Merek Summarecon Bayar Rp 20 Miliar untuk Nama Stasiun LRT Boulevard Utara

Perubahan Nama Stasiun LRT Jakarta dan Dampaknya terhadap Mobilitas Masyarakat
Perubahan nama Stasiun LRT Boulevard Utara menjadi "Boulevard Utara Summarecon Mall Kelapa Gading" menandai sebuah inisiatif penting dalam meningkatkan penggunaan transportasi publik di Jakarta. Inisiatif ini tidak hanya berupa perubahan nama, tetapi juga bagian dari strategi yang lebih luas untuk meningkatkan jumlah penumpang LRT Jakarta secara signifikan.
Direktur Utama PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto P Adhi, menjelaskan bahwa perubahan nama ini merupakan bentuk kerja sama dalam konsep naming rights. Ia menyebut contoh lain seperti "Tegalluar Summarecon" di jalur kereta cepat Whoosh sebagai bukti komitmen perusahaan terhadap transportasi publik. Menurut Adrianto, perubahan nama dan peningkatan konektivitas akan memudahkan masyarakat dalam mengakses Summarecon Mall Kelapa Gading, sehingga meningkatkan pengunjung dan transaksi belanja di pusat perbelanjaan tersebut.
Ia menekankan bahwa edukasi masyarakat tentang kualitas transportasi publik Jakarta yang jauh lebih bersih dibandingkan Singapura adalah kunci untuk beralih dari kendaraan pribadi. Kontrak naming rights ini berlangsung selama 5 tahun dan dapat diperpanjang. Untuk mendapatkan hak ini, perusahaan merogoh kocek sebesar Rp 20 miliar.
Stasiun ini juga terintegrasi dengan Jembatan Penyeberangan Orang (JOP) yang dirancang langsung menuju Summarecon Mall Kelapa Gading dengan nilai investasi sebesar Rp 16 miliar. Adrianto menilai bahwa keterlibatan perusahaan ini adalah investasi jangka panjang yang diharapkan memberikan pertumbuhan kualitatif, terutama ketika konektivitas LRT ke Manggarai dan Dukuh Atas sudah terwujud.
Summarecon optimistis bahwa peningkatan penumpang akan berdampak positif pada kunjungan ke pusat perbelanjaan mereka. Menurut Director Operation Summarecon Malls Group Willy Effendy, jumlah kunjungan pada tahun 2024 mencapai 32 juta orang. Target tahun ini adalah pertumbuhan jumlah kunjungan sebesar 10 sampai 15 persen lebih tinggi dibanding tahun 2024.
Saat ini, jalur LRT Kelapa Gading hingga Velodrome hanya melayani sekitar 5.000 penumpang per hari. Namun, dengan rencana ekstensi hingga Manggarai dan koneksi dengan moda transportasi lain seperti KRL dan Transjakarta, volume penumpang diproyeksikan melonjak hingga 70.000 per hari. Bahkan, jika jalur ini terus diperpanjang sampai Dukuh Atas, angka tersebut bisa mencapai 100.000 penumpang setiap hari.
Infrastruktur Prioritas dan Strategi Pengembangan Kota
Gubernur Jakarta Pramono Anung menyatakan bahwa konektivitas di Jakarta telah direncanakan secara mendalam. Ia menekankan bahwa pembangunan kota tidak hanya mengandalkan APBD, tetapi juga melalui inovasi dan kerja sama dengan pihak swasta, seperti dalam konsep TOD (Transit-Oriented Development).
Selain LRT, percepatan pembangunan MRT juga menjadi prioritas. Pramono telah meminta agar MRT yang semula ditargetkan selesai hingga Ancol pada 2029, kini dapat beroperasi hingga Kota dalam waktu dekat, meski kelanjutan hingga Ancol mungkin memerlukan waktu tambahan dua tahun.
Dalam waktu dekat, Pasar Baru, Glodok, dan lainnya akan dikembangkan dan direvitalisasi. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk tidak hanya membangun infrastruktur baru tetapi juga menghidupkan kembali denyut ekonomi di pusat-pusat kota lama.
Upaya Mengurangi Kemacetan
Untuk meningkatkan minat masyarakat menggunakan transportasi publik, Gubernur juga mengumumkan peluncuran rute baru Transjakarta yang akan diperpanjang dari Jabodetabek. Ia optimistis bahwa semua upaya ini akan berkontribusi signifikan pada penurunan kemacetan di Jakarta.
"Ini sekarang sudah banyak orang yang mengatakan kok bisa Jakarta mengalami penurunan kemacetan menurut saya ini karena rezeki anak soleh," canda Pramono.