Bahasa Indonesia Kelas 11: Jawab Benar atau Salah, Identifikasi Pola Pengembangan Paragraf

Featured Image

Pengenalan Pola Pengembangan Paragraf Deduksi dan Induksi

Pola pengembangan paragraf adalah cara penyusunan kalimat dalam sebuah paragraf agar terdapat alur logis dan koherensi. Dua pola yang umum digunakan adalah deduksi dan induksi. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 11, siswa diajarkan untuk mengidentifikasi dan membedakan kedua pola tersebut.

Soal Benar atau Salah

Berikut beberapa soal yang dapat membantu siswa memahami lebih dalam tentang pola pengembangan paragraf:

  1. Dalam satu paragraf boleh terdapat dua ide pokok yang dituangkan dalam dua kalimat utama.
    Jawaban: Salah

  2. Hanya terdapat satu kalimat penjelasan dalam satu paragraf untuk menjelaskan ide pokok.
    Jawaban: Salah

  3. Pola pengembangan paragraf deduksi dimulai dengan pernyataan umum kemudian diakhiri dengan pernyataan-pernyataan khusus.
    Jawaban: Benar

  4. Kalimat utama pada pengembangan induktif terletak di akhir paragraf.
    Jawaban: Benar

  5. Pola pengembangan induktif dimulai dengan pernyataan-pernyataan khusus kemudian diakhiri dengan pernyataan umum.
    Jawaban: Benar

Identifikasi Pola Pengembangan Paragraf

Berikut beberapa contoh paragraf yang harus diidentifikasi apakah menggunakan pola deduksi atau induksi:

a. Pemerintah lewat Kementerian Pertanian berniat menambah luas lahan sawah guna menciptakan ketahanan pangan nasional. Hal ini dirasa penting karena banyak lahan pertanian yang mengalami alih fungsi. Ketahanan pangan ini dirasa mendesak untuk segera dilakukan karena krisis yang melanda seluruh bangsa-bangsa di dunia akibat pandemi Covid-19. Setiap bangsa harus segera memenuhi kebutuhan pangannya sendiri dan tidak bisa bergantung pada impor dari bangsa lain. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang terutama menyangkut daerah mana di Indonesia yang layak untuk segera dibuka menjadi lahan pertanian baru.
Jawaban: Deduksi

b. Buah lokal dipercaya lebih sehat dan segar dibandingkan buah impor. Hal ini disebabkan buah impor yang masuk ke Indonesia memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses pengirimannya. Seperti buah apel yang diimpor dari Amerika. Mereka butuh waktu lebih dari tiga minggu untuk sampai ke tanah air. Hanya dengan proses pengawetan buah tersebut akan tetap segar ketika sampai ke masyarakat Indonesia. Dengan alasan itulah, mengonsumsi buah lokal dirasa lebih menyehatkan karena pastinya tidak ada unsur pengawet.
Jawaban: Induksi

c. Gerakan mencintai barang dalam negeri semakin lantang digaungkan. Buah dan sayur sebagai bagian dari kekayaan hayati Indonesia juga menjadi fokus gerakan. Namun, sejumlah permasalahan masih terus mengganjal. Baru-baru ini Menteri Pertanian mengatakan bahwa tingkat konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih rendah. Tingkat konsumsi buah lokal masyarakat Indonesia belum mencapai 40 kg per kapita setiap tahun, padahal seharusnya lebih dari 65 kg per kapita per tahun. Permasalahan yang lain seperti volume produksi dari tingkat petani. Selama ini, produksi buah-buahan lokal masih dari usaha yang bersifat pekarangan, bukan perkebunan besar. Dengan kondisi tersebut, volume produksi buah-buahan lokal Indonesia juga menjadi terbatas.
Jawaban: Deduksi

d. Kota Batu, Malang, Jawa Timur selama ini dikenal sebagai penghasil apel. Namun, ternyata kota sejuk di Kota Malang tersebut juga menghasilkan ketela khas yang sangat disukai oleh masyarakat Jepang, yaitu ketela ungu. Para petani di Batu, Malang bahkan hampir setiap bulan mengekspor jenis umbi ini. Masyarakat Jepang sangat suka mengonsumsi umbi ungu karena banyak manfaat kesehatan yang ada pada kandungan umbi ungu ini. Beberapa manfaat mengonsumsi umbi ungu adalah bisa mencegah penyakit asma, kanker, bahkan diabetes. Memang sangat luar biasa pada saat kita suka mengonsumsi produk makanan asing seperti beberapa jenis makanan cepat saji yang belum tentu sehat untuk tubuh kita. Ternyata makanan produk lokal Indonesia disukai oleh orang Jepang. Jadi, tunggu apa lagi. Mulailah mengonsumsi produk makanan lokal Indonesia karena ternyata banyak manfaat kesehatan yang kita dapatkan dari produk makanan lokal kita.
Jawaban: Induksi

Menulis Paragraf dengan Pola Deduksi dan Induksi

Siswa diminta untuk menulis dua paragraf, satu dengan pola deduksi dan satu dengan pola induksi. Tema yang digunakan adalah tempe sebagai sumber makanan protein nabati.

Paragraf Deduksi
Contoh makanan yang sudah familiar di hampir semua lidah orang Indonesia adalah tempe. Tempe adalah makanan yang tergolong cukup murah bagi masyarakat Indonesia. Itu sebabnya, banyak masyarakat Indonesia yang dapat menikmati tempe sebagai sumber makanan keseharian mereka. Awalnya tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai yang diproses melalui tahap fermentasi. Hal inilah yang menyebabkan harga tempe relatif cukup murah dari bahan pangan yang lain. Selain itu tempe juga memiliki kandungan antibakteri penyebab diare sehingga dapat mencegah diare. Tempe sudah lama diakui oleh para peneliti sebagai makanan sehat dengan nilai kandungan gizi yang tinggi.

Paragraf Induksi
Tempe adalah makanan yang kaya akan zat-zat yang bergizi. seperti: protein tinggi dan rendah kandungan lemak. Tidak hanya itu saja, tempe juga mengandung kalsium, fosfor dan vitamin B6 dan B12. Adapun kandungan dalam tempe yaitu protein nabati. Manfaat dari protein nabati lebih baik daripada protein hewani. Hal ini dikarenakan makanan berprotein nabati cenderung rendah kalori dan lemak daripada sumber makanan berprotein hewani. Kesimpulannya , produk pangan tempe sangatlah penting sehingga harus diusahakan agar menjadi produk andalan Indonesia.

Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Teks “Diversifikasi untuk Ketahanan Pangan”

Berdasarkan teks tersebut, berikut analisis pola pengembangan paragraf:

  • Paragraf 1: Ketahanan pangan sangat penting untuk diperkuat sekarang ini. (pengembangan deduksi)
  • Paragraf 2: Melansir data Badan Pusat Statisik (BPS), impor beras mencapai 2,25 juta ton pada 2018. (pengembangan deduksi)
  • Paragraf 3: Ketergantungan pada beras juga menjadi ironi di tengah besarnya kekayaan sumber daya alam negeri ini berupa ragam sumber hayati penghasil karbohidrat tinggi. (pengembangan deduksi)
  • Paragraf 4: Penyeragaman konsumsi beras di Indonesia membuat makanan pokok lokal terabaikan. (pengembangan induksi)
  • Paragraf 5: Dengan demikian konsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat lain pun diharapkan terus meningkat. (pengembangan induksi)
  • Paragraf 6: Kementerian Pertanian mengajak seluruh gubernur dan bupati/wali kota untuk bersinergi menguatkan gerakan diversifikasi pangan ini dalam upaya mengukuhkan ketahanan pangan. (pengembangan deduksi)
  • Paragraf 7: Upaya diversifikasi pangan lokal ini ditargetkan menurunkan konsumsi beras dari 94,9 kg per kapita per tahun menjadi 85 kg per kapita per tahun pada 2024. (pengembangan deduksi)
  • Paragraf 8: Pemerintah tidak bisa tiba-tiba memaksakan kebijakan diversifikasi pangan jika produksi pangan lokal, seperti umbi-umbian, di setiap wilayah belum bisa ditingkatkan. (pengembangan deduksi)