Ini Harapan Eirene Bentian,Perawat Sukarela yang Jadi Pahlawan saat Kebakaran KM Barcelona VA

Kehidupan Eirene Beradri Bentian, Perawat Sukarelawan yang Menjadi Pahlawan
Di balik peristiwa tragis kebakaran KM Barcelona VA, muncul sebuah nama yang menyentuh hati banyak orang. Nama itu adalah Eirene Beradri Bentian, seorang perawat muda berusia 27 tahun. Meskipun bukan pegawai tetap atau ASN, ia memilih untuk bertugas di RSUD Talaud, daerah perbatasan Indonesia, dengan penuh dedikasi dan pengabdian.
Ketika kapal yang ditumpanginya terbakar di perairan Pulau Talise pada Minggu (20/7/2025), Eirene tidak ragu untuk mengutamakan keselamatan orang lain. Ia bahkan menyerahkan pelampung kepada pasien dan seorang anak kecil yang tidak memiliki perlindungan. “Saya bisa berenang, anak itu lebih butuh,” ujarnya sambil menangis.
Eirene berenang hanya dengan satu tangan sambil menggenggam tubuh pasiennya yang menderita penyakit jantung. Meski sempat terlepas, suara lirih dari kejauhan membuatnya menangis haru: “Aman, ses.” Setelah diselamatkan ke kapal Bakamla, Eirene kembali menjalankan tugas kemanusiaannya dengan membantu korban luka bakar yang membutuhkan pertolongan darurat, meskipun tubuhnya sendiri sudah lelah dan menggigil.
Rasa Syukur dan Harapan yang Menyentuh
Dalam wawancara dengan Tribun Manado, Eirene menyampaikan rasa syukur dan harapan yang menyentuh. “Pertama, terima kasih pa Tuhan, di balik musibah ternyata ada berkat tersendiri.” Ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Sembari menghela nafas, ia tak lupa panjatkan doa dan beryukur.
Harapan besar ia sampaikan untuk tenaga kesehatan di Talaud dan rumah sakit yang masih memiliki keterbatasan fasilitas. “Semoga kami tenaga kesehatan di Talaud bisa lebih diperhatikan. Rumah sakit juga perlu dibenahi karena masih banyak keterbatasan fasilitas. Biar ke depan pasien tak perlu semua dirujuk ke Manado.” Tambahnya.
Ia juga menyampaikan harapan pribadi. “Kalau harapan pribadi, yang terbaik saja Tuhan berikan untuk saya dan keluarga.” Ucapnya dengan tulus.
Hanya Pegawai Sukarela
Tribun Manado mencoba menggali informasi tentang profesi Eirene. Ternyata, ia saat ini bekerja sebagai tenaga sukarela. Ia hanya mengandalkan insentif Jasa Pelayanan yang tidak seberapa. Namun semangatnya untuk melayani masyarakat tidak pernah luntur. “Saya percaya, kebaikan akan kembali, entah kapan dan bagaimana caranya,” ujarnya.
Sosoknya menjadi cermin dedikasi, keberanian, dan cinta kasih dalam dunia kesehatan. Di tengah keterbatasan, ia tak pernah berhenti memberi yang terbaik.
Dorongan Apresiasi yang Layak Menggema
Sejumlah tanggapan membanjiri kolom komentar di media sosial Tribun Manado. Pujian dan doa beriringan dengan harapan agar Eirene bisa mendapatkan apresiasi yang layak. Pengangkatannya sebagai ASN hingga PPPK menjadi ribuan tanggapan dari masyarakat.
Banyak netizen menyampaikan bahwa Eirene pantas diangkat menjadi ASN atau PPPK. “Pemerintah Perhatikan yg bgini, Layak diperhitungkan perjuangannya.” Ujar Jelly Tumewu. Nova Paulus menambahkan, “Perhatikan akang pirua pemerintah, torang butuh tenaga kesehatan yg seperti ini.”
Ahusta Dolongseda Mahamurah menyampaikan, “Mantap suster Eirine, perawat yg baik & murah hati semoga pemerintah berempati atas apa yg sdh dilakukan oleh perawat ini hingga suatu saat Eirine boleh diangkat menjdi ASN.”
Apresiasi dari Tokoh Masyarakat
Senada dengan itu, Heber Pasiak, tokoh masyarakat Talaud, juga mengapresiasi tindakan sang perawat. Namun Pasiak mengatakan bahwa pengangkatan PPPK hingga ASN harus melalui prosedur. “Sebagai sesama anak Talaud, saya mengapresiasi tindakannya yang profesional dalam menjalankan tugas, namun perlu diketahui jika dalam pengangkatan ASN atau PPPK semuanya ada tahapannya. Ada tesnya.” Ujar Ketua DPC Partai PDIP Talaud tersebut.
Terlepas dari itu, Eirene telah menunjukkan pengabdian luar biasa dalam kondisi paling sulit. Ia bukan sekadar perawat, tapi simbol harapan dan kemanusiaan di daerah perbatasan. Penghargaan untuknya bukan hanya soal status, tetapi wujud nyata kepedulian negara kepada mereka yang menjaga nyawa orang lain di tempat-tempat yang sering terlupakan.
Sudah saatnya, pahlawan seperti Eirene tak lagi berjalan sendiri.