Waspada! 2025, Indonesia Jadi Negara Penghasil Sampah Plastik Terbesar

Krisis Sampah Plastik yang Mengancam Dunia
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia sedang menghadapi krisis sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan. Sampah ini ditemukan di berbagai tempat, mulai dari palung laut terdalam hingga puncak gunung tertinggi. Diperkirakan bahwa pada tahun 2025, jumlah sampah plastik secara global akan mencapai sekitar 460 juta ton. Sayangnya, banyak dari sampah tersebut tidak dikelola dengan baik dan masuk ke lingkungan alami seperti laut dan pegunungan.
Kondisi ini menjadi perhatian serius, termasuk bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2024, Indonesia menempati posisi 10 besar negara penghasil sampah plastik terbesar. Hal ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan tindakan nyata untuk mengurangi dampak sampah plastik.
Sampah plastik menjadi fokus utama karena dampaknya yang luas terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sampah ini dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta merusak ekosistem darat dan laut. Hewan laut dan darat bisa terluka atau mati akibat terjebak dalam sampah plastik. Selain itu, mikroplastik yang terbentuk dari degradasi plastik dapat mencemari rantai makanan.
Selain itu, produksi dan pembakaran plastik juga berkontribusi pada perubahan iklim. Pembakaran sampah plastik menghasilkan gas beracun yang dapat mencemari udara dan menyebabkan gangguan pernapasan, kanker, serta gangguan sistem saraf. Zat kimia berbahaya dalam plastik, seperti bisphenol A (BPA) dan ftalat, juga dapat mencemari air dan masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi air minum atau makanan yang terkontaminasi.
Beberapa efek kesehatan juga disebabkan oleh mikroplastik. Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman. Meski penelitian masih dilakukan untuk memahami dampaknya secara pasti, risiko terhadap kesehatan tetap menjadi perhatian serius.
10 Negara Penghasil Sampah Plastik Terbesar
Menurut data dari situs wastedirect.com, sebagian besar sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), sementara sejumlah besar lainnya mencemari laut. Setiap tahun, sekitar 11 juta ton plastik masuk ke lautan, yang merupakan ancaman besar bagi kehidupan laut karena plastik sering disalahartikan sebagai makanan.
Tingkat daur ulang plastik yang rendah juga menjadi masalah. Pada tahun 2024, hanya 9% sampah plastik yang didaur ulang secara global, sementara 22% dibuang secara tidak benar. Sampah plastik menyumbang 10% dari semua sampah yang dihasilkan di seluruh dunia.
Berikut adalah 10 negara penghasil sampah plastik terbesar pada tahun 2024:
- Cina: 37.606.230 ton
- Amerika Serikat: 22.867.246 ton
- India: 7.408.124 ton
- Brasil: 4.911.580 ton
- Meksiko: 4.049.874 ton
- Jepang: 3.806.805 ton
- Jerman: 3.568.313 ton
- Indonesia: 3.366.941 ton
- Thailand: 3.355.763 ton
- Italia: 3.335.851 ton
Krisis polusi plastik saat ini memerlukan perhatian serius dan tindakan nyata. Sejak tahun 1950, manusia telah menghasilkan lebih dari 8 miliar ton plastik, dan lebih dari separuhnya langsung berakhir di tempat pembuangan akhir. Hanya sekitar 9% dari sampah plastik yang didaur ulang.
Plastik dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang lambat namun pasti. Mulai dari melepaskan bahan kimia beracun ke dalam tanah dan air tanah hingga secara langsung mencekik atau meracuni hewan yang tanpa sengaja menelannya. Negara-negara dengan populasi yang lebih besar cenderung menghasilkan lebih banyak sampah plastik. Namun, ketika dilihat per kapita, peringkatnya bisa berubah secara signifikan.