9 Hal yang Tidak Perlu Dikhawatirkan di Usia 30-an, Menurut yang Sudah Berusia 70-an

Featured Image

Mengurangi Tekanan di Usia 30-an: Refleksi dari Orang yang Sudah Berpengalaman

Di era sekarang, kita dihadapkan pada tekanan untuk “mengoptimalkan segalanya”—baik dalam karier, pola tidur, maupun kebiasaan makan. Namun, banyak orang yang setelah melewati beberapa dekade hidup justru merasa bahwa hal-hal yang dulu mereka anggap penting ternyata tidak seberat yang dibayangkan.

Dari wawancara dan refleksi dengan para senior yang sudah mengalami berbagai fase kehidupan, terkumpul sembilan hal yang sering mereka sesali karena terlalu membebani saat masih berusia 30-an. Banyak dari hal-hal ini bukanlah beban nyata, melainkan tekanan sosial yang terlalu keras. Berikut penjelasannya:

1. Mengejar Jenjang Karier yang “Tepat”

Di usia 30-an, ada rasa tekanan untuk selalu berkembang—gelar, jabatan, milestone karier. Tapi seorang mantan eksekutif berusia 74 tahun pernah berkata, “Saya tiga kali ganti karier. Setiap kali merasa itu kesempatan terakhir. Ternyata, tidak satu pun yang benar-benar ‘terakhir’.”

Karier lebih seperti panjat tebing daripada naik tangga. Bergeser ke samping bisa sama pentingnya dengan naik ke atas. Yang paling penting adalah langkah berikutnya, bukan apa yang sudah dilakukan.

2. Apakah Semua Orang Menyukaimu

Di usia 30-an, kita sering khawatir akan penilaian orang lain. Tapi menurut pensiunan guru berusia 80 tahun, “Ketika kamu setua saya, kamu sadar bahwa kebanyakan orang tidak terlalu memikirkan kamu seperti yang kamu kira.”

Keinginan untuk disukai semua orang hanyalah lari tanpa garis akhir. Lebih baik disukai oleh sedikit orang karena menjadi diri sendiri, daripada lelah menyesuaikan diri dengan ekspektasi yang terus berubah.

3. Tubuh yang Tidak Terlihat “Sempurna”

Meski sudah makan sehat dan olahraga rutin, tetap saja ada standar tubuh ideal yang menghantui. Seorang pria berusia 72 tahun pernah berkata, “Saya menghabiskan bertahun-tahun khawatir bagaimana tampak saat pakai baju renang. Sekarang, saya cuma berharap dulu saya lebih sering berenang.”

Tubuh bukan pajangan media sosial. Itu adalah kendaraan untuk menikmati hidup. Jangan biarkan standar sempurna menghalangi pengalaman hidup yang sebenarnya.

4. Belum Punya Rumah di Usia Tertentu

Punya rumah sering dianggap sebagai tanda keberhasilan. Tapi banyak orang tua mengatakan mereka berharap bisa lebih santai soal target itu. Menyewa bukan berarti gagal. Membeli lebih lambat bukan berarti ketinggalan. Bisa jadi kamu sedang memprioritaskan fleksibilitas hidup dan itu sepenuhnya sah.

5. Merasa “Tertinggal”

Tertinggal dari siapa? Seorang seniman berusia 78 tahun pernah bertanya balik begitu saat ditanya soal rasa tertinggal. Karena sejujurnya, tidak ada garis start dan finish yang seragam.

Orang lanjut usia tidak mengingat siapa yang menikah duluan atau siapa yang jadi manajer lebih cepat. Mereka ingat siapa yang baik. Siapa yang tetap penasaran. Siapa yang jujur pada dirinya sendiri, meskipun itu tidak sedang tren.

6. Membuat Semua Orang Nyaman

Ini tantangan besar, apalagi bagi yang tumbuh dengan ajaran “jangan bikin orang lain tidak enak.” Namun orang-orang di usia 70-an justru berharap mereka lebih berani menetapkan batasan.

Seorang perempuan berusia 75 tahun berkata, “Kami diajari untuk memastikan semua orang merasa nyaman. Tapi tidak ada yang memberi hadiah karena tidak pernah jujur pada diri sendiri.”

7. Harus Punya Rencana Hidup yang Solid

Usia 30-an sering terasa seperti deadline untuk punya rencana hidup lengkap. Padahal, banyak orang baru menemukan apa yang benar-benar mereka sukai di usia 40-an, 50-an, bahkan 60-an.

Menurut psikolog Stanford Laura Carstensen, seiring bertambahnya usia, emosi positif meningkat, dan orang jadi lebih fokus pada makna hidup.

8. Terus-Menerus Membandingkan Diri

Perbandingan diri bisa jadi racun paling tenang. Dan di era media sosial, efeknya makin intens. Namun perbandingan sudah ada sejak lama. Seorang musisi pensiunan bercerita, “Di tahun 70-an pun kami membandingkan kontrak, tur, dan tampil di TV. Sama saja—platformnya beda.”

Hidup bukan kompetisi estafet. Semakin sibuk melihat pencapaian orang lain, semakin sedikit energi untuk membangun hidup sendiri.

9. Menganggap Kesalahan Adalah Akhir Dunia

Kesalahan di usia 30-an sering terasa fatal. Seolah-olah semuanya runtuh karena satu keputusan keliru. Tapi orang-orang yang sudah menua melihat kesalahan sebagai titik balik, bukan akhir.

Seorang pria berusia 82 tahun bercerita, “Kesalahan terbesar dalam karier saya justru mendorong saya membuka perusahaan sendiri. Saat itu terasa seperti bencana. Ternyata titik awal.”

Penyesalan bisa menjadi guru yang baik kalau kita membiarkannya memberi pelajaran, bukan luka yang membekas.

Kebanyakan hal yang membuat stres di usia 30-an ternyata hanyalah bayangan yang dibesar-besarkan. Dan seiring bertambahnya usia, fokus mulai bergeser: dari pencapaian ke makna, dari validasi ke kedamaian. Mungkin itulah yang disebut bertumbuh.