Google Taara Jadi Lawan Starlink, Apa Itu?

Featured Image

Perusahaan Taara Berdiri Mandiri sebagai Pesaing Baru dalam Industri Konektivitas Internet

Perusahaan Alphabet, yang merupakan induk dari Google, resmi memisahkan proyek Taara dari laboratorium inovasi X Lab dan menjadikannya sebagai perusahaan mandiri. Proyek ini hadir sebagai pesaing baru dalam industri konektivitas internet global dengan pendekatan yang berbeda dibandingkan layanan satelit seperti Starlink.

Taara menggunakan teknologi Free Space Optical Communication (FSOC), yang memancarkan sinyal internet berkecepatan tinggi melalui sinar laser tak kasat mata. Teknologi ini menjadi inovasi terbaru Alphabet untuk mendorong solusi internet nontradisional setelah sebelumnya menutup proyek balon internet Project Loon pada 2021.

Sebagai entitas independen, Taara memiliki peluang lebih luas untuk memperoleh investasi eksternal dan memperluas operasi secara agresif. Taara telah mendapatkan dukungan pendanaan dari Series X Capital, sementara Alphabet masih mempertahankan kepemilikan saham minoritas.

Taara, yang kini dipimpin oleh CEO Mahesh Krishnaswamy, menargetkan 3 miliar orang di seluruh dunia, termasuk 860 juta orang di Afrika yang belum memiliki akses internet yang andal. Perusahaan ini akan bersaing langsung dengan Starlink dan telah mengumpulkan lebih dari 5 juta pelanggan di 125 negara.

“Kami memiliki seperangkat cermin canggih yang mencari sinyal cahaya ini, dan begitu mereka menemukannya, mereka langsung menguncinya,” kata Mahesh saat menjelaskan tentang Taara di podcast Google’s Moonshot.

Apa Itu Taara dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Berbeda dengan Starlink yang mengandalkan jaringan besar satelit di orbit rendah Bumi, Taara menggunakan teknologi komunikasi optik ruang bebas (FSOC). Sistem FSOC mentransmisikan data melalui sinar laser tak terlihat yang melintasi atmosfer, menciptakan koneksi internet ultra-cepat tanpa memerlukan kabel serat optik yang mahal.

Dengan kecepatan hingga 20 Gbps dalam jarak maksimal 20 kilometer, Taara bertujuan memberikan konektivitas berkecepatan tinggi ke wilayah yang kurang terlayani dan terpencil. Meski teknologi internet berbasis laser sudah ada sejak beberapa tahun lalu, kemajuan yang dibawa oleh Taara membuat teknologi ini semakin layak digunakan karena mampu mengatasi tantangan utama seperti gangguan akibat cuaca.

Terminal cerdas Taara dilengkapi sensor dan algoritma AI yang memungkinkan penyesuaian posisi secara real-time untuk menjaga kestabilan sinyal walau menghadapi gangguan seperti kabut, hujan, atau hambatan visual lainnya. Dalam uji coba di India dan Afrika, Taara terbukti mampu menjembatani koneksi antarbangunan dan bahkan menghubungkan dua ibu kota negara yang dipisahkan Sungai Kongo, Kinshasa, dan Brazzaville tanpa perlu infrastruktur bawah air.

Perbedaan Pendekatan antara Taara dan Starlink

Meskipun sama-sama menargetkan wilayah terpencil, pendekatan Taara dan Starlink berbeda secara fundamental. Starlink mengandalkan satelit dan spektrum radio, sementara Taara membangun konektivitas berbasis darat dengan laser. Namun, Taara juga memiliki keterbatasan, seperti kebutuhan akan garis pandang langsung antar terminal dan sensitivitas terhadap cuaca.

Namun, kemunculan Taara menunjukkan persaingan yang semakin ketat dalam industri konektivitas internet. Dengan kemunculan Taara sebagai perusahaan independen, lanskap konektivitas internet nontradisional terus berkembang. Meskipun Starlink memimpin dengan jaringan berbasis satelitnya, persaingan kini semakin ketat.

Di Eropa, misalnya, Eutelsat OneWeb juga muncul sebagai penantang utama. Perusahaan ini berupaya memperluas kehadirannya di Ukraina sebagai alternatif Starlink, mengingat ketegangan geopolitik dan ketidakpastian terhadap keberlangsungan layanan Starlink di wilayah tersebut.