Makan Gepuk Siang, Soto Malam di Rangkas dan Bogor

Featured Image

Perjalanan Singkat ke Rangkasbitung

Sabtu pagi, ketika rasa bosan mulai menggerogoti pikiran dan tidak ada rencana yang menarik, saya memutuskan untuk berjalan-jalan. Awalnya hanya ingin mengisi waktu, tapi akhirnya berakhir di Stasiun Bogor. Dari sana, saya naik kereta menuju Rangkasbitung, sebuah kota yang terkenal dengan makanan khasnya.

Perjalanan dimulai pukul 7.47 WIB. Kereta melaju perlahan dari Stasiun Bogor, lalu transit di Stasiun Manggarai sebelum berganti ke Commuter Line tujuan Tanah Abang. Di stasiun tersebut, saya bergegas masuk ke rangkaian kereta yang akan membawa saya ke Rangkasbitung. Perjalanan cukup ramai, sehingga saya harus berdiri sepanjang perjalanan. Namun, setelah beberapa stasiun, jumlah penumpang mulai berkurang, membuat ruangan lebih nyaman.

Saya tiba di Rangkasbitung sekitar pukul 11.05 WIB. Stasiun ini sedang dalam proses pembangunan, jadi masih terlihat sedikit tidak nyaman. Peron belum sepanjang gerbong, lorongnya penuh spanduk, dan toilet portabel masih menjadi solusi sementara. Meski begitu, suasana tetap menarik untuk dikunjungi.

Warung Ka Oyo: Pengalaman Makan Siang yang Menyenangkan

Dari Stasiun Rangkasbitung, saya berjalan kaki beberapa langkah menuju warung nasi populer yang viral di media sosial. Warung Ka Oyo berada di dekat pasar, sehingga banyak orang yang melewati tempat ini. Masuk ke dalam, saya langsung disambut oleh pengunjung yang sedang makan siang. Berbagai jenis hidangan tersaji di etalase, seperti lalap, sambal, soto santan, pepes, sayur asem, dan olahan ikan asin.

Berdasarkan ulasan di Instagram, TikTok, dan YouTube, daging gepuk di Warung Ka Oyo sangat istimewa. Konon, daging ini diolah dari daging kerbau, yang memiliki tekstur kasar dan lebih liat dibanding daging sapi. Meskipun demikian, rasanya gurih dan manis, serta sangat empuk. Saya memesan nasi daging gepuk, dan hasilnya memuaskan. Daging gepuk yang empuk, ditambah tempe goreng, bihun tumis, dan sambal, menjadikan hidangan ini sangat lezat.

Selain itu, lalap segar juga menjadi pelengkap yang sempurna. Saya merasa puas dengan hidangan ini, meski awalnya ragu karena jumlahnya cukup banyak. Akhirnya, piring pun bersih tanpa tersisa. Harga yang ditawarkan juga terjangkau, yaitu Rp28.000 per porsi, termasuk segelas teh hangat gratis.

Kembali ke Bogor dan Makan Malam

Setelah puas makan siang, saya kembali ke Stasiun Rangkasbitung dan naik Commuter Line kembali ke Bogor. Perjalanan pulang berlangsung lancar, meski sama-sama melewati beberapa stasiun transit. Tiba di Bogor sekitar pukul 18.25 WIB, saya sempat menunaikan salat Maghrib di musala stasiun.

Karena perut masih kenyang, saya memilih untuk makan malam di warung tenda langganan. Seporsi soto ayam kampung yang panas menyenangkan. Saya menambahkan perasan jeruk nipis dan sambal agar rasanya lebih mantap. Setelah makan, saya minum obat sesuai jadwal.

Kesimpulan

Jarak antara Kota Bogor dan Rangkasbitung mencapai lebih dari 100 kilometer. Jika menggunakan kendaraan pribadi, perjalanan bisa memakan waktu hingga tiga setengah jam. Namun, jika menggunakan Commuter Line, waktu tempuhnya bisa lebih singkat, sekitar 3,5 jam. Tarif yang ditawarkan juga terjangkau, hanya Rp13.000 sekali jalan.

Pengalaman makan siang di Warung Ka Oyo sangat mengesankan. Selain itu, kunjungan ke Rangkasbitung juga memberikan kesempatan untuk melihat kota yang sedang berkembang. Meskipun jauh, perjalanan ini layak dilakukan untuk mencoba kuliner khas daerah dan merasakan pengalaman baru.