Perang Thailand-Kamboja, KBRI Pastikan Tidak Ada WNI Jadi Korban

Featured Image

Situasi Terkini di Perbatasan Thailand dan Kamboja

KBRI Phnom Penh terus memantau situasi yang sedang berlangsung antara Thailand dan Kamboja. Hingga saat ini, belum ada laporan yang menyebutkan adanya warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dari bentrokan yang terjadi.

Sekretaris Pertama KBRI Phnom Penh, Linda Widiyanti, mengatakan bahwa hingga kini pihaknya belum menerima informasi apapun terkait adanya korban WNI di wilayah Kamboja. Ia juga menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada imbauan khusus yang dikeluarkan secara resmi oleh KBRI kepada WNI di Kamboja. Namun, pihak KBRI tetap melakukan pemantauan terhadap perkembangan situasi.

Peristiwa Bentrokan di Wilayah Perbatasan

Bentrokan antara kedua negara tetangga ini terjadi pada hari Kamis pagi (24/7) di sekitar kuil Ta Moan Thom yang berada di wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja, sekitar 360 km sebelah timur Bangkok. Kedua belah pihak saling mengklaim bahwa mereka diserang terlebih dahulu, sehingga menimbulkan serangan balasan.

Menurut laporan dari Reuters, baku tembak terjadi sekitar pukul 07.35 waktu setempat setelah unit militer Thailand yang bertugas di kuil mendengar suara drone milik Kamboja. Tak lama kemudian, enam prajurit Kamboja termasuk yang membawa granat berpeluncur roket mendekati pagar kawat berduri di dekat pos jaga Thailand. Meskipun pihak Thailand memberikan peringatan, pasukan Kamboja justru melepaskan tembakan ke arah timur kuil yang berjarak sekitar 200 meter dari pos jaga Thailand. Akhirnya, baku tembak pun pecah.

Pernyataan dari Pihak Kamboja

Pihak Kamboja menyatakan bahwa bentrokan terjadi karena tindakan provokasi dari pasukan Thailand. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Letnan Jenderal Maly Socheata, mengatakan bahwa respons militer Kamboja adalah bentuk pembelaan diri atas serangan yang dilakukan oleh pasukan Thailand. “Pasukan Kamboja bertindak secara ketat dalam batas-batas pembelaan diri menanggapi serangan tak beralasan oleh pasukan Thailand yang melanggar integritas teritorial kami,” ujarnya.

Eskalasi Ketegangan dengan Serangan Udara

Setelah bentrok tersebut, saling berbalas serangan udara terus berlanjut. Baru-baru ini, sebuah jet tempur F-16 milik Thailand mengebom sasaran di wilayah Kamboja. Insiden ini menandai eskalasi ketegangan perbatasan yang telah berlangsung selama beberapa minggu menjadi bentrokan bersenjata pada Kamis (24/7).

Wakil Juru Bicara Militer Thailand, Richa Suksuwanon, menyatakan bahwa pihaknya menggunakan kekuatan udara untuk menyerang target militer sesuai rencana. Selain itu, Thailand juga telah menutup perbatasannya dengan Kamboja.

Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan bahwa jet-jet tersebut menjatuhkan dua bom di sebuah jalanan sipil. Kamboja mengecam keras agresi militer yang sembrono dan brutal oleh Kerajaan Thailand terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Kamboja.

Tindakan Diplomatik dan Kecaman Internasional

Bentrokan ini terjadi setelah Thailand memanggil pulang duta besarnya dari Kamboja pada Rabu malam, dan menyatakan akan mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok. Menteri Kesehatan Thailand melaporkan bahwa 11 warga sipil, termasuk seorang anak, serta satu tentara tewas akibat tembakan artileri dan roket dari pasukan Kamboja. Sebanyak 24 warga sipil dan tujuh personel militer terluka. Belum ada laporan korban dari pihak Kamboja.

Militer Thailand mengecam penggunaan senjata oleh Kamboja terhadap warga sipil. Thailand siap melindungi kedaulatan dan rakyatnya dari tindakan tidak berperikemanusiaan.

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, selaku Ketua ASEAN saat ini, menyerukan perdamaian. Ia mengatakan akan berbicara dengan kedua negara untuk mencari penyelesaian damai. Sementara itu, pemerintah RRT turut menyatakan keprihatinannya atas konflik yang terjadi. Beijing mengaku bersedia membantu meredakan ketegangan.