Gathering Tanoto Scholars 2025: Ilmu dan Teknologi untuk Kemandirian Nasional

Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Membangun Bangsa
Kekayaan sumber daya alam bisa menjadi anugerah yang membawa kemakmuran, tetapi juga bisa menjadi bumerang jika tidak dikelola dengan baik. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), potensi alam yang melimpah justru dapat membuat suatu bangsa lengah dan tertinggal dalam pembangunan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Brian Yuliarto, saat memberikan pemaparan di hadapan ratusan mahasiswa penerima beasiswa TELADAN Tanoto Foundation dalam acara Tanoto Scholars Gathering 2025.
Menurut Menteri Brian, keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh seberapa besar ia menguasai teknologi, bukan sekadar memiliki sumber daya alam. Ia menyebut bahwa sumber daya alam bisa menjadi kutukan jika masyarakat terlalu nyaman hanya menjual hasil alam tanpa membangun industri yang kuat. Contohnya adalah kegagalan Indonesia dalam memanfaatkan peluang saat masa keemasan ekspor minyak pada dekade 1970–1980-an. Saat itu, lonjakan harga minyak dunia seharusnya menjadi titik tolak penguatan industri nasional, tetapi kesempatan tersebut terlewatkan.
Akibatnya, Indonesia tertinggal dalam hal pendapatan per kapita, bahkan dibandingkan negara-negara tetangga. Untuk mengejar ketertinggalan ini, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk menekankan pentingnya iptek. Menteri Brian menegaskan bahwa kunci untuk membuat bangsa kita tegak di kancah internasional adalah dengan memajukan industri dan menciptakan sesuatu yang berguna. Pesan Presiden Prabowo pun disampaikan, bahwa hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi akan menjadi bangsa yang berhasil.
Meningkatkan Ketajaman Intelektual Generasi Muda
Menteri Brian menekankan pentingnya meningkatkan ketajaman intelektual generasi muda Indonesia. Ia mendorong mahasiswa untuk terus menambah pengetahuan dan mengembangkan kebiasaan membaca. Menurutnya, membaca buku dan referensi harus menjadi kebiasaan setiap hari, terutama bagi para pemimpin dan orang-orang hebat. Ia membandingkan kebiasaan membaca di negara maju dengan kebiasaan di negara berkembang, di mana buku sering dijadikan souvenir, sedangkan di negara berkembang masih banyak plakat-plakat sebagai bentuk penghargaan.
Era disrupsi, menurut Menteri Brian, justru membuka peluang besar untuk menciptakan inovasi baru. Ia menilai bahwa disrupsi sangat diminati oleh orang-orang yang senang tantangan dan ingin berkompetisi. Mahasiswa dapat berpacu dengan kompetensi, kapasitas, dan skill mereka menuju tangga-tangga yang penting. Namun, ia menyayangkan turunnya minat belajar di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika), padahal bidang ini menjadi tulang punggung kemajuan iptek.
Kehidupan di Bidang STEM di Indonesia
Sebagai akademisi, Menteri Brian mengaku tantangan di bidang STEM di Indonesia sangat kompleks. Ia membandingkan pengalamannya sebagai mahasiswa dan peneliti di Jepang, yang bisa fokus hanya pada bidang riset. Meski demikian, ia optimistis talenta muda Indonesia tetap punya semangat juang yang tinggi. Ia mencontohkan perjuangan mahasiswa dari keluarga sederhana yang rela hidup hemat demi bisa mengenyam pendidikan. Ketekunan dan kegigihan, menurut Menteri Brian, tak kalah penting dari kecerdasan.
Ia menyebut Thomas Alva Edison sebagai contoh nyata dari daya juang tanpa henti. Menurutnya, meneliti adalah proses yang terus-menerus, dan percaya bahwa selalu ada hasil. Ia berpesan agar jangan pernah lelah mengejar cita-cita dan terus berjuang sampai tujuan tercapai.
Tanoto Scholars Gathering: Forum untuk Pembangunan Karakter
Tanoto Scholars Gathering (TSG) merupakan forum tahunan yang mempertemukan mahasiswa penerima beasiswa Tanoto Foundation dari seluruh Indonesia. Dalam acara ini, peserta berkesempatan untuk membangun jejaring, belajar dari tokoh-tokoh inspiratif, serta mengenal dunia kerja dan ekosistem kepemimpinan di Tanoto Foundation.
TSG merupakan bagian dari program TELADAN, sebuah program beasiswa dari Tanoto Foundation yang telah berlangsung sejak tahun 1981. Berbeda dengan program beasiswa lain, TELADAN tidak hanya menawarkan beasiswa, namun juga pelatihan kepemimpinan terstruktur sejak semester dua hingga semester delapan, serta pendampingan alumni setelah lulus.
Tahun ini, TSG kembali dilaksanakan pada 24–26 Juli 2025 di Komplek RAPP, Pangkalan Kerinci, Riau. Sebanyak 291 Tanoto Scholars hadir dalam kegiatan ini. Mereka berasal dari universitas mitra seperti IPB University, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, dan lainnya.
Program Beasiswa TELADAN Kembali Dibuka
Saat ini, pendaftaran Program Beasiswa TELADAN kembali dibuka mulai 1 Juli hingga 7 September 2025. Program ini ditujukan bagi mahasiswa semester pertama dari 10 perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation. Selain beasiswa dan pelatihan kepemimpinan, penerima beasiswa TELADAN juga akan memperoleh berbagai dukungan untuk meningkatkan kepemimpinan dan soft skills, termasuk:
- Dukungan finansial tambahan untuk mengikuti kompetisi, konferensi, dan sertifikasi.
- Kesempatan mengikuti program pembelajaran jangka pendek seperti summer course, student exchange, volunteering, dan program lainnya.
- Kesempatan magang di jaringan industri mitra Tanoto Foundation.
- Peluang mendapatkan dana riset dan melakukan penelitian kolaboratif.
Setelah lulus, Tanoto Scholars akan menjadi bagian dari jaringan alumni global Tanoto Foundation yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan dunia. Tahun ini, mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) juga dapat mendaftar Program TELADAN selama mereka terdaftar sebagai mahasiswa semester pertama di perguruan tinggi mitra.
Informasi lengkap dan pendaftaran tersedia di bit.ly/JadiTELADAN2026. Program beasiswa dari Tanoto Foundation telah berlangsung sejak tahun 2006 dan hingga 2024, tercatat sebanyak 8.559 mahasiswa telah menerima manfaat dari program ini.