Mengenal Batas Thailand-Kamboja, Wilayah yang Sering Jadi Sengketa

Konflik Perbatasan Thailand dan Kamboja Memunculkan Kekacauan
Pada hari Kamis (24/7/2025), konflik antara pasukan Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah terjadi serangan artileri dan udara di sepanjang perbatasan yang disengketakan. Wilayah ini memiliki panjang 817 km dan menjadi sumber ketegangan selama beberapa waktu terakhir. Sebanyak 12 warga negara Thailand, termasuk banyak warga sipil, tewas dalam bentrokan tersebut.
Peristiwa ini dimulai di dekat kuil kuno Ta Moan Thom di Provinsi Surin, Thailand, dan cepat menyebar ke wilayah sengketa lainnya. Pihak berwenang Kamboja menuduh Thailand melakukan serangan udara dan menjatuhkan bom di jalan-jalan wilayah mereka. Di sisi lain, Thailand menyalahkan Kamboja atas pemasangan ranjau darat baru, salah satunya melukai seorang tentara Thailand dan memicu respons militer yang cepat, termasuk penggunaan jet tempur F-16.
Konflik perbatasan antara kedua negara telah terjadi sejak Mei 2025 ketika pasukan dari masing-masing negara saling menembak di wilayah "tanah tak bertuan" yang diklaim oleh kedua belah pihak.
Sejarah Perbatasan Thailand-Kamboja
Perbatasan antara Kamboja dan Thailand memiliki panjang 817 km, mulai dari titik pertemuan dengan Laos di timur laut hingga Teluk Thailand di selatan. Menurut catatan Wikipedia, perbatasan ini dimulai di puncak Preah Chambot di Pegunungan Dângrêk dan mengikuti puncak pegunungan ke arah barat. Setelah melewati pegunungan, perbatasan berbelok ke barat daya dan terkadang memanfaatkan sungai-sungai seperti Svay Chek, Sisophon, Phrom Hot, dan Mongkol Borei. Akhirnya, perbatasan berlanjut ke selatan sebagian di sepanjang Pegunungan Cardamom, hingga mencapai pantai Teluk Thailand.
Klaim wilayah yang disengketakan berasal dari peta tahun 1907 yang dibuat oleh penguasa kolonial Prancis. Kamboja menggunakan peta tersebut sebagai referensi untuk klaim wilayah, sementara Thailand berargumen bahwa peta itu tidak akurat. Pada Februari 2025, pasukan Kamboja dan keluarga mereka memasuki kuil kuno Preah Vihear, menyebabkan pertengkaran singkat dengan pasukan Thailand.
Pengadilan Internasional dan Tegangannya
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional memberikan kedaulatan atas wilayah tersebut kepada Kamboja, yang menjadi sumber ketegangan dalam hubungan bilateral. Pada tahun 2011, Kamboja kembali ke pengadilan setelah beberapa bentrokan antara tentaranya dan pasukan Thailand yang menewaskan sekitar 20 orang dan membuat ribuan orang mengungsi. Putusan pengadilan pada tahun 2013 memperkuat klaim Kamboja, sebuah keputusan yang mengejutkan Thailand.
Penyebaran Konflik
Ketegangan meningkat setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak singkat di wilayah perbatasan pada akhir Mei 2025. Situasi memburuk awal pekan ini setelah Thailand menuduh Kamboja memasang ranjau darat baru, yang menyebabkan seorang tentara Thailand kehilangan anggota tubuhnya. Bangkok kemudian menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan mengumumkan pengusiran utusan Kamboja.
Pada hari Kamis pagi, militer Thailand mengerahkan kekuatan udara, termasuk enam jet tempur F-16, untuk menyerang target militer Kamboja. Pemerintah Kamboja mengecam apa yang disebut "agresi militer yang sembrono dan brutal" oleh Thailand, menuduh negara tetangga tersebut melanggar kedaulatannya dan perjanjian sebelumnya.
Evakuasi dan Pembatasan
Bentrokan telah menyebabkan evakuasi sebanyak 40.000 warga sipil dari lebih dari 80 desa dekat perbatasan ke lokasi yang lebih aman. Penduduk melarikan diri ke tempat perlindungan bom yang dibangun dari beton dan diperkuat dengan karung pasir dan ban mobil. Video yang diverifikasi menunjukkan ratusan orang berjalan di sepanjang jalan sambil membawa barang-barang mereka.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, telah meminta pertemuan mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa karena kekerasan tersebut. Thailand menambahkan pembatasan di perbatasan, termasuk membatasi waktu penyeberangan dan melarang turis serta pekerja kasino Thailand menyeberang ke Kamboja. Kamboja juga melarang film dan acara TV Thailand, menghentikan impor buah-buahan dan sayur-sayuran Thailand, serta memboikot hubungan internet dan pasokan listrik negara tetangganya.