 20 siswa yang terlibat dalam aksi kekerasan tersebut. Korban WV, yang merupakan siswa kelas 7, menjadi korban perundungan dan kekerasan fisik dari sebagian besar siswa kelas 8 hingga 9. Ada juga beberapa pelaku yang merupakan siswa kelas 7 atau teman seangkatan korban.

Dampak Fisik dan Psikologis

Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengambil keterangan dari dua guru sekolah, yaitu Guru BK, Wasilah Turrohmah dan Ahmad Safrudin. Visum juga dilakukan terhadap korban dan menunjukkan adanya luka di siku kanan, nyeri di kepala belakang, dan nyeri di dada. Meskipun tidak ada luka serius secara fisik, korban mengalami trauma psikologis yang cukup berat.

Penolakan Upaya Damai oleh Keluarga Korban

Keluarga korban, termasuk kakek korban, Karlan, menolak upaya damai yang disebut-sebut telah disepakati oleh pihak sekolah. Keluarga meminta proses hukum tetap berjalan. Menurut Karlan, WV sebelumnya telah dua kali mengalami perundungan meskipun baru beberapa hari masuk sekolah. Namun, baru kali ini ia berani menceritakan kejadian tersebut kepada keluarganya karena merasa kejadian sudah terlalu parah.

Korban sendiri adalah anak sulung dari dua bersaudara dan kini tinggal bersama sang Papa. Mama korban bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di luar negeri.

Peristiwa ini menunjukkan pentingnya kesadaran akan bahaya perundungan dan perlunya tindakan tegas dari pihak sekolah maupun aparat hukum. Semoga kasus ini dapat segera menemui titik terang dan korban mendapatkan keadilan.