Orang Tua Cerdas: Merespons Cerita Anak Setelah Sekolah

Menghadapi Cerita Anak Sepulang Sekolah
Menghadapi cerita anak setelah pulang sekolah bukanlah hal yang asing. Namun, tidak semua orang tua melakukan ini dengan cara yang tepat. Banyak dari mereka hanya melakukannya sambil mengerjakan tugas lain, seperti mencuci piring, memasak, atau membersihkan rumah. Sementara sebagian lainnya justru langsung mengambil cerita anak dengan serius, tanpa menyadari bahwa emosi yang disampaikan oleh anak belum sepenuhnya matang.
Ketika anak membawa cerita dari sekolah, baik itu cerita yang menyenangkan maupun tidak, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa bahasa dan perasaan anak masih dalam tahap pengembangan. Anak-anak belum bisa menyampaikan informasi secara objektif karena emosi mereka masih mudah terpengaruh. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus bersikap bijaksana dalam menanggapi cerita-cerita tersebut.
Menganalisa Peristiwa yang Terjadi
Sebagai contoh, ada satu kejadian di mana anak saya yang paling kecil pulang dengan wajah murung. Ia sangat sedih karena guru memarahinya. Saya memeluknya tanpa bertanya terlebih dahulu, lalu memintanya ganti baju dan makan dulu. Setelah ia merasa nyaman, barulah saya bertanya tentang apa yang terjadi. Dari ceritanya, saya memahami bahwa ia diberi hukuman karena menendang bola yang akhirnya pecahkan spion motor. Bahkan, ia juga mendapat jewer telinga. Ia merasa tidak adil karena bukan dia yang pertama kali menendang bola, namun ia yang disalahkan.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi orang tua untuk tidak langsung mengambil kesimpulan. Kita perlu mempelajari alur cerita anak, bertanya bagaimana awalnya, apa niatnya, dan mengapa hal itu bisa terjadi. Dengan begitu, kita bisa membedakan antara cerita nyata dan luapan emosi anak.
Tindakan yang Bijaksana
Tidak jarang, cerita anak yang dibawa pulang justru menjadi penyebab masalah baru. Ada kasus di mana orang tua langsung melabrak guru karena cerita anak yang belum diteliti. Hal ini bisa berdampak buruk pada hubungan antara orang tua dan guru, serta bisa merusak lingkungan belajar anak.
Sebagai orang tua, kita harus lebih bijaksana dalam mengambil tindakan. Jangan langsung marah atau mengambil sikap keras hanya karena mendengar cerita anak. Kita perlu mempertimbangkan situasi secara objektif dan memahami bahwa tidak semua yang dikatakan anak benar-benar terjadi.
Tips Mengarahkan Anak dalam Mengelola Emosi
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua saat menghadapi cerita anak:
-
Tenangkan Diri Sendiri Terlebih Dahulu
Anak akan merespons energi dari orang tuanya. Pastikan Anda dalam kondisi tenang agar bisa mendampingi dan berkomunikasi dengan mereka dengan baik. -
Tunjukkan Empati dan Validasi Perasaan Anak
Dengarkan terlebih dahulu, biarkan mereka bercerita sampai selesai. Jangan berkomentar apalagi menghakimi. Ucapkan hal seperti, “Adek merasa sedih, ya? Gak apa-apa kok merasa sedih, itu normal.” -
Gunakan Bahasa yang Sesuai Usia Anak
Jangan gunakan bahasa seakan ia orang dewasa. Pilih kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti sesuai usia anak. -
Bantu Anak Mengenali Jenis Emosinya
Ajarkan anak untuk mengenali perasaan mereka sendiri. Contohnya, jika anak pulang dengan wajah marah, jangan langsung berasumsi bahwa ia marah. Bisa saja ia sedang kecewa atau sedih. -
Berikan Pelukan dan Ajak Bicara
Kadang anak hanya butuh dipeluk untuk merasa aman. Setelah lebih tenang, ajak bicara dengan lembut dan tanyakan apa yang bisa Anda bantu. -
Berikan Arahan Secara Lembut
Hindari memaksa anak segera ‘move on’. Gunakan nada suara lembut dan tenang untuk memberi arahan. -
Berikan Dukungan Positif
Anak kecil cenderung mudah melupakan masalah. Ajak mereka melakukan aktivitas yang bisa mengalihkan dan memperbaiki suasana hati. -
Ajarkan Cara Mengelola Emosi
Ajarkan anak cara mengelola emosinya, seperti menarik napas dalam-dalam, menulis perasaan, atau menggunakan ruang tenang.
Kesimpulan
Tugas orang tua tidak mudah, tetapi sangat penting. Dengan cara yang bijaksana, kita bisa membimbing anak agar mampu mengelola emosi dan memahami dunia sekitarnya. Jangan lelah belajar memahami mereka, karena mereka adalah warna-warni dunia yang Tuhan berikan.