Harga Bensin Eceran di Lumajang Membuat Terkejut, Cukup Dengan Tiga Lembar Rp 10.000 dan Satu Rp 5.000

Harga Bensin Eceran di Lumajang Menghebohkan Warga
Harga bensin eceran di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kini menjadi perbincangan hangat. Sebuah botol berisi bensin yang biasanya hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari kini dijual dengan harga yang sangat tinggi. Bahkan, satu botol air mineral berisi bensin 1,5 liter dibanderol hingga Rp 35.000. Untuk mendapatkan harga tersebut, konsumen harus menyiapkan tiga lembar uang Rp 10.000 dan satu lembar uang Rp 5.000.
Sugi, seorang warga Desa Labruk Kidul, Kecamatan Sumbersuko, mengungkapkan bahwa ia terpaksa membeli Pertamax eceran dengan harga Rp 30.000 per botol. Ia mendapatkan BBM tersebut dari sebuah mobil pikap yang sedang memindahkan isi tangkinya ke jeriken di pinggir jalan Desa Labruk Lor, Kecamatan Lumajang.
Ironisnya, lokasi pemindahan BBM tersebut tidak jauh dari SPBU Labruk yang saat itu tutup karena proses bongkar muat BBM dari truk tangki Pertamina. Sugi mengaku terpaksa membeli bensin di tempat tersebut karena SPBU setempat sedang tidak beroperasi.
"Terpaksa beli di sini, SPBU-nya tutup, dapat harga Rp 30.000 satu botol, kalau gak diisi gak bisa pulang," keluh Sugi.
Penyebab Kenaikan Harga BBM
Menurut Sugi, kesulitan mendapatkan BBM di Lumajang disebabkan oleh banyaknya warga dari Jember yang mencari BBM hingga ke Lumajang akibat stok di Jember kosong. Penjual BBM yang menjual kepada Sugi berasal dari Kecamatan Panti, Kabupaten Jember.
"Orang Lumajang beli bensin ke orang Jember, padahal belinya di Lumajang," ujarnya.
Di sisi lain, Farhan, seorang tengkulak BBM dari Jember, menyatakan bahwa ia terpaksa memborong BBM di Lumajang karena stok di Jember kosong dalam beberapa hari terakhir. BBM yang dibeli akan dibawa kembali ke Jember untuk dijual kepada orang lain, sementara sisanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
"Mau dibawa ke Jember, di sana kosong gak ada bensin," ungkap Farhan.
Peredaran BBM di Wilayah Lumajang
Hasil pantauan menunjukkan, setelah memindahkan BBM ke jeriken, mobil pikap tersebut kembali antre di SPBU untuk membeli BBM lagi. BBM yang sudah dipindahkan kemudian diangkut dengan kendaraan lain yang diduga menuju Jember.
BBM jenis Pertamax menjadi pilihan karena pembeliannya tidak dibatasi oleh SPBU, yang nantinya dijual lagi dengan harga per liter bervariasi antara Rp 30.000 - 35.000. Sebagai perbandingan, harga pertamax di SPBU hanya Rp 12.500 per liter.
"Kalau di Jember nanti dijual Rp 35.000 yang botol besar (ukuran 1,5 liter), yang kecil (ukuran 1 liter) Rp 25.000," jelas Farhan.
Tanggapan dari Pemerintah Daerah
Menanggapi situasi ini, Kabag Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Lumajang, Yudo Hariyanto, menjelaskan pihaknya tidak dapat membatasi pembelian BBM di SPBU, terutama untuk BBM non-subsidi seperti Pertamax dan Pertamax turbo.
"BBM yang non-subsidi memang tidak diatur, tapi kami mengimbau pada masyarakat jangan membeli yang berlebihan," imbuhnya.
Dampak pada Masyarakat
Kenaikan harga bensin eceran ini memberikan dampak signifikan pada masyarakat, terutama bagi mereka yang sering membeli BBM secara eceran. Selain itu, kondisi ini juga memicu kekhawatiran tentang stabilitas pasokan BBM di wilayah Lumajang dan sekitarnya.
Banyak warga merasa kesulitan untuk mendapatkan BBM dengan harga yang wajar. Beberapa bahkan memilih mengambil risiko dengan membeli BBM dari penjual eceran yang tidak memiliki izin resmi. Hal ini meningkatkan potensi kerugian finansial dan risiko keamanan.
Kesimpulan
Situasi kenaikan harga bensin eceran di Lumajang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan BBM. Meskipun pemerintah daerah telah memberikan imbauan, masalah ini tetap menjadi tantangan yang perlu segera diatasi agar masyarakat dapat mengakses BBM dengan harga yang terjangkau.