Isi Hati Astri Gustina Sebelum Dibunuh Suaminya Serma TNI: Dibutuhkan Lalu Dibuang

Perjalanan Pilu Astri Gustina Ayu Yolanda
Astri Gustina Ayu Yolanda, seorang ibu empat anak yang dikenal sebagai sosok pekerja keras, harus mengakhiri hidupnya secara tragis. Kejadian ini terjadi di rumah mertuanya di Deli Serdang, Sumatera Utara, pada hari Rabu (23/7/2025). Sebelum meninggal, Astri sempat menulis curahan hatinya di media sosial, yang kini menjadi saksi bisu dari derita dan kesedihan yang dialaminya.
Curahan Hati di Media Sosial
Beberapa minggu sebelum kematiannya, Astri membagikan postingan di akun Instagram @Astri Gustina yang menyentuh hati banyak orang. Dalam unggahannya pada 27 Juni 2025, ia menulis:
"Terkadang kita diperlakukan baik karena kita dibutuhkan, kemudian kita diabaikan saat tak lagi dibutuhkan… Dari situ kita paham bahwa tak selamanya kebaikan menyimpan ketulusan. Sesakit hati apapun manusia semoga tetap bisa memberi ruang ikhlas dan maaf buat mereka ya."
Postingan ini mendapat respons yang hangat dari warganet. Banyak yang memberikan dukungan dan doa untuk almarhumah. Beberapa komentar seperti:
"Semoga almh husnul khotimah dan suaminya mendapatkan hukuman berat yang setimpal dengan perbuatannya. Aamiin YRA."
"Ayuuu, astaghfirullah gak nyangka berakhir seperti ini.. Husnul khotimah yaa yu."
Selain itu, Astri juga sempat membagikan pesan tentang pentingnya menjaga lingkungan bebas rokok dalam story-nya. Ia menulis: "Stop normalisasi merokok di depan non perokok, saya tidak mau jadi perokok pasif. Kita berharap menghirup udara segar."
Pernikahan yang Penuh Tantangan
Menurut keterangan keluarga, Astri telah pisah rumah dengan suaminya selama tiga bulan terakhir dan sedang dalam proses perceraian. Suaminya, Serma TNI Tengku Dian Anugerah, diketahui memiliki kecanduan judi online dan sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sehingga tidak memberikan nafkah kepada keluarga.
"Sebelum pisah rumah, korban sempat curhat ke keluarga bahwa suaminya ini kecanduan judi online dan tak jarang itu jadi pemicu pertengkaran. Korban juga pernah ngeluh jarang dia dikasih uang belanja," ujar Muhammad Fadhil, abang ipar korban.
Profil Seorang Pejuang Keluarga
Astri dikenal sebagai sosok pekerja keras yang berjuang demi keluarganya. Ia adalah seorang wirausaha yang menjual burger dan roti bakar di depan rumahnya serta berjualan kebutuhan fesyen perempuan melalui media online. Meski sibuk dengan pekerjaannya, ia tetap menjaga hubungan baik dengan tetangga.
Keputusan Astri untuk tinggal bersama orangtuanya di Binjai diambil setelah menghadapi tantangan dalam rumah tangganya. Ia memilih fokus pada anak-anaknya dan melanjutkan hidup dengan penuh semangat. Keluarga selalu memberikan dukungan penuh dalam perjuangannya.
Kronologi Pembunuhan
Pada pagi hari kejadian, Astri baru saja mengantar anaknya ke sekolah sebelum kembali ke rumah mertua. Di halaman rumah, terjadi pertengkaran yang berujung pada aksi penikaman oleh pelaku. Warga sekitar yang mendengar teriakan segera datang dan menemukan Astri dalam kondisi kritis.
Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Latersia Binjai, namun nyawanya tidak tertolong. Pelaku, Serma Tengku Dian Anugerah, melarikan diri menggunakan mobil dan akhirnya ditangkap di parkiran Bandara Kualanamu pada hari yang sama.
Penangkapan dan Proses Hukum
Pelaku kini berada di Detasemen Polisi Militer Kodam I Bukit Barisan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Proses peradilan militer akan menentukan sanksi yang dijatuhkan. Keluarga korban berharap pelaku dijatuhi hukuman seberat-beratnya atas perbuatannya.
Kesaksian Warga dan Barang Bukti
Warga sekitar mengaku mendengar teriakan minta tolong dari rumah korban. Ketika mendatangi lokasi, mereka menemukan Astri dalam kondisi bersimbah darah. Polisi Militer telah mengamankan sejumlah barang bukti dari lokasi kejadian, termasuk kursi plastik bersimbah darah dan senjata tajam yang digunakan pelaku.
Jenazah Astri telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Wahidin, Sumber Mulyo Rejo, Kecamatan Binjai Timur, Sumut.
Intervensi dari Pihak Militer
Suasana sedih masih terpancar di rumah duka. Di tengah wawancara media dengan kakak ipar korban, Fadhil, prajurit TNI berpakaian dinas lengkap dengan balok dua lis merah di kerah bajunya menghampiri Fadhil. Langkah ini diduga untuk melarang keluarga korban bersuara kepada wartawan.
Fadhil mengungkapkan bahwa pihak militer mencoba mengintervensi keluarga korban agar tidak memberikan informasi lebih lanjut. Ia mengatakan bahwa di RSUD Djoelham, mereka juga diintervensi untuk tidak foto dan video serta dipaksa menandatangani surat pernyataan tidak melakukan autopsi.