Akhirnya Terungkap! Satria Bergabung dengan Militer Rusia Karena Utang Rp750 Juta
Eks Marinir TNI AL Terlilit Utang Besar Sebelum Bergabung dengan Militer Rusia
Seorang mantan prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL), Satria Arta Kumbara, diketahui memiliki utang besar sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam operasi militer di luar negeri. Kasus ini menarik perhatian setelah munculnya informasi bahwa ia terlibat dalam aktivitas militer tanpa izin resmi dari pemerintah Indonesia.
Menurut Komandan Korps Marinir, Mayor Jenderal TNI (Marinir) Endi Supardi, Satria mengalami tekanan ekonomi yang sangat berat sebelum kejadian tersebut. Ia terlilit utang hingga mencapai Rp 750 juta, yang berasal dari pinjaman yang diajukan ke dua bank milik pemerintah. Beban finansial ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Satria mengambil langkah tak terduga.
Perjalanan Keputusan yang Membawa ke Desersi
Dalam upaya mengatasi utangnya, Satria mencoba mencari solusi melalui judi online. Namun, tindakan tersebut justru membuatnya semakin terjerumus. Akibatnya, Satria tidak mampu menyelesaikan masalah keuangannya dan akhirnya memilih meninggalkan tugas tanpa izin, atau desersi.
Korps Marinir TNI AL telah melakukan tiga kali pemanggilan terhadap Satria, tetapi yang bersangkutan tidak pernah hadir. Pihak militer juga mendatangi rumahnya, tetapi Satria tidak ada di tempat. Akhirnya, statusnya dinaikkan menjadi desersi, dan proses pemecatan dilakukan.
Proses Hukum dan Putusan Pengadilan Militer
Pemecatan Satria dilakukan berdasarkan putusan in absentia dari Pengadilan Militer (Dilmil) II-08 Jakarta pada 6 April 2023. Putusan ini merujuk pada Perkara Nomor 56-K/PM.II-08/AL/IV/2023, yang telah berkekuatan hukum tetap melalui Akte Nomor AMKHT/56-K/PM.II-08/AL/IV/2023 tertanggal 17 April 2023.
Satria Arta Kumbara dijatuhi hukuman penjara selama 1 tahun, serta diberhentikan secara tetap dari dinas militer. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama (Laksma) Tunggul, Satria terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana "Desersi dalam waktu damai" sejak tanggal 13 Juni 2022 hingga saat ini.
Permintaan Dipulangkan ke Indonesia
Beberapa waktu lalu, Satria kembali menjadi sorotan setelah video dirinya meminta untuk dipulangkan ke Indonesia beredar di media sosial. Dalam video tersebut, ia menyampaikan pesan terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Menteri Luar Negeri Sugiono.
Satria menegaskan bahwa ia tidak pernah berniat mengkhianati negara. Keputusannya untuk bergabung dengan militer asing hanya didorong oleh kebutuhan ekonomi. Ia mengatakan, "Saya niatkan datang ke sini (Rusia) hanya untuk mencari nafkah. Wakafa Billahi, cukuplah Allah sebagai saksi."
Faktor Ekonomi dan Kondisi Sosial
Kasus ini menunjukkan bagaimana tekanan ekonomi dapat memengaruhi keputusan individu, bahkan sampai ke tingkat yang tidak terduga. Satria, yang dulunya merupakan anggota TNI AL, kini harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Masalah utang, kebutuhan hidup, dan kurangnya akses terhadap solusi alternatif bisa menjadi faktor penyebabnya.
Selain itu, kasus ini juga mengangkat isu tentang perlunya dukungan lebih baik bagi para prajurit yang menghadapi kesulitan ekonomi. Pemerintah dan institusi militer perlu memastikan bahwa anggota mereka tidak terjebak dalam situasi yang membahayakan reputasi dan tanggung jawab nasional.