Arya Daru Membeli Lakban Kuning Sebelum Tewas, Sudah Sering Digunakan, Istri Ungkap Fakta Mengejutkan

Featured Image

Penyelidikan Terkait Kematian Arya Daru Semakin Mendalam

Kasus kematian Arya Daru Pangayunan, seorang diplomat muda dari Kementerian Luar Negeri, semakin memicu perhatian publik setelah banyak informasi baru terungkap. Salah satu hal yang menarik perhatian adalah penggunaan lakban kuning yang melilit kepalanya saat ditemukan. Informasi ini muncul setelah pihak berwajib melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kondisi jenazah korban.

Lakban kuning yang ditemukan di kepala Arya Daru ternyata bukan benda asing, melainkan milik korban sendiri. Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa lakban tersebut dibeli oleh Arya Daru sekitar seminggu sebelum ia meninggal. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai hubungan antara lakban tersebut dengan kematian almarhum.

Selain warna yang mencolok, lakban kuning juga memiliki daya rekat yang sangat kuat. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa penggunaannya bukanlah sesuatu yang biasa. Karena lakban tersebut melilit hingga leher dan disertai penutup plastik, sempat muncul dugaan bahwa ada motif tertentu yang ingin disampaikan pelaku.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, memberikan keterangan resmi tentang kondisi jenazah Arya Daru yang ditemukan dalam keadaan tidak wajar. Menurutnya, kasus ini semakin kompleks karena adanya kemungkinan unsur lain yang terlibat dalam kematian korban.

Fakta bahwa lakban kuning itu adalah milik pribadi Arya Daru memperjelas bahwa kematian almarhum bukanlah kecelakaan, melainkan sebuah tindakan yang direncanakan. Dengan semakin banyak fakta yang terungkap, penyelidikan pun semakin mendalam.

Istri Arya Daru, Pita, memberikan keterangan bahwa lakban kuning tersebut dibeli di Yogyakarta. Dari informasi yang diperoleh, Arya Daru membeli lakban tersebut saat pulang ke Yogyakarta, tempat tinggal istri dan anak-anaknya. Bahkan, masih ada satu lakban kuning lainnya yang ditinggalkan di rumah Yogyakarta.

Penyelidik akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah kedua lakban tersebut identik atau tidak. Hasil pemeriksaan ini akan menjadi bagian penting dalam penyelidikan kasus ini.

Penggunaan Lakban Kuning dalam Kemenlu

Menurut keterangan dari teman dan atasan Arya Daru, lakban kuning bukanlah benda asing bagi pegawai Kementerian Luar Negeri. Biasanya, lakban kuning digunakan sebagai penanda barang-barang milik pegawai yang sedang melakukan tugas luar negeri. Warna yang mencolok membuatnya mudah dikenali di bandara tujuan.

Selain itu, lakban kuning juga digunakan untuk mempermudah pencarian barang pada saat tiba di negara tujuan. Dengan warna yang mencolok, para pegawai bisa langsung mengenali barang mereka sebagai bagian dari rombongan Indonesia.

Keberadaan Arya Daru di Rooftop Gedung Kemenlu

Polda Metro Jaya juga mengungkap keberadaan Arya Daru di rooftop lantai 12 Gedung Kemenlu. Dari rekaman CCTV, diketahui bahwa Arya Daru naik ke lantai tersebut pada tanggal 7 Juli 2025, sekitar pukul 21.43 WIB dan turun pada pukul 23.09 WIB, artinya ia berada di sana selama sekitar satu setengah jam.

Saat naik ke rooftop, Arya Daru membawa tas ransel dan tas belanja. Namun, sepertinya kedua tas tersebut ditinggalkan di rooftop. Setelah turun, ia pulang ke kosannya tanpa membawa kedua tas tersebut.

Rekaman CCTV juga menunjukkan bahwa Arya Daru tiba di kosannya pada pukul 23.23 WIB. Dari isi tas yang ditinggalkan, diketahui bahwa ada beberapa barang seperti pakaian, kacamata, dan parfum. Selain itu, ada goodie bag yang berisi barang-barang yang dibeli dari pusat perbelanjaan sebelum ia naik ke rooftop.

Dari informasi yang diperoleh, Arya Daru bersama rekan kerjanya melakukan transaksi pembelian pakaian, dasi, dan beberapa hal lainnya. Barang-barang tersebut dibawanya ke rooftop sebelum pulang ke kosannya.

Dengan semakin banyak informasi yang terungkap, penyelidikan terhadap kematian Arya Daru terus berlangsung. Banyak orang mulai bertanya-tanya apakah ada pesan tersembunyi dalam tindakan pelaku yang memilih lakban kuning dan plastik sebagai alat untuk menutupi identitas atau motif sebenarnya di balik kematian seorang diplomat muda yang seharusnya masih memiliki masa depan cerah.