Megawati Akui Kekalahan Pemilu 2024, Soroti Kader Jateng

Featured Image

Peringatan Megawati untuk PDIP Jawa Tengah

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, memberikan peringatan tegas kepada Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah (Jateng). Hal ini dilakukan setelah partai yang dipimpinnya mengalami kekalahan dalam Pemilu 2024. Jateng, yang selama ini menjadi basis kuat PDIP, kini dianggap harus segera memperbaiki performanya agar tidak terus-menerus mengecewakan.

"Jangan sampai memalukan saya lagi. Jangan teriak-teriak, yang penting kerjaannya," ujar Megawati saat hadir dalam Kongres ke-6 PDIP di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, pada Sabtu (2/8/2025).

PDIP Selalu Menang di Jateng

Megawati mengingatkan bahwa PDIP telah tiga kali berturut-turut menang di Jateng. Ia menyebut bahwa daerah ini merupakan salah satu wilayah yang selalu mendukung partai berlambang kepala banteng moncong putih. Namun, kini situasi berubah dan partai harus lebih waspada.

Menurut Megawati, loyalitas seorang kader partai politik bukanlah dari kemampuan berbicara atau retorika, tetapi dari kesediaan turun langsung ke masyarakat. "Saya tidak butuh kader yang hanya pandai beretorika. Saya butuh kader yang rela turun ke bawah, ke akar rumput," tambahnya.

PDIP Harus Berpegang pada Ideologi dan Kerakyatan

Megawati juga menyampaikan bahwa arah politik PDIP ke depan tidak boleh terjebak dalam pencitraan atau politik populis. Ia menekankan bahwa partai harus berakar pada kerja kerakyatan dan pembumian ideologi. "Menyatu dengan rakyat dan menegakkan garis-garis ideologi banteng," kata mantan Presiden RI tersebut.

Sejarah PDIP dan Perjalanan Megawati

Sejarah PDIP dimulai dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Sukarno pada 4 Juli 1927. PNI bergabung dengan beberapa partai lain seperti Partai Murba, IPKI, Parkindo, dan Partai Katolik, hingga akhirnya membentuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.

Konflik internal PDI terus berlangsung, terlebih dengan intervensi pemerintah. Megawati Soekarnoputri akhirnya dipilih sebagai ketua umum PDI. Namun, pemerintahan Soeharto tidak menyetujui hal ini, sehingga melarang dukungan terhadap pencalonan Megawati dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 1993.

Konflik semakin memuncak hingga terjadi bentrokan antara pendukung Megawati dan kubu Suryadi pada 27 Juli 1996, yang dikenal sebagai Peristiwa Kudatuli. Setelah reformasi 1998, PDIP di bawah pimpinan Megawati semakin stabil dan resmi berubah nama menjadi PDI Perjuangan pada 1 Februari 1999.

PDIP Bukan Oposisi atau Koalisi, Tapi Penyeimbang

Dalam pernyataannya, Megawati menegaskan bahwa posisi PDIP bukanlah oposisi atau koalisi, melainkan penyeimbang. Ia berharap partai dapat menjaga keseimbangan dalam pemerintahan tanpa terjebak dalam konflik politik yang tidak produktif.

Dengan peringatan dan arahan yang disampaikan, Megawati berharap para kader PDIP, terutama di Jateng, mampu bangkit dari kekalahan dan kembali memperkuat posisi partai sebagai salah satu kekuatan politik utama di Indonesia.