DPRD Pantau Proyek Flyover Latumenten Jakbar Hingga Selesai

Komitmen Anggota DPRD Jakarta untuk Memastikan Pembangunan Flyover Latumenten Berjalan Lancar
Anggota DPRD Jakarta dari Fraksi PDI-P, Hardiyanto Kenneth, menunjukkan komitmennya dalam memantau proses pembangunan jalan layang (flyover) Latumenten di kawasan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Ia berjanji akan terus mengawasi proyek ini agar berjalan sesuai rencana dan tetap menjaga kenyamanan serta keamanan warga sekitar.
Kenneth menyatakan harapan bahwa proyek ini dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya dalam mengurangi kemacetan dan mempercepat mobilitas harian warga. Ia berharap flyover ini menjadi solusi yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat Jakarta Barat, khususnya warga Grogol Petamburan.
Tahap pembangunan jalan layang Latumenten saat ini telah memasuki proses sosialisasi kepada warga sekitar. Sosialisasi ini menjadi langkah awal sebelum proses konstruksi dimulai pada Agustus atau paling lambat September 2025. Usulan pembangunan flyover ini pertama kali disampaikan oleh Kenneth saat kegiatan reses atau serap aspirasi masyarakat pada tahun 2023.
Saat itu, ia banyak menerima keluhan tentang kemacetan parah akibat perlintasan kereta api yang sering menutup jalan di kawasan Latumenten. Akibatnya, pengendara mobil dan motor, terutama di depan Rumah Sakit Jiwa, sering terdampak. Macet bisa panjang dan mengular hingga ke depan Citraland.
Flyover ini akan dibangun sepanjang 380 meter, membentang dari sisi selatan sampai ke utara Stasiun Grogol. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2027. Kenneth juga meminta semua pihak terkait, termasuk Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto dan jajaran Polres Jakarta Barat, untuk berkoordinasi mengatur lalu lintas selama proses pembangunan berlangsung.
Ia berharap Wali Kota Jakarta Barat dapat melakukan program rekayasa lalu lintas. Kenneth berharap pembangunan ini bisa berjalan lancar dan cepat selesai.
Antisipasi Dampak Pembangunan untuk Lalu Lintas
Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto, menyebut proyek pembangunan Flyover Latumenten sebagai upaya optimalisasi ruang kota dan pemenuhan akses mobilitas warga. Menurutnya, bukan hanya flyover, namun di atasnya juga akan dijadikan tempat halte Transjakarta sehingga nanti multiguna.
Uus juga mengingatkan bahwa selama masa pembangunan, proyek ini akan berdampak terhadap arus lalu lintas di kawasan padat tersebut. Ia menyatakan bahwa dampak ini sudah barang tentu akan membuat kemacetan pada saat proses pelaksanaan, karena mobilitas alat berat dan material yang akan mengganggu arus.
Oleh karena itu, Dinas Bina Marga Jakarta Barat diminta melakukan sosialisasi aktif kepada warga agar dampak proyek dapat dimitigasi sejak awal.
Rekayasa Lalu Lintas
Sementara itu, Dinas Perhubungan Jakarta akan melakukan rekayasa lalu lintas menjelang pembangunan flyover di Jalan Latumenten. Pelaksana tugas (Plt) Kasudinhub Jakarta Barat Edy Sufaat mengatakan bahwa saat ini mereka sedang melakukan rapat untuk membahas persiapan rekayasa lalu lintas terkait rencana pembangunan flyover di Jalan Latumenten.
Rapat pembahasan rekayasa lalu lintas akan melibatkan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) terkait. Pembahasannya terkait manajemen dan rekayasa lalu lintasnya. Rapatnya akan dilakukan dalam waktu dekat, dan hasilnya akan segera diinformasikan.
Potret Kemacetan di Lokasi Pembangunan
Pada Rabu (23/7/2025), tim jurnalis mendatangi lokasi di mana flyover tersebut akan dibangun. Pengamatan di lokasi menunjukkan keramaian kendaraan terpusat di sekitar Stasiun Grogol. Tampak angkutan umum kota (angkot) mengetem di samping rel kereta api, menaikkan dan menurunkan penumpang. Tampak pula ojek online (ojol) dan bajaj berhenti di bahu jalan untuk menarik penumpang atau sekadar mengetem.
Sementara itu, pejalan kaki hilir mudik, sebagian keluar masuk dari dan menuju Stasiun Grogol. Jalanan depan Stasiun Grogol tidak hanya didominasi sepeda motor, tetapi juga kendaraan muatan besar seperti truk dan pengangkut logistik. Akibat kepadatan tersebut, kendaraan hanya bisa melaju pelan, sekitar 10 kilometer per jam. Jarak antara kendaraan satu dengan yang lain pun begitu mepet, hanya sekira 30 sentimeter.
Kondisi ini seolah menjadi "ritual" harian bagi pengendara yang melewati Jalan Latumenten. Salah satu pemotor yang sedang menepi di trotoar RSJ Dr. Soeharto Heerdjan dekat Stasiun Grogol, Sulaeman (35), menyebut bahwa kemacetan yang terjadi di wilayah tersebut disebabkan berbagai faktor. Selain lebar jalan yang hanya sekitar lima meter, perlintasan sebidang dengan rel kereta api juga memicu kemacetan. Belum lagi banyak angkot yang berhenti di bahu jalan.
"Di sini angkot bisa berhenti sampai 10 menit atau setengah jam, jadi semacam sudah lumrah kemacetan terjadi," ucapnya saat ditemui, Rabu.