Sinyal Starlink Ganggu Pengamatan Luar Angkasa, 76 Juta Gambar Terpengaruh

Dampak Konstelasi Satelit Starlink terhadap Penelitian Astronomi Radio
Sebuah penelitian terbaru dari Universitas Curtin Australia menunjukkan adanya ancaman serius terhadap eksplorasi astronomi radio akibat konstelasi satelit Starlink. Studi yang dipimpin oleh Dylan Grigg ini mengungkap bahwa hingga 76 juta gambar atau sekitar 30% dari gambar teleskop radio terganggu oleh emisi satelit, yang menimbulkan kekhawatiran besar bagi masa depan penelitian astronomi.
Tim peneliti dari International Centre for Radio Astronomy Research (ICRAR) di Universitas Curtin melakukan survei terbesar di dunia terhadap emisi radio satelit frekuensi rendah. Mereka menggunakan prototipe stasiun untuk Square Kilometre Array (SKA), kemudian menganalisis 76 juta gambar langit selama empat bulan. Hasilnya menunjukkan lebih dari 112.000 emisi radio terdeteksi dari 1.806 satelit Starlink yang berbeda. Yang paling mengejutkan adalah temuan bahwa 703 satelit memancarkan sinyal pada frekuensi 150,8 MHz, yang seharusnya dilindungi untuk kepentingan astronomi radio.
"Beberapa satelit terdeteksi memancarkan pada pita frekuensi di mana seharusnya tidak ada sinyal sama sekali," ujar Dylan Grigg. Ia menambahkan bahwa gangguan dari satelit Starlink bukan hanya masalah teknis, tetapi juga ancaman eksistensial bagi eksplorasi alam semesta saat ini.
Netherlands Institute for Radio Astronomy (ASTRON) melaporkan bahwa satelit generasi kedua Starlink (V2) menghasilkan radiasi elektromagnetik 32 kali lebih kuat dibandingkan generasi sebelumnya. Benjamin Winkel dari Max Planck Institute for Radio Astronomy menjelaskan bahwa gangguan ini "membutakan" teleskop radio, menyebabkan data observasi terganggu dan tidak dapat digunakan. Radiasi dari satelit Starlink bahkan 10 juta kali lebih kuat daripada sinyal terlemah yang biasanya ditangkap oleh teleskop radio seperti LOFAR.
Dalam laman Curtin University, Direktur Eksekutif Curtin Institute of Radio Astronomy Steven Tingay menjelaskan bahwa regulasi International Telecommunication Union (ITU) saat ini hanya fokus pada transmisi yang disengaja dan tidak mencakup jenis emisi tidak disengaja seperti ini. Meski begitu, ia berharap penelitian ini dapat mendukung upaya internasional untuk memperbarui kebijakan yang mengatur dampak teknologi satelit terhadap penelitian astronomi radio.
Kolaborasi untuk Mengurangi Gangguan
Meskipun menimbulkan kekhawatiran, SpaceX telah menunjukkan sikap kooperatif dalam menangani masalah ini. Perusahaan telah berkolaborasi dengan berbagai observatorium astronomi untuk mengembangkan solusi teknis. Salah satu terobosan adalah pengembangan metode penghindaran boresight teleskop bersama National Radio Astronomy Observatory (NRAO). Teknologi ini memungkinkan satelit Starlink mengalihkan beam mereka secara otomatis untuk menghindari interferensi ketika melintas dekat teleskop radio.
SETI Institute dan SpaceX juga meluncurkan kolaborasi untuk melindungi observasi radio sensitif di Allen Telescope Array. Sistem ini menggunakan koordinasi real-time antara observatorium dan jaringan Starlink untuk mencegah saturasi sinyal.
Tantangan yang Semakin Kompleks
Dengan lebih dari 7.000 satelit Starlink yang sudah beroperasi dan rencana hingga 42.000 satelit dalam konstelasi lengkap, masalah ini diperkirakan akan semakin kompleks. Tidak hanya Starlink, operator satelit lain seperti Amazon dengan Project Kuiper dan OneWeb juga merencanakan konstelasi serupa.
Prediksi menunjukkan jumlah satelit yang mengorbit dapat mencapai 100.000 pada tahun 2030. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi proyek-proyek astronomi masa depan, termasuk Square Kilometre Array yang akan menjadi teleskop radio terbesar dan paling sensitif di dunia. Dengan semakin banyaknya satelit di orbit Bumi, perlu adanya kerja sama global untuk menjaga kualitas penelitian astronomi radio dan mengurangi dampak negatif dari konstelasi satelit.