Australia Hentikan Larangan Impor Daging Sapi Amerika Serikat

Australia Menghapus Pembatasan Impor Daging Sapi dari Amerika Serikat
Pada hari Kamis (24/7/2025), pemerintah Australia secara resmi mencabut pembatasan impor daging sapi dari Amerika Serikat setelah melalui proses peninjauan ilmiah dan berbasis risiko selama sepuluh tahun. Keputusan ini diambil karena sistem keamanan pangan AS dinilai telah memenuhi standar yang cukup kuat untuk mencegah masuknya penyakit atau hama ke wilayah Australia. Dengan demikian, aturan biosecurity yang ketat terhadap daging sapi asal AS sejak lebih dari dua dekade akhirnya dihapus.
Menteri Pertanian Australia, Julie Collins, menjelaskan bahwa keputusan ini dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang. Ia menegaskan bahwa pemerintahan Buruh Albanese tidak pernah berkompromi dalam hal keamanan biosecurity. Peninjauan impor daging sapi AS telah melalui evaluasi yang ketat dan berbasis sains selama satu dekade terakhir.
Sejarah Larangan Impor Daging Sapi AS
Larangan impor daging sapi dari AS pertama kali diberlakukan oleh Australia pada 2003 setelah ditemukan kasus penyakit sapi gila atau bovine spongiform encephalopathy (BSE) di Amerika. Meskipun sebagian pembatasan sempat dikurangi pada 2019, daging dari ternak yang berasal dari Kanada atau Meksiko dan diproses di AS tetap tidak diizinkan masuk. Hal ini disebabkan oleh integrasi rantai pasok daging sapi di kawasan Amerika Utara, sehingga Australia menganggap produk AS masih memiliki risiko.
Namun, sejak awal 2025, Amerika Serikat telah menerapkan sistem pelacakan ternak yang lebih ketat. Melalui sistem ini, otoritas AS dapat melacak asal-usul hewan secara menyeluruh untuk memastikan tidak ada risiko penyakit pada produk ekspor ke Australia. Perbaikan ini menjadi faktor utama di balik pencabutan pembatasan oleh otoritas Australia.
Reaksi dari Tokoh Oposisi dan Industri Peternakan
Beberapa tokoh oposisi dan pelaku industri peternakan memberikan tanggapan berbeda terhadap keputusan ini. Ketua Partai Nasional, David Littleproud, menyoroti kecepatan pengambilan keputusan pemerintah. Ia mengatakan bahwa keputusan ini tampaknya hanya dilakukan untuk menenangkan Donald Trump, meski itu bukan sesuatu yang ingin mereka lakukan.
Di sisi lain, pelaku industri peternakan menyambut baik langkah pemerintah. Will Evans, CEO Cattle Australia, menilai keputusan ini sesuai dengan prinsip perdagangan yang berbasis aturan dan sains. Ia menekankan pentingnya percaya pada sistem yang ada, meskipun bagi produsen, membuka pintu impor bisa jadi tidak selalu diinginkan.
Manfaat Pelonggaran Impor untuk Tekanan Tarif Ekspor
Pencabutan larangan impor ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dagang antara Australia dan AS. Hubungan dagang kedua negara memburuk sejak AS memberlakukan tarif 10 persen atas daging sapi Australia pada April. Pemerintahan Trump sebelumnya menganggap larangan impor sebagai hambatan utama dalam hubungan perdagangan, seperti yang tertulis dalam laporan awal tahun ini.
Australia berharap keputusan ini bisa digunakan sebagai tekanan agar AS mengurangi tarif tinggi terhadap baja dan aluminium, serta membatalkan rencana pengenaan tarif 200 persen untuk produk farmasi. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, sebelumnya pernah menyampaikan kritik keras terhadap situasi ini.
Dalam tiga minggu pertama bulan Juli, Australia telah mengirim hampir 25 ribu ton daging sapi dan daging sapi muda ke AS. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya pasar AS, yang menghargai daging sapi Australia karena rendah lemak dan memiliki harga yang kompetitif. Pada 2024, nilai ekspor daging sapi Australia mencapai 14 miliar dolar Australia, dengan AS sebagai pembeli terbesar, diikuti oleh China. Meski tarif diterapkan, ekspor daging sapi Australia ke AS justru meningkat 32 persen sepanjang 2025, menurut laporan bulan Juni dari Meat and Livestock Australia (MLA).