Serangan Israel Tewaskan 18 Warga Palestina, Keluarga Sandera Minta Gencatan Senjata Segera

Serangan Israel di Jalur Gaza Kembali Menewaskan 18 Warga Palestina
Serangan udara dan tembakan yang dilakukan militer Israel kembali menimbulkan korban jiwa di wilayah Jalur Gaza. Pada hari Sabtu (2/8/2025), sedikitnya 18 warga Palestina dilaporkan tewas, dengan kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk dan krisis kelaparan yang makin meluas.
Beberapa dari korban adalah warga sipil yang sedang mengantre bantuan makanan di dekat lokasi distribusi yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF). Insiden penembakan terjadi di sekitar salah satu titik distribusi bantuan GHF di Gaza Tengah. Berdasarkan laporan rumah sakit dan petugas darurat, delapan dari 18 korban tewas pada hari itu adalah warga yang sedang mencari makanan.
Seorang saksi mata bernama Yahia Youssef mengungkapkan kepanikan yang terjadi ketika tembakan dilepaskan. Ia membantu mengevakuasi korban yang terluka dan menyaksikan banyak warga yang tergeletak bersimbah darah. "Ini kejadian yang sama setiap hari," ujar Yahia dalam pernyataannya.
Abed Salah, seorang pria berusia 30-an yang berada di tengah kerumunan dekat lokasi GHF di sekitar koridor Netzarim, mengatakan: "Saya lolos dari maut secara ajaib." Ia menegaskan bahwa tidak ada ancaman yang datang dari warga sekitar.
Organisasi GHF membantah adanya kekerasan di lokasi distribusi mereka. Dalam pernyataan resmi, mereka menegaskan bahwa tidak ada insiden di atau dekat lokasi mereka. Mereka hanya menggunakan semprotan merica atau tembakan peringatan untuk mengendalikan kerumunan.
Namun, data dari PBB menunjukkan bahwa antara 27 Mei hingga 31 Juli 2025, sedikitnya 859 warga Palestina tewas di sekitar lokasi GHF. Ratusan lainnya tewas saat mencoba mengakses konvoi bantuan yang sering terhambat akibat blokade militer.
Selain insiden penembakan, militer Israel juga melakukan serangan udara di berbagai titik di Gaza Tengah dan Selatan. Rumah Sakit Nasser di Khan Younis melaporkan lima korban tewas dalam dua serangan yang menyasar tenda-tenda pengungsi. Tiga di antara korban adalah dua saudara kandung dan seorang kerabat yang tewas di dalam tenda dekat jalan utama Khan Younis. Serangan lainnya menewaskan dua orang tua dan tiga anak mereka di antara kota Zawaida dan Deir al-Balah.
Di lokasi lain di Khan Younis, sebuah serangan menghantam tenda yang dibangun di dekat penjara yang telah ditutup. Ibu dan anak menjadi korban jiwa dalam serangan tersebut. Sementara itu, lima warga Palestina lainnya tewas saat menunggu bantuan di sekitar koridor baru Morag yang menghubungkan Rafah dan Khan Younis. Militer Israel belum memberikan tanggapan atas serangan-serangan ini.
Keluarga Sandera Desak Gencatan Senjata
Di Tel Aviv, utusan khusus Amerika Serikat Steve Witkoff bergabung dalam aksi solidaritas keluarga sandera yang menuntut segera diakhirinya perang dan dimulainya kembali upaya pembebasan sandera dari Gaza. Ratusan keluarga sandera menggelar aksi protes untuk mendesak pemerintah Israel segera menyepakati gencatan senjata dan fokus pada pembebasan para sandera yang masih ditahan di Gaza.
Utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, turut hadir dalam aksi tersebut. Kunjungan ini dilakukan sehari setelah ia mendatangi salah satu lokasi distribusi bantuan GHF di Gaza dan seminggu setelah meninggalkan pembicaraan gencatan senjata di Qatar.
Dari 251 sandera yang diculik saat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sekitar 20 orang diyakini masih hidup. Beberapa video sandera yang dirilis Hamas dan kelompok Jihad Islam pekan ini memicu kecaman luas dari publik Israel. Salah satu video memperlihatkan kondisi Rom Braslavski (21), yang terlihat sangat kurus dan lemah. Ibunya, Tami Braslavski, menyalahkan pemerintah Israel karena gagal membebaskan anaknya.
Bantuan Udara Masih Dilangsungkan, Dinilai Tak Efektif
Sebagai upaya untuk mengatasi krisis pangan, sejumlah negara Eropa bergabung dalam koalisi yang dipimpin Yordania untuk menjatuhkan bantuan dari udara ke Gaza. Namun, upaya ini dinilai tidak cukup efektif.
Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, mengkritik metode tersebut. Menurutnya, jika ada kemauan politik untuk melakukan airdrop, seharusnya juga ada kemauan membuka jalur darat untuk pengiriman bantuan. "Ini mahal, tidak efisien, dan tidak cukup. Mari kembali ke cara yang efektif dan biarkan kami bekerja," tulis Lazzarini dalam pernyataan di platform X.
Perang berkepanjangan ini bermula dari serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke Jalur Gaza.
Hingga kini, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 60.000 warga Palestina telah tewas. Angka tersebut mencakup warga sipil dan kombatan, dan digunakan oleh banyak lembaga internasional sebagai rujukan utama, meski lembaga itu berada di bawah otoritas Hamas.
Sementara pembicaraan damai masih menemui jalan buntu, kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dengan kelaparan, pengungsian massal, dan jatuhnya korban sipil setiap hari.