Apple Akan Keluarkan Belasan Triliun Rupiah

Featured Image

Pengeluaran Besar Apple Akibat Kebijakan Tarif Trump

Apple, salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, dilaporkan menghadapi pengeluaran besar-besaran akibat kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintah AS. Dalam laporan keuangan terbaru mereka, Apple menyebutkan bahwa mereka akan mengeluarkan biaya tambahan sebesar 1,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,1 triliun hanya untuk membayar tarif Trump selama kuartal ketiga (Juli-September) tahun ini.

CEO Apple, Tim Cook, dalam konferensi dengan analis baru-baru ini mengungkapkan bahwa sebelumnya, perusahaan telah menghabiskan sekitar 800 juta dollar AS untuk tarif pada kuartal April-Juni. Ia memperkirakan bahwa jumlah tersebut akan meningkat menjadi 1,1 miliar dollar AS pada kuartal ini.

Tarif Trump merujuk pada kebijakan bea masuk tinggi yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap berbagai produk impor, termasuk barang dari China. Kebijakan ini merupakan dampak dari ketegangan dagang antara dua negara ekonomi terbesar di dunia. Meskipun tujuannya adalah untuk menekan dominasi produk China di pasar AS, kebijakan ini justru memberatkan perusahaan-perusahaan asal AS yang produksinya bergantung pada fasilitas manufaktur luar negeri, termasuk Apple.

Selama bertahun-tahun, Apple memproduksi sebagian besar perangkat iPhone, Mac, iPad, dan Apple Watch di Asia, terutama di China. Hal ini membuat produk-produk Apple tetap dianggap sebagai barang impor ketika masuk ke pasar AS, sehingga terkena bea masuk alias tarif Trump.

Dalam beberapa tahun terakhir, Apple mulai memindahkan sebagian produksi ke India dan Vietnam, untuk mengurangi risiko akibat kebijakan dagang AS–China. Namun, langkah ini belum sepenuhnya membebaskan Apple dari tarif. Trump bahkan pernah mengancam akan memberlakukan tarif tambahan jika Apple tidak segera memindahkan lebih banyak proses produksinya ke dalam negeri.

Saat ini, smartphone sempat dikecualikan dari tarif hingga 145 persen yang diberlakukan ke China. Namun dalam perjanjian dagang sementara, tarif tersebut ditahan di angka 30 persen hingga pertengahan Agustus.

Performa Keuangan yang Solid

Meski dibebani tarif, Apple tetap mencatat performa keuangan yang solid dalam kuartal yang berakhir Juni lalu. Pendapatan naik 10 persen secara tahunan menjadi 94 miliar dollar AS atau setara Rp 1.550,2 triliun. Ini didukung oleh penjualan iPhone yang semakin laris. Tim Cook mengatakan, iPhone mencetak rekor penjualan pada kuartal Juni, tumbuh 13 persen dari tahun ke tahun.

Penjualan iPhone yang meningkat menyumbang hampir separuh ke pendapatan Apple, dengan nilai 44,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 733,8 triliun. Penjualan iPhone di China juga kembali tumbuh menjadi 15,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 252,3 triliun), naik dari 14,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, tarif masih dipandang sebagai ancaman serius yang bisa menggerus margin keuntungan perusahaan jika terus berlanjut. Cook menyatakan bahwa masih banyak hal yang bisa berubah, termasuk kenaikan tarif di masa depan.

Tantangan di Bidang Kecerdasan Buatan (AI)

Di saat yang sama, Apple juga sedang berjuang mengejar ketertinggalan dalam bidang kecerdasan buatan (AI). Dibandingkan dengan Google, Microsoft, atau Meta yang sudah memiliki sistem AI canggih, Apple dinilai masih ketinggalan jauh. Fitur-fitur AI di perangkat Apple masih terbatas pada emoji pintar, ringkasan teks, dan generator gambar, belum ada yang sekuat ChatGPT atau Gemini.

Pembaruan besar untuk Siri, asisten virtual Apple, sempat ditunda tanpa kejelasan. Cook mengatakan bahwa mereka sedang mengembangkan versi baru Siri dan akan merilisnya tahun depan. Selain itu, beberapa peneliti AI Apple dilaporkan pindah ke Meta, yang sedang gencar membangun tim AI.

“Kami sedang mengalihkan cukup banyak tenaga ke pengembangan AI,” kata Cook. Apple juga sudah mengakuisisi tujuh perusahaan teknologi tahun ini, sebagian di antaranya fokus di AI.