Megawati: Ketua Umum Bukan untuk Dilayani, Tapi Menjaga Api Ideologi agar Tak Padam

Megawati: Ketua Umum Bukan untuk Dilayani, Tapi Menjaga Api Ideologi agar Tak Padam

Megawati Soekarnoputri: Tidak Bukan Ketua Umum untuk Dilayani, Tapi untuk Menjaga Api Ideologi

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri, menyampaikan bahwa dirinya bukanlah ketua umum yang ditugaskan untuk dilayani, melainkan untuk menjaga api ideologi partai agar tetap menyala. Pernyataan ini disampaikannya dalam pidato pada Kongres VI PDIP yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Sabtu (2/8/2025).

Dalam pidatonya, ia mengungkapkan bahwa kongres tersebut tidak memiliki agenda pemilihan ketua umum, karena sebelumnya telah dilakukan pemilihan dalam Rakernas V tahun 2024. “Saudara-saudara dengan suara bulat telah memilih saya kembali sebagai ketua umum melalui rakernas pada waktu itu,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa proses pemilihan tersebut sah dan sesuai dengan aturan yang tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai. “Jika kalian PDI Perjuangan juga tidak boleh ragu, karena itu semuanya tercantum dalam AD/ART kita,” tegasnya.

Megawati juga menyampaikan bahwa kepercayaan dari para kader diterimanya dengan penuh tanggung jawab, bukan hanya dengan kegembiraan. “Saya bukan ketua umum untuk dilayani. Saya adalah ketua umum supaya saya selalu dipercaya untuk menjaga api ideologi agar tidak padam,” imbuhnya.

Awal Keterlibatan Megawati dalam Politik

Dalam kesempatan yang sama, Megawati menceritakan awal keterlibatannya dalam politik. Ia mengaku masuk ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada tahun 1986, dan sejak saat itu tidak pernah berhenti aktif dalam partai. “Tahun 1987 saya masuk DPR,” katanya.

Menurutnya, saat itu dirinya tiga kali berturut-turut terpilih sebagai anggota legislatif. “Tiga kali berturut menang terus. Jawa Tengah. Mana Jawa Tengah? Oh di belakang. Awas lho, jangan memalukan saya lagi lho,” ujarnya dengan nada mengingatkan.

Respons peserta kongres pun langsung terdengar dengan jawaban serentak, “Siap.” Namun, Megawati meminta mereka untuk tidak terlalu berteriak. “Ah, nggak usah teriak-teriak. Yang penting kerjakan, sesuai arahan saya,” ujarnya.

Pengalaman Masa Lalu dalam Dunia Politik

Selain itu, Megawati juga mengenang pengalamannya saat masih menjadi anggota PDI, di mana ia pernah dimintai hadir sebagai saksi oleh polisi. Meski tidak menjelaskan penyebab pemanggilan tersebut, ia mengungkapkan bahwa ia pernah menghadiri panggilan polisi hingga tiga kali. “Waktu itu saya jawab, saya mau ke kantor polisi, karena saya dipanggil polisi itu sampai 3 kali, dulu, waktu masih PDI,” katanya.

Ia juga mengisahkan tentang Bung Karno yang sering keluar masuk penjara akibat aktivitas politiknya. “Itu konsekuensi sebagai orang politik. Coba kalian baca buku Bung Karno. Beliau itu mulai berpolitik umur 16 dan kerjanya hanya keluar masuk penjara, lalu dibuang,” ujarnya.

Menurut Megawati, motivasi Bung Karno adalah untuk menciptakan negara yang berdaulat dan merdeka. “Sebenarnya untuk apa toh kok mau begitu? Coba bayangkan kalian ini Bung Karno. Karena keinginannya adalah apa? Idenya, idealismenya, bahwa kita akan menjadi negara berdaulat dan merdeka. Alhamdulillah itulah yang terjadi. Itulah keinginan yang selalu saya sampaikan,” tutupnya.