Warga Demo di Gedung Putih, Minta Blokade Gaza Dihentikan

Warga Demo di Gedung Putih, Minta Blokade Gaza Dihentikan

Demonstrasi di Luar Gedung Putih untuk Minta Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Puluhan orang menggelar aksi protes di luar Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), pada hari Minggu (27/7/2025). Mereka mengecam blokade yang diberlakukan Israel di Jalur Gaza, yang telah menyebabkan lebih dari 2 juta warga Palestina berada di ambang kelaparan. Demonstran membawa papan dengan tulisan seperti “Biarkan truk makanan masuk” dan “Israel, hentikan kelaparan di Gaza”. Mereka juga memamerkan foto anak-anak Gaza yang meninggal akibat kekurangan gizi serta melakukan teatrikal untuk menunjukkan kematian warga Palestina saat mencari makanan.

Hazami Barmada, penyelenggara aksi, menjelaskan bahwa tujuan dari protes ini adalah untuk menuntut pengiriman bantuan makanan ke Gaza dan bantuan tanpa batas bagi warga Palestina. Ia juga meminta AS untuk turun tangan dan membantu mengakhiri blokade tersebut. Beberapa tuntutan utama yang disampaikan oleh demonstran antara lain:

  • Pengiriman senjata ke Israel harus dihentikan.
  • Harus ada sanksi internasional terhadap tindakan Israel.
  • PBB dan lembaga bantuan internasional harus diperbolehkan masuk ke Gaza.
  • Israel harus segera memberikan akses penuh kepada lembaga bantuan.

Protes ini terjadi dalam konteks meningkatnya kekhawatiran global atas krisis kemanusiaan di Gaza. Organisasi bantuan melaporkan adanya pengungsian massal, kelaparan, dan peningkatan jumlah kematian anak akibat pembatasan bantuan kemanusiaan selama beberapa bulan terakhir. Salah satu anggota organisasi Refuse Fascism, Lucha Bright, menyatakan bahwa orang-orang dibiarkan kelaparan di depan mata kita. Ia menilai bahwa Israel didukung penuh oleh AS dan telah mengubah situasi di Timur Tengah secara drastis. Ia menegaskan bahwa ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan harus segera dihentikan.

Sejak 27 Mei, Israel meluncurkan program bantuan sendiri melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang tidak melibatkan PBB dan organisasi bantuan utama lainnya. Sejak itu, ratusan warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel saat berkumpul di titik distribusi bantuan. Carolyn Karcher dari Jewish Voice for Peace menilai bahwa langkah-langkah seperti ini masih belum cukup. Ia menyerukan agar pengiriman senjata ke Israel dihentikan dan sanksi internasional diterapkan.

Pada hari Minggu, Israel mengumumkan rencana untuk menghentikan sementara pertempuran di sejumlah wilayah di Gaza tengah dan utara. Mereka juga berjanji akan membuka koridor bantuan untuk konvoi makanan dan medis. Namun, para pengunjuk rasa menilai bahwa langkah ini masih terlalu sedikit. Joseph Ip, salah satu peserta protes, menyatakan bahwa warga Palestina saat ini sedang menghadapi kelaparan. Ia menekankan bahwa bahkan jika mereka diberi makan sekarang, mereka tetap tidak bisa bertahan tanpa perawatan medis.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa enam warga Palestina telah meninggal akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, jumlah kematian akibat kelaparan sejak Oktober 2023 telah mencapai 133 orang, termasuk 87 anak-anak. Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa satu dari tiga warga Gaza telah berhari-hari tidak makan, sementara hampir 500 ribu orang mengalami kondisi yang menyerupai kelaparan. Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan bahwa lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui mengalami kekurangan gizi.

Liz Allcock, kepala perlindungan Bantuan Medis untuk Palestina, mengatakan bahwa ia belum pernah melihat Gaza dalam kondisi separah ini. Ia menggambarkan tingkat kelaparan dan jumlah orang yang terlihat berjalan dalam kondisi benar-benar tinggal kulit dan tulang sebagai sesuatu yang mengejutkan. Uang sama sekali tidak berarti di sini ketika tidak ada apa pun yang bisa dibeli.

PBB menyatakan bahwa pengiriman bantuan hanya dapat berhasil jika Israel menyetujui pergerakan cepat konvoi bantuan melalui pos pemeriksaannya. Kepala bantuan PBB Tom Fletcher mencatat bahwa meskipun beberapa pembatasan tampaknya telah dilonggarkan, skala krisis memerlukan tindakan yang jauh lebih besar. Ia menegaskan bahwa ini merupakan kemajuan, namun bantuan dalam jumlah besar diperlukan untuk mencegah kelaparan dan krisis kesehatan yang parah.