BI Turun, PPN DTP, Peluang Emas Properti Di Tengah Tantangan

Kinerja Gemilang Summarecon Agung Tbk di Sektor Properti
Di tengah tantangan ekonomi global, kinerja PT Summarecon Agung Tbk di sektor properti patut mendapat apresiasi. Hingga Juli 2025, perusahaan pengembang dengan sembilan proyek township ini telah mencatatkan penjualan yang menembus angka Rp 2,2 triliun. Angka ini bukan sekadar pencapaian, melainkan bukti nyata dari strategi adaptif dan optimisme yang dijalankan oleh perusahaan dalam menghadapi dinamika pasar.
Salah satu faktor yang turut memengaruhi kinerja positif ini adalah kebijakan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sebesar 25 basis poin. Penurunan ini disambut baik oleh masyarakat dan pelaku industri properti. Menurut Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk Adrianto P Adhi, penurunan BI Rate akan berdampak langsung pada suku bunga KPR, sehingga memberikan kemudahan bagi calon pembeli properti.
"Kami merespons dengan sangat baik karena penurunan BI Rate pasti akan mengoreksi besarnya suku bunga KPR," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa penurunan suku bunga KPR secara langsung meningkatkan daya beli masyarakat, yang menjadi sinyal positif bagi sektor perumahan yang membutuhkan stimulus di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Summarecon melihat bahwa kondisi suku bunga KPR saat ini sudah cukup memadai, bahkan sebelum adanya penurunan BI Rate. Adrianto menegaskan bahwa suku bunga KPR di Indonesia tergolong bagus. Namun, penurunan BI Rate diharapkan akan semakin memicu bank-bank untuk menurunkan suku bunga KPR, yang menjadi "pancingan yang sangat bagus untuk menaikkan daya beli masyarakat di bidang properti."
Stimulus Ganda Pembeli dan Industri Properti
Meskipun menyambut baik penurunan BI Rate, Summarecon masih sangat berharap pada perpanjangan insentif PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP). Insentif ini bukan hanya permintaan, tetapi strategi kunci yang terbukti efektif dalam mendongkrak penjualan dan menggerakkan roda ekonomi yang lebih luas.
"Sebetulnya PPN DTP itu tidak langsung berdampak kepada developer, tapi langsung kepada pembeli," tegas Adrianto. Diskon 11 persen yang diberikan PPN DTP secara langsung meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, syarat PPN DTP yang mengharuskan pembelian rumah lunas dan segera serah terima mendorong pengembang untuk membangun kembali stok perumahan.
"Ketika konstruksi dari pengembang itu bergeliat, dampak terhadap bisnis ikutan subsektor properti yang 185 jenis menurut studi UI itu akan bergeliat," tambahnya. Ini menunjukkan bahwa PPN DTP bukan hanya stimulus untuk pembelian rumah, tetapi juga motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang lebih luas, memberikan dorongan pada industri pendukung properti.
Summarecon pun optimistis, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), dan Kementerian Keuangan akan mempertimbangkan kembali perpanjangan insentif ini.
Optimalisasi Portofolio Unggulan
Meskipun belum bisa membocorkan produk selanjutnya, Summarecon sangat bersyukur dengan respons positif terhadap produk premium mereka, seperti Soultan Island di Summarecon Bekasi. Lokasinya di tepi danau yang dirancang untuk menciptakan kawasan bernilai tinggi mendapat sambutan baik dari masyarakat Bekasi.
"Itu sebenarnya di area perumahan, tapi dia di pinggir danau persis kayak di island gitu ya, dan itu memang kami ingin menciptakan satu area yang punya value," sebut Adrianto. Adapun kontributor terbesar marketing sales Rp 2,2 triliun ini masih didominasi oleh proyek di Summarecon Serpong. Hal ini menunjukkan kekuatan brand dan daya tarik kawasan Serpong yang terus menjadi primadona.
Dengan kombinasi strategi yang tepat, memanfaatkan penurunan suku bunga KPR, mendesak perpanjangan PPN DTP, mengoptimalkan produk unggulan, dan terus berinovasi, Summarecon menunjukkan kesiapannya untuk mencapai target dan bahkan melampaui ekspektasi tahun ini.