Dua Gunung Berapi Rusia Meletus, Ahli Peringatkan Bahaya di Zona Cincin Api, Termasuk Indonesia

Gempa Bumi di Rusia Mengguncang Cincin Api, Ahli Peringatkan Potensi Letusan di Seluruh Wilayah
Gempa bumi besar yang terjadi di wilayah Kamchatka, Rusia, pada hari Rabu (30/7/2025), dengan kekuatan 8,8 skala Richter, memicu peringatan tsunami dan mengguncang kawasan geologis paling aktif di dunia, yaitu Cincin Api. Zona ini dikenal sebagai area yang melingkungi Samudra Pasifik dan menjadi rumah bagi sekitar 75 persen gunung berapi aktif di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Cincin Api merupakan rangkaian gunung berapi yang membentang lebih dari 40.000 kilometer di sekitar Samudra Pasifik. Zona ini mencakup wilayah seperti Jepang, Amerika Serikat bagian barat, Chili, serta daerah-daerah lain yang rentan terhadap aktivitas vulkanik dan gempa bumi. Dengan letaknya yang sangat strategis, Cincin Api sering kali menjadi tempat di mana lempeng tektonik saling bertabrakan, menghasilkan energi besar yang dapat memicu letusan gunung berapi.
Setelah gempa bumi tersebut, dua gunung berapi di Rusia meletus dalam waktu singkat. Pertama adalah Gunung Klyuchevskaya Sopka, yang menunjukkan aliran lava merah membara mengalir turun lereng baratnya. Sementara itu, Gunung Krasheninnikov, yang sebelumnya tidak aktif selama hampir 600 tahun, tiba-tiba meletus pada hari Minggu (3/8/2025). Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan bahwa gempa bumi tersebut mungkin telah mengganggu sistem tekanan bawah tanah, sehingga meningkatkan risiko letusan di berbagai gunung berapi di sepanjang Cincin Api.
Bagaimana Gempa Bumi Memicu Letusan Gunung Berapi?
Secara ilmiah, gempa bumi dapat memicu letusan gunung berapi melalui proses subduksi, yaitu pergerakan lempeng tektonik yang satu sama lain saling bertabrakan. Ketika lempeng samudra terbawa ke bawah lempeng tetangganya, batuan di bawah permukaan akan mengalami penurunan titik leleh dan berubah menjadi magma. Magma ini kemudian bergerak ke atas dan akhirnya meletus dari permukaan bumi.
Para ahli menyatakan bahwa gempa bumi besar seperti yang terjadi di Kamchatka bisa memengaruhi stabilitas magma di bawah gunung berapi yang jauh dari episentrum. Hal ini membuat kemungkinan terjadinya letusan di berbagai lokasi di sepanjang Cincin Api semakin tinggi.
Ancaman Letusan di Seluruh Wilayah Cincin Api
Michael Manga, seorang ahli geosains dari Universitas California, Berkeley, menyebutkan bahwa gunung berapi yang berada di bagian paling barat dari Cincin Api memiliki peluang lebih tinggi untuk meletus setelah gempa bumi besar. Daerah ini mencakup wilayah seperti Chili, Cascades AS, Jepang, Indonesia, dan Kamchatka.
Loÿc Vanderkluysen, seorang ahli vulkanologi dari Universitas Drexel, juga menegaskan bahwa Cincin Api memiliki karakteristik unik karena adanya banyak lempeng samudra yang memiliki batas subduksi. Hal ini menjadikannya salah satu zona paling rentan terhadap aktivitas vulkanik dan gempa bumi.
Meskipun potensi letusan di Cincin Api saat ini tinggi, para ahli memperkirakan bahwa letusan tersebut mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Menurut beberapa studi, proses letusan gunung berapi bisa memakan waktu hingga dua tahun setelah gempa bumi besar.
Wilayah yang Paling Rentan
Beberapa gunung berapi yang berada dalam kondisi rawan letusan antara lain Gunung Klyuchevskoy di Kamchatka. Gunung ini diperkirakan memiliki magma yang sudah dekat dengan permukaan, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya letusan. Dengan ketinggian 15.584 kaki (4.750 meter), Gunung Klyuchevskoy merupakan salah satu gunung berapi tertinggi di dunia.
Kamchatka sendiri merupakan salah satu wilayah vulkanik paling aktif di Bumi, dengan sekitar 300 gunung berapi. Meski letusan di wilayah ini sering terjadi, para ahli tetap memantau perkembangan secara cermat, terutama setelah gempa bumi besar yang baru saja terjadi.
Dengan semua faktor yang terlibat, masyarakat di sekitar Cincin Api perlu tetap waspada dan siap menghadapi kemungkinan letusan gunung berapi yang bisa terjadi di masa depan.